Sabtu, 13 Oktober 2018

KERAJAAN-KERAJAAN KUNO DI MALAYSIA;SINGAPURA SEBELUM KEDATANGAN INGGRIS







KERAJAAN-KERAJAAN KUNO DI MALAYSIA;SINGAPURA SEBELUM KEDATANGAN INGGRIS

disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
SEJARAH ASIA TENGGARA I




Kelas: A Kelompok: 6
1. Muhardin                                             140210302038
2. Muhammad Arsil Mubin                    140210302040
3. Dening Elysia                                       140210302041
4. Hasroqi Abdillah                                 140210302042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

KATA PENGANTAR


             Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat Serta hidayah-Nya, terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Sejarah Asia Tenggara I dengan judul Kerajaan-Kerajaan Kuno di Malaysia;Singapura Sebelum Kedatangan Inggris sesuai batas waktu yang telah ditentukan. Kemudian Sholawat serta Salam kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni, Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk keselamatan di Dunia dan Akhirat.
             Kemudian, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Drs. Sumarjono, M.Si. selaku Dosen pengampu mata kuliah Sejarah Asia Tenggara I, teman-teman, serta semua pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama pembuatan makalah ini.
             Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Sejarah Asia Tenggara I di program studi Pendidikan Sejarah Universitas Jember. Semoga  makalah ini bisa bermanfaat untuk kita semua sebagai bahan tambahan belajar.
             Selanjut kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga akan menumbuhkan rasa Syukur kami kepada Allah SWT. Dalam perbaikan makalah ini kedepannya.  Akhir kata kami ucapkan terima kasih.


Jember, November 2015


Penyusun


DAFTAR ISI

Halaman





BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asia Tenggara adalah sebuah kawasan di benua Asia bagian tenggara. Kawasan ini mencakup Indochina dan Semenanjung Malaya serta kepulauan di sekitarnya. Asia Tenggara berbatasan dengan Republik Rakyat Cina di sebelah utara, Samudra Pasifik di timur, Samudra Hindia di selatan, dan Samudra Hindia, Teluk Benggala, dan anak benua India di barat.Asia Tenggara biasa dipilah dalam dua kelompok: Asia Tenggara Daratan (ATD) dan Asia Tenggara Maritim (ATM).
Nama untuk kawasan ini pertama kali dipakai pada abad ke-20. Sebelumnya Asia Tenggara dikenal dengan nama India Belakang (jika dibandingkan dengan anak benua India). Subkawasan Asia Tenggara terdiri dari sebelas negara, beberapa di antaranya berada di daratan utama (mainland), yang juga dikenal sebagai Asia Tenggara Daratan (Indocina) dan sebagian lagi seluruhnya merupakan kepulauan (Asia Tenggara Maritim), yang dikenal dengan istilah beragam, seperti Kepulauan Selatan (Nan Yang, Cina dan Vietnam), Kepulauan Melayu (Malay Archipelago menurut A.R. Wallace), Malayunesia (Logan), Indonesia (Logan dan Adolf Bastian), Hindia Timur (Oost-Indie, Belanda), Malaysia, Insulinde (oleh orang Hindia Belanda di awal abad ke-20), atau Nusantara (oleh masyarakat Indonesia). Agak menarik bahwa Semenanjung Malaya biasanya dimasukkan dalam wilayah kepulauan meskipun masih tersambung dengan benua Asia.
Geografi Asia Tenggara dapat dikategorikan menjadi dua bagian, daratan dan kepulauan.Negara-negara yang berada di daratan termasuk Myanmar, Kamboja, Laos, Thailand, dan Vietnam.Sedangkan negara-negara yang berada di kepulauan termasuk Brunei, Filipina, Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Banyak kerajaan kuno yang mengawali terbentuknya negara-negara di Asia tenggata termasuk awal terbentuknya Malaysia dan Singapura.

 


1.2 Rumusan Masalah

1.      Bagaimana letak geografis  Malaysia dan Singapura ?
2.      Bagaimana sejarah awal berdirinya Malaysia dan Singapura ?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.      Agar mahasiswa dapat mengetahui letak geografis Malaysia dan Singapura.
2.      Agar mahasiswa dapat mengetahui sejarah awal berdirinya Malaysia dan Singapura .
3.      Untuk menambah refrensi pengetahuan sejarah awal berdirinya negara-negara di Asia Tenggara khususnya Malaysia dan Singapura .
4.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah Asia Tenggara I.


BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Letak Geografis Malaysia

Malaysia merupakan sebuah Negara kerajan. Wilayahnya terdiri dari dua bagian yang terpisah. Sebagian berada di semenanjung Malaysia yang disebut Malaysia Barat dan sebagian berada di bagian utara pulau Kalimantan yang disebut Malaysia Timur [1]. Malaysia adalah sebuah negara federasi yang terdiri dari tiga belas negara bagian dan tiga wilayah persekutuan di Asia Tenggara dengan luas 329.847 km persegi. Ibukotanya adalah Kuala Lumpur, sedangkan Putrajaya menjadi pusat pemerintahan persekutuan. Jumlah penduduk negara ini melebihi 27 juta jiwa. Negara ini dipisahkan ke dalam dua kawasan Malaysia Barat dan Malaysia Timur oleh Kepulauan Natuna, wilayah Indonesia di Laut Cina Selatan. Malaysia berbatasan dengan Thailand, Indonesia, Singapura, Brunei, dan Filipina. Negara ini terletak di dekat khatulistiwa dan beriklim tropika. Kepala negara Malaysia adalah Yang di-Pertuan Agong dan pemerintahannya dikepalai oleh seorang Perdana Menteri. Model pemerintahan Malaysia mirip dengan sistem parlementer Westminster.
Malaysia sebagai negara persekutuan tidak pernah ada sampai tahun 1963.Sebelumnya, sekumpulan koloni didirikan oleh Britania Raya pada akhir abad ke-18, dan paro barat Malaysia modern terdiri dari beberapa kerajaan yang terpisah-pisah.Kumpulan wilayah jajahan itu dikenal sebagai Malaya Britania hingga pembubarannya pada 1946, ketika kumpulan itu disusun kembali sebagai Uni Malaya.Karena semakin meluasnya tentangan, kumpulan itu lagi-lagi disusun kembali sebagai Federasi Malaya pada tahun 1948 dan kemudian meraih kemerdekaan pada 31 Agustus1957.


2.2 Sejarah Berdirinya Malaysia

2.2.1 Proses Pembentukan Negara Kuno di Wilayah Malaya

Sejarah malaya ketika zaman prasejarah ketika Sisa-sisa arkeolog ditemukan di Malaysia Barat, Sabah, Samang yang memiliki nenek moyang jauh dari Semenanjung Malaya. Sesuai dengan kehidupan masyarakat Afrika 50.000 tahun lalu. Senoi muncul sebagi kelompok campuran dengan hampir sebagian keturunannya dari Indocina. Sesuai dengan dugaan mereka termasuk etnis Autronesia Kuno. Kaum petani menyebarkan teknologinya keselatan  semenanjung kira-kira 5.000 tahun yang lalu dan menyatu dengan penduduk asli. Semenanjung Malaya berkembang sebagai pusat perdagangan utama di Asia Tenggara. Karena berkembangannya perdagangan antara Cina dan Hindia melalui selat Malaka.
Dalam proses pembentukan negara kuno di wilayah Malaka ketika Semenanjung Malaya (sekarang Thailand Selatan dan Malaysia semenanjung) dan pulau Sumatera adalah sebagian dari jaringan perdagangan subregional yang berkembang pesat, mendahului kedatangan kebudayaan India selama beberapa abad. Kala itu semenanjung dipenuhi negara-negara pesisir yang berhubungan dengan daerah-daerah jauh lainnya yang berada di Timur dan Barat. Negara kota ini diyakini penting dalam masalah perkembangan perdagangan dan kemakmuran serta menyebarkan kebudayaan dari luar daerah. Dari arah ekonomi dan kebudayaan, wilayah ini terlahir dari Kerajaan Sriwijaya yang muncul dalam catatan sejarah pada abad ke-7. Sejak adanya Sriwijaya wilayah ini mulai muncul suatu periode yang panjang dan tidak lagi ada misi diplomasi dari kerajaan-kerajaan tetangganya seperti Champa [2].
Perkembangan Sriwijaya terkait langsung dengan perubahan pola perdagangan yang lebih menguntungkan daerah Selat Malaka dan merugikan pesisir oleh delta Mekong.  Tempat berkembangnya “Funan” dimasa sebelumnya. Sriwijaya telah berhasil memperluas pengaruhnya di Semenanjung Malaya yang sesuai dengan prasasti akhir abad ke-8 dari Ligor (sekarang Nakhon Si Thammarat, Thailand Selatan). Namun, hal itu masih kurang diketahui lebih jelas tentang kekuasaannya yang bersifat panjang atau fenomena singkat belaka. Asumsi tentang keberadaan “Imperium Maritim” seputar awal-awal abad kekuasaan Sriwijaya masih dipertanyakan. Maka dengan demikian, pentingnya perdagangan maritim tidak bisa diabaikan [3]. Perkembangan perdagangan internasional telah membuat Semanjung Malaya didominasi oleh agama Budha, tetapi juga agama Hindu, hal iut dibuktikannya dengan ditemukannya patung-patung Wisnu di Sumatera dan Semananjung Malaya.
Berdasarkan prasasti Keping Tembaga Laguna, pedagang melayu yang sudah berdagang ke seluruh wilayah Asia Tenggara, juga turut membawa adat kebudayaan dan bahasa Melayu di kawasan yang pernah di disinggahi. Akhirnya bahasa Melayu menggeser kedudukan bahasa Sansekerta. Era kejayaan Sriwijaya merupakan masa emas bagi peradaban Melayu, termasuk masa Silendra di Jawa. Kemudian dilanjutkan oleh kerajan Dharmasraya sampai abad ke-14 dan terus berkembang pada masa Kesultanan Malaka. Terus berkembang pada masa kesultanan Malaka, hingga sebelum kerajaan ini ditaklukkan oleh kekuatan tentara portugis pada tahun 1511.

2.2.2 Kondisi Negara Klasik Pada Masa Kejayaan di Wilayah Malaya

Pada masa silam sekitar abad ke 14, pulau Singapura dan Malaya merupakan bagian dari kerajaan Sriwijaya dan dikenal sebagai Temasek "Kota Laut". Kerajaan Sriwijaya pusatnya di Jambi dan nantinya di tanah yang dihuni masyarakat Minangkabau. Meskipun demikian, pada awal 1400-an pusat negeri Melayu sudah sepenuhnya bergeser ke Malaka.
Pada awal abad ke-20 oleh para cendikiawan masa kolonial yang menyatukan informasi dari berbagai sumber, Sriwijaya dipandang sebagai ‘imperium’ maritime yang pada puncak kejayaanya menguasai Jawa dan Sumatera serta sebagian besar Semenanjung Malaya. Namun, seperti para tetangganya, luas wilayah Sriwijaya menyusut di tangan para cendikiawan masa kini dan pemahan terhadap strukturnya sudah berubah. Mayoritas cendikiawan terkini menganggap Sriwijaya sebagai poros-terletak di Palembang atau Jambi- yang dikelilingi pada hubungan dengan penguasa negara-negara vassal dan daerah-daerah pinggiran lainnya. Walaupun parasasti dan sumber-sumber lain menunjukkan bahwa para penguasa Sriwijaya pada masa tertentu mampu memproyeksikan kekuasaan mereka sampai ke Jawa, Semenanjung Malaya atau bahkan lebih jauh lagi, bukan berarti lokasi-lokasi yang lebih luas ini tercakup dalam sebuah ‘imperium’ selama periode panjang [4].
Para cendikiawan kadangkala menjelaskan Sriwijaya sebagai ‘thalasokrasi (imperium laut)’ yang mendominasi kawasan maritim melalui angkatan lautnya yang kuat. Semenanjung Malaya dan kepulauan Indonesia bagian barat dipenuhi pelabuhan yang sebagian berusia lebih tua dari Sriwijaya. Seringkali ditemukan dalam sumber-sumber Cina, mereka dimasukkan dalam jaringan perdagangan majemuk dimana Sriwijaya bisa saja merupakan ‘pusatnya’ tetapi belum tentu menjadi ‘tuan’. Maksimal, para penguasa Sriwijaya dapat menjadi penguasa tertinggi atau menggenggam hegemoni. Tapi, belum tentu ia bisa menerapkan kendali langsung [5].
Telah terjadi beberapa konflik dengan para penguasa Jawa pada abad ke-10. Namun, tantangan paling serius dan tersohor ialah datang dari Dinasti Chola di India Selatan pada awal abad ke-11, ketika persaingan perdagangan antara kedua kekuatan perdagangan mengarah pada invasi terhadap Sumatra pada 1025.
Ibukota Sriwijaya kemudian dipindahkan dari Palembang ke Jambi setengah abad setelah invasi Chola. Hal ini dianggap sebagai kemerosotan Sriwijaya. Posisinya pun mulai memudar dan kerajan pesaing seperti Semenanjung Malaya (Tambralinga yang berpusat di Nakhon Si Thammarat modern di Thailand Selatan) menjadi makmur.
Pengaruh Sriwijaya terhadap negeri Melayu tak kunjung sirna. Kronik-kronik masa selanjutnya secara eksplisit menghubungkan pendirian serta kebangkitan Malaya dengan Palembang-dimana Sriwijaya pernah makmur dan kerajaan baru yang didirikan di Semenanjung pada awal 1400-an, yang dalam berbagai hal merupakan pewaris kejayaan dan prestise pendahulunya.

2.2.3 Kerajaan-Kerajan Melayu

A.    Langkasuka
Langkasuka atau juga dikenali sebagai Lang-ya-shiu, Lang-chia-shu (China), Langasyuka (Arab) dan Ilangasoka (inkripsi Tangore). Berdasarkan catatan pelawat-pelawat China yang mengadakan hubungan diplomatik dengan negeri-negeri Asia Tenggara pada abad ke-2 Masehi, “Lang-ya-shiu” atau Langkasuka (Paul Wheatley 1961, 387-412) sudah berdiri. Berpedoman catatan tersebut ahli-ahli sejarah Eropah percaya bahawa negeri Langkasuka yang terletak di pantai timur Semenanjung Tanah Melayu antara Senggora (Songkhla) dan Kelantan itu adalah lokasi asal negeri Patani.Langkasuka ialah sebuah kerajaan HinduMelayu silam yang terletak di Semenanjung Tanah Melayu. Kerajaan ini bersama-sama dengan Kerajaan Kedah Tua bisa dikatakan  merupakan kerajaan yang paling awal di Tanah Melayu. Mengikut salah satu sumber, kerajaan ini didirikan  pada kurun ke-2 Masehi. Legenda orang Melayu mengatakan  bahawa Langkasuka berdiri di Kedah, dan kemudian berpindah ke Pattani. Nama Langkasuka juga ada disebut dalam tulisan-tulisan Melayu dan Jawa, sementara tulisan-tulisan dari China pernah menyebut sebuah negeri iaitu Lang-ya-hsiu atau Lang-chia-shu. Pada tahun 515 M Raja Bhagadatta menjalinkan hubungan dengan China .Pada kurun ke-12, Langkasuka merupakan negeri naungan Kerajaan Srivijaya .
B.     Gangga Negara dan Beruas
Gangga Negara dipercayai merupakan kerajaan Melayu Hindu Lama yang  disebut dalam Sejarah Melayu yang kini menaungi Beruas, Dinding dan Manjung yang pada masa kini terletak di negeri Perak, Malaysia serta Raja Gangga Shah Johan sebagai salah seorang rajanya. Para peneliti mempercayai bahawa kerajaan ini berpusat di Beruas dan runtuh selepas serangan oleh Raja Rajendra Chola I dari Coromandel, India Selatan di antara tahun 1025 dan 1026.
Kerajaan Gangga Negara meliputi Beruas dan Dinding/ Manjung .Artefak arca-arca Buddha abad ke-5 dan ke-6 Masehi yang dijumpai di Beruas menunjukkan kewujudan kerajaan Gangga Negara ini.Kerajaan Gangga Negara ini berpusat di Beruas.
Pendiri Kerajaan Gangga Negara ialah Raja Ganjil Sarjuna dari Kedah.Menurut kajian lain menyatakan bahawa Kerajaan Gangga Negara berdiri tidak lewat pada abad ke-2 Masehi. Kerajaan Gangga Negara ini dipercayai terletak di daerah Dinding (Manjong) di kawasan Selatan Gunung Bubu (1657 meter ) arah timur Bukit Segari di tepi Sungai Dendang. Pendapat ini juga menyebut kemungkinan pusat Kerajaan Gangga Negara berubah-ubah.
Dengan menggunakan sumber artefak-artefak purba dan kerajaan ini dipercayai pernah berpusat di Pengkalan ( Ipoh ), Lembah Kinta, Tanjung Rambutan, Bidor dan Sungai Siput.
C.     Pan-pan
Pan Panialah sebuah kerajaan Hindu kecil yang dipercayai wujud pada kurun ketiga hingga ketujuh masihi dan terletak di suatu kawasan di Kelantan atau Terengganu, Malaysia. Tidak banyak yang diketahui tentang kerajaan ini.Adalah juga dipercayai bahawa kerajaan ini ditakluk oleh empayar yang lebih besar yaitu Sriwijaya.


2.3 Posisi dan Letak Kerajaan Malaka

              Kerajaan Malaka terletak di Semenanjung Barat Malaya yang merupakan posisi strategis dalam perdagangan kuno masa itu sebab menghubungkan perdagangan antara dunia barat dengan dunia timur yang melalui Selat Malaka. Akibat proses perdagangan itu Malaka menjadi kota pelabuhan teramai abad 15. Selat Malaka merupakan lalu lintas perdagangan terpadat masa itu.Letak Pelabuhan Malaka memang sangat strategis dan sangat baik.Kapal dagang yang berlayar dari Laut selatan Cina bisa dibelokkan ke pelabuhan yang aman tenteram.Sebab Malaka memberikan jaminan keamanan kepada saudagar yang datang. Hal ini dipengaruhi pelayaran abad 15-16 masih tergantung pada angin laut. Sambil menunggu datangnya angin para pedagang mendapat kesempatan untuk membeli barang-barang yang datang dari Tiongkok, India, dan Indonesia terutama rempah-rempah dari Indonesia Timur.
              Pelabuhan Malaka dibangun oleh Parameswara seorang Raja pelarian dari Tumasik (Singapura), Raja Parameswara menyingkir ke Muar dan bersembunyi di  Malaka yang pada saat itu masih merupakan desa kecil di pantai Barat Semenanjung Malaya dan menjadi sarang perompak, lanun, dan nelayan. Alasan Parameswara menyingkir ke Malaka dikarenakan ketakutan akan serangan balasan Raja Pahang yang datang ke Tumasik dengan armadanya untuk membalaskan kematian saudaranya yang dibunuh Parameswara. Masa ini Islam telah memberikan pengaruhnya secara langsung bukti historisnya menurut berita dari Marco Polo tahun 1292 dalam perjalanannya pulang ke Cina mengujungi Sumatera. Ferlec pelabuhan pertama yang dikunjungi disamakan dengan Perlak. Menurut Marco, daerah Perlak begitu banyak banyak dikunjungi oleh pedagang muslim sehingga mereka merubah keyakinan penduduk asli tempat itu ke Hukum Nabi.[6]

 



2.4 Perkembangan Islam dan Pengaruhnya Terhadap Kerajaan – Kerajaan di Semenanjung Malaya

              Berdasarkan bukti arkeologis, pada abad ke-14 sebuah negara Islam diyakini telah didirikan di Terengganu, disisi timur Semenannjung Malaya. Buktinya adalah batu prasasti bertuliskan poin-poin yang menyebar dikalangan masyarakat lokal [7]. Perkembangan Islam di Malaka bermula tahun  1403 setelah seluruh Tiongkok dikuasai oleh Kaisar Yung-Lo dari  Dinasti Ming. Sejak Yung-Lo berkuasa, ia mulai menentramkan keadaan, memulihkan kesejahteraan rakyat dan hubungan antara Tiongkok dengan negara-negara asing. Kaisar Yung-Lo alias Ch’eng Tsu, berusaha memperbaiki hubungan dagang dan hubungan politik Luar Negeri. Maka diutuslah Cheng Ho alias Sam Po Bo diserahi pelaksanaan pemulihan hubungan ke Asia Tenggara dan Asia Barat. Utusan pertama dipimpin Laksamana Ying Ching yang singgah di Malaka, Parameswara menggunakan kesempatan yang datang mendadak itu. Dia menemui Yin Ching minta supaya diakui oleh kaisar Tiongkok sebagai penguasa pantai Malaka.
                     Akibat pengakuan itu, ia akan memperoleh perlindungan dan bantuan dari Tiongkok, jika Malaka pada suatu saat diserang oleh tentara Siam. Parameswara memelihara hubungan sedekat mungkin dengan Cina tahun 1409, armada Tiongkok dibawah pimpinan disertai Tionghoa Islam sebagai juru bahasa bernama Ma Huan berkunjung ke Asia Tenggara. Dalam kunjungan ke Asia Tenggara itu Cheng Ho singgah di pelabuhan Malaka untuk menunjukkan kepada Siam bahwa Tiongkok bersahabat dengan Malaka. Cheng Ho menghadiahkan tanah genting Kra kepada Raja Parameswara untuk dijadikan istana. Akibat saling eratnya hubungan Malaka dengan Tiongkok tentara Siam tidak berani lagi masuk di Malaka.
                     Setelah Parameswara memeluk agama Islam madzhab Syafi’i banyak rakyat Malaka yang ikut masuk Islam. Malaka menjadi Kesultanan Islam, negara Islam pertama di Malaysia dan Kota Malaka menjadi kota dagang Islam di Asia Tenggara. Perluasan Malaka berjalan dengan cepat, posisinya yang strategis lebih menguntungkan daripada Palembang atau Jambi untuk mengawasi pelayaran melalui selat Malaka [8]. Dengan kata lain, Malaka menjadi pusat perdagangan sedang pelabuhan-pelabuhan Sumatera hanyalah tempat expor merica. Adapun Penjelasan Raja-Raja secara singkat yang pernah memerintah Malaka antara lain:
1.      Parameswara (Megat Iskandar Syah) 1402-1424
            Megat Iskandar Syah yang menurut Tome Pires masuk Islam usia 72 tahun meninggal tahun 1424 [9]. Masa pemerintahannya diwarnai dengan diakuinya Malaka sebagai negara yang bersahabat dengan Tiongkok.Dia memelihara hubungan dengan Tioongkok, tahun 1409 sebagai tindak lanjut dari persahabatan ini Kaisar Yung-Lo mengirim utusannya bernama Cheng-Ho untuk singgah di Malaka dan memberikan tanah genting Kra kepada Malaka.Selain itu perkembangan Islam aliran Syafi’i berkembang luas di Malaka sebagai akibat perkawinan Parameswara dengan Putri Pasai.
2.      Sultan Muhammad Syah (Sri Maharaja) 1424-1444
            Pada tahun 1424, setelah meninggalnya Sultan Megat Iskandar Syah, putranya Sri Maharaja, telah diangkat sebagai pemerintah  Malaka. Pada tahun yang sama, Raja dan permaisurinya melakukan kunjungan pertama mereka ke Cina untuk tujuan memberitahu Kaisar Cina atas meninggalnya ayahnya dan juga pengangkatan beliau sebagai Sultan. Pada tahun 1433, Raja bersama permaisuri, putra-putri dan adikya bernama Radin Bala beserta rombongan raja sebanyak 228 orang berangkat ke Cina mengikuti angkatan laut Cheng Ho.
3.      Sri Parameswara Dewa Syah 1444-1446
            Pada pemerintahan Sri Parameswara Dewa Syah hanya memerintah selama 2 tahun akibat menghadapi tantangan golongan Muslim Tamil. Beliau mengirim utusan ke Cina tahun 1444, tetapi tahun berikutnya diturunkan dari tahta dan dibunuh sebagai akibat dari suatu coup d’etat oleh kaum muslim Tamil yang dipimpin kakaknya sendiri, Raja Kasim, yang ibunya puteri saudagar kaya orang Tamil atau setengah Tamil dari Pase [10].
4.      Sultan Mudzaffar Syah (Raja Kassim) 1446-1459
             Raja Kasim memakai gelar Muzaffar Shah. Penulis-penulis Portugis menyamakannya dengan Modafaixa atau Malafar Sha. Masa pemerintahan Mudzaffar Syah timbul orangl-orang kuat di Malaka yang bernama Tun Perak. Setelah Tun Perak berhasil memukul mundur pasukan Siam di Muar Tun Perak diangkat menjadi pejabat politik pemerintahan.
5.      Sultan Mansur Syah 1459-1477
            Tahun 1459 Muzaffar Shah diganti oleh puteranya Raja Abdullah, yang memakai gelar Mansur Shah [11]. Masa pemerintahan Mansur Syah, Tun Perak merencanakan penyerbuan ke Pahang. Pahang yang terletak disebelah utara Malaka menghadap ke pantai timur dijadikan perisai dalam menghadapi serangan tentara Siam.Ditinjau dari Segi ekonomi, Pahang adalah daerah kaya raya terutama timah dan emas.Hal ini sangat dibutuhkan kesultanan Malaka untuk pembiayaan tentara untuk tujuan politik ekspansi.Tun Perak lebih banyak memusatkan perhatian pada penguasaan Selat Malaka sebagai jalan lalu lintas perdagangan daripada penyatuan Malaya.Oleh karena itu, perhatiannya ditumpahkan pada penundukan kota-kota pelabuhan di sepanjang Selat Malaka. Jika kota pelabuhan ini berhasil ditaklukkan Malaka akan menguasai sepenuhnya Selat Malaka dengan lalu lintas perdagangannya.  
6.      Sultan Alauddin Riayat Syah 1477-1488
            Masa Alauddin Riayat Syah, sepeninggal Tun Perak tahun 1498 yakni Tan Putih dan Tan Mutahir. Lalu Tun Putih sebagai bendahara berhasil menundukkan, Manjong, Beruas, dan Kelantan di bawah kekuasaan Malaka. Kemudian sepeninggal Tun Putih, bendahara Mutahir menundukkan Patani dan Kedah.Masa pemerintahan Sultan Aluddin Riayat Syah, Malaya dipersatukan dibawah pemerintahan Malaka dan Selat Malaka dikuasai sepenuhnya.Zaman ini merupakan puncak kegemilangan Malaka.
7.      Sultan Mahmud Syah  1488-1528
Kota Malaka semakin berkembang dengan kedatangan pedagang-pedagang asing setelah pengangkatan Tun Mutahir. Ini adalah karena kebijaksanaan dan kelancaran administrasi Bendahara Seri Maharaja dan kemampuannya menarik pedagang-pedagang asing untuk datang ke Melaka.
            Di sekitar tahun 1500, Malaka masih berada di puncak kekuasaan dan kegemilangannya. Kota Melaka menjadi pusat kekaisaran Melayu yang unggul dan juga pusat perdagangan untuk kain dari India, tembikar dan sutera dari Cina dan rempah ratus dari kepulauan Melayu, serta pusat aktivitas pengembangan Islam di kepulauan Melayu.
            Pada tanggal 11 September 1509, saat pemerintahan Sultan Mahmud dan Tun Mutahir sebagai Bendahara, satu angkatan Portugis yang terdiri dari lima buah kapal besar yang dipimpin oleh Diego Lopez de Sequeira telah mendarat di pelabuhanMalaka. Kedatangan orang-orang Portugis ini membawa pertanda buruk karena permulaan dimulainya keruntuhan dan kejatuhan Kesultanan Melayu Melaka.
              Politik ekspansi Malaka membawa juga akibat persebaran agama Islam madzhab Syafi’i di sepanjang pantai barat Malaya, pantai Timur Malaya serta pedalaman semenanjung Melayu. Raja-Raja di Pantai Timur Sumatera telah tunduk kepada Malaka mendapat hadiah putri-putri Sultan Malaka.Pemberian hadiah itu pula dalam rangka politik ekspansi keagamaan.
              Proses Islamisasi yang berjalan baik dan terbentuknya komunitas-komunitas Islam melahirkan pusat-pusat kekuasaan Islam.Kerajaan Islam pertama di Semenanjung Malaka adalah Kerajaan Islam Kelantan (pertengahan abad ke-12). Namun sejarah Kerajaan Kelantan belum terkuak sampai sekarang dikarenakan bukti-bukti yang kurang mendukung.
            Selain Kelantan terdapat Kerajaan Terengganu yang ditemukan bukti pada batu bersurat yang ditemukan di Kuala Barang (Terengganu), ditemukan tulisan bahasa Melayu berhuruf Arab (huruf Jawi) tentang hukum syarak yang wajib dipatuhi oleh rakyat di Kerajaan Islam Terengganu pada abad ke-8 H (abad ke-14 M) antara lain menyatakan: “Wajib di atas muslimin patuh kepada undang-undang Tuhan karena ia adalah perintah-perintah Allah yang berkuasa lagi mulia dan mengeluarkan hukum-hukum seperti ini wajib diatas sekalian raja-raja Muslimin untuk kebaikan negeri-negeri mereka.” Terengganu pada abad ke-14 menjadi pusat penyebaran Islam di pantai timur Semenanjung Malaka dan sampai sekarang disebut “Darul Iman”.
            Persebaran agama Islam melalui para pedagang kebanyakan dilakukan oleh pedagang islam dari India, Persia, dan Kambayat yang memeluk agama islam Syafi’i. Sebagai Kerajaan yang menguasai Malaya, Kerajaan Malaka menjadi pusat pertemuan pelayaran dari tiga jurusan, yakni dari Tiongkok, Indonesia, dan India.

2.5 Kemerosotan Kerajaan Malaka

            Proses kejatuhan Malaka ialah masuknya bangsa Portugis di Selat Malaka, pada tahun 1509 kapal Portugis dibawah pimpinan Don Diego Lopez da Squeira berlabuh di Malaka. Kota Malaka adalah kota dagang internasional, segala kekuatan Malaka dipusatkan di kota pelabuhan Malaka. Kemakmuran negara Malaka sedikit demi sedikit melemahkan semangat perjuangan. Karena kehilangan sasaran di luar Malaka, kekuatan-kekuatan Malaka terpecah belah dalam golongan dan saling berhantam. Semangat perjuangan yang kehilangan sasaran akhirnya menghancurkan kekuatan sendiri yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi bahaya dari luar.Semangat perang telah melempem diganti dengan semangat dagang.Latihan perang telah berganti dengan latihan mencari uang.
          Seperti yang telah disinggung diatas, Malaka menjadi pusat permusuhan antargolongan. Tiap-tiap golongan mengajukan calonnya dan mendesak supaya calonnya diterima. Permusuhan antar golongan pasti melemahkan pemerintahan. Para bangsawan terpecah belah dan membentuk kelompoknya masin-masing yang harus menyokong gerakannya untuk meruntuhkan lawan-lawannya. Untuk mengumpulkan orang-orang yang terpecah belah Malaka membutuhkan pemimpin yang kuat. Tetapi pada waktu itu Malaka tidak ada orang kuat yang sanggup memadukan tenaga-tenaga itu. Dari faktor Intern terdapat faktor Ekstern antara lain;
 1. Serangan dari Jawa
          Sejak tahun 1509 Yat Sun alias Adipati Unus putra sulung Jin Bun alias Raden Patah telah bersiap menyerang Malaka dan mengincar pelabuhan Malaka. Di kota Malaka banyak menetap pedagang-pedagang Jawa mereka dihubungi untuk dijadikan mata-mata. Adipati Unus memimpin langsung armada Demak tahun 1512.Armada yang sudah datang itu dihujani peluru dari benteng-benteng portugis, serangan ini gagal.
2. Perebutan Pengaruh Perdagangan di Selat Malaka
          Letak Malaka memang sangat menguntungkan bagi lalu lintas dagang mealaui Selat sebagai satu-satunya jalan yang ditempuh abad 14 dan abad ke 15. Dengan sendirinya Malaka menjadi kota dagang yang sangat ramai menjadi pusat pertemuan para pedagang dari tiga jurusan. Akibatnya gangguan dari luar yang bercita-cita menguasai Malaka semakin banyak, ditambah gejolak yang terjadi di Kerajaan Malaka akibat mulai memudarnya semanagat menaklukkan daerah lain dengan kata lain politik ekspansi masa Tun Perak telah hilang dikarenakan kurangnya kaderisasi pemimpin sepeninggal Tun Perak.
Sebelum kerajaan Malaka ada beberapa Kerajaan Melayu yang paling awal tercatat dalam sejarah tumbuh dari kota-pelabuhan tepi pantai yang dibuat pada abad 10. Di dalamnya termasuk Langkasuka di Kedah, dan juga Beruas dan Gangga Negara di Perak dan Pan Pan di Kelantan.
Pada 1511, Melaka ditaklukkan oleh Portugal, yang mendirikan sebuah koloni di sana; maka berakhirlah Kesultanan Melaka. Tetapi, Sultan terakhir melarikan diri ke Kampar, Riau, Sumatera dan meninggal di sana. Putera-putera Sultan Melaka terakhir mendirikan dua kesultanan di tempat lain di semenanjung & mdash; Kesultanan Perak di utara, dan Kesultanan Johor (mulanya kelanjutan kesultanan Melaka kuno) di selatan. Setelah jatuhnya Melaka, tiga negara berjuang menguasai Selat Malaka: Portugis (di Melaka), Kesultanan Johor, dan Kesultanan Aceh. Konflik ini berlangsung sampai tahun 1641, ketika Belanda (bersekutu dengan Kesultanan Johor) untuk merebut Melaka.
Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kesultanan Malaka tua, tapi sekarang dikenal dengan namaKesultanan Johor, yang masih ada sampai sekarang. Setelah jatuhnya Melaka, tiga negara berebut untuk mengambil kontrol Selat Malaka: Portugis (di Malaka), Kesultanan Johor, dan Kesultanan Aceh; dan peperangan berakhir pada 1641, ketika Belanda (bersekutu dengan Kesultanan Johor) merebut Malaka.

2.6 Letak geografis Singapura

Letak geografis Singapura jika dilihat secara astronomis berada pada 1 derjat, 11' LU - 1 derjat, 28' LU dan 103 derjat, 38' BT - 104 derjat, 5' BT. Batas wilayahnya ialah sebelah Utara dan Barat berbatasan dengan Selat Johor (Malaysia), sebelah Selatan dan Timur berbatasan dengan Laut Cina Selatan [12]. Singapura nama resminya Republik Singapura, adalah sebuah negara pulau di lepas ujung selatan Semenanjung Malaya, 137 kilometer (85 mil) di utara khatulistiwa di Asia Tenggara. Negara ini terpisah dari Malaysia oleh Selat Johor di utara, dan dari Kepulauan Riau, Indonesia oleh Selat Singapura di selatan. Singapura adalah pusat keuangan terdepan keempat di dunia[16] dan sebuah kota dunia kosmopolitan yang memainkan peran penting dalam perdagangan dan keuangan internasional. Pelabuhan Singapura adalah satu dari limapelabuhan tersibuk di dunia.
Singapura terdiri dari 63 pulau, termasuk daratan Singapura. Pulau utama sering disebut Pulau Singapura tetapi secara resmi disebut Pulau Ujong (Melayu: berarti pulau di ujung daratan (semenanjung)). Terdapat dua jembatan buatan menuju Johor, Malaysia: Johor–Singapore Causeway di utara, dan Tuas Second Link di barat. Pulau Jurong, Pulau Tekong, Pulau Ubin dan Pulau Sentosa adalah yang terbesar dari beberapa pulau kecil di Singapura. Titik alami tertinggi adalah Bukit Timah Hill dengan tinggi 166 m(545 kaki).
Singapura memiliki banyak proyek reklamasi tanah dengan tanah diperoleh dari bukit, dasar laut, dan negara tetangga. Hasilnya, daratan Singapura meluas dari 581,5 km² (224.5 mil²) pada 1960-an menjadi 704 km² (271.8 mil²) pada hari ini, dan akan meluas lagi hingga 100 km² (38.6 mil²) pada 2030. Proyek ini kadang mengharuskan beberapa pulau kecil digabungkan melalui reklamasi tanah untuk membentuk pulau-pulau besar dan berguna, contohnya Pulau Jurong.

2.6.1 Sejarah Berdirinya Singapura

 Pada awalnya Singapura di sebut Pu- Lo – Chung atau pulau paling ujung.  Pada masa silam sekitar abad ke 14, pulau Singapura dan Malaya merupakan sebagian dari kerajaan Sriwijaya dan dikenal sebagaiTemasek "Kota Laut".Kerajaan Sriwijaya pusatnya di Jambi dan nantinya di tanah yang dihuni masyarakat Minangkabau. Meskipun demikian, pada awal 1400-an pusat negeri Melayu sudah sepenuhnya bergeser ke Malaka.Menurut Sejarah Melayu, selepas kejatuhan Empayar Sriwijaya di Palembang pada abad ke-14, keluarga diraja Sriwijaya yang terselamat telah melarikan diri ke pulau-pulau sekitarnya yang masih setia kepada Sriwijaya.
Pada tahun 1324, seorang putera Sriwijaya bernama Sang Nila Utama menawan Temasek dan membunuh gabenur yang dilantik kerajaan Ayuthaya, Temagi. Baginda yang mengasaskan kerajaan Singapura lama.Baginda terus memerintah selama 48 tahun dan kekuasaannya diiktiraf oleh satu utusan dari Maharaja China pada tahun 1366. Baginda secara rasmi bergelar Sang Utama Parameswara Batara Sri Tri Buana, Batara Sri Tri Buana bermaksud "Yang Dipertuan kepada tiga dunia" melambangkan kekuasaannya ke atas Palembang, Bintan dan Temasek. Baginda mangkat pada tahun 1372 dan digantikan oleh anaknya, Paduka Sri Pekerma Wira Diraja (1372 – 1386) dan cucunya, Paduka Seri Rana Wira Kerma (1386 - 1399).
Pada tahun 1399, cicit Sang Nila Utama, Dharmaraja menaiki takhta kerajaan Singapura dengan gelaran Paduka Sri Maharaja Parameswara. Bagaimanapun, pada tahun 1401, baginda telah melarikan diri dari Singapura selepas serangan tentera Majapahit yang berkomplot dengan Bendahara yang belot, Sang Rajuna Tapa.Awalnya Singapura/Tumasik adalah Pos Luar dari Kerajaan Besar Sriwjaya. Saat itu Sriwijaya memiliki wilayah kekuasaan hingga Semenanjung Malaya(Malaysia), Kamboja, Thailand, Filipina dan Vietnam. Tidak mengherankan bila Sriwijaya dan Majapahit menjadi referensi Nusantara oleh para pejuang pra kemerdekaan.
Di abad XIV, runtuhnya Sriwijaya, Tumasik dibawah kekuasaan Majapahit yang ditaklukkan pada tahun 1401. Dengan menguasai Tumasik, sebagaimana Sriwijaya, Majapahit mampu mendominasi perdagangan internasional di perairan Melaka. Di abad berikutnya, dengan runtuhnya Majapahit, Tumasik menjadi Negara bagian Kerajaan Ayuttaya (Siam/Thailand). Namun juga karena kemunduran dari kerajaan Siam tersebut, di abad XIV, Tumasik menjadi bagian dari Kesultanan Malaka. Kesultanan Malaka merupakan “kelanjutan” dari Sriwijaya. Pendirinya adalah Parameswara.
Di tahun 1511, Portugis mulai menyerang Kesultanan Malaka. Ini adalah awal dari keruntuhan kesultanan tersebut. Di tahun 1511, kesultanan Melaka runtuh dan diteruskan oleh Kesultanan Johor. Pada 16 September 1963, Inggris setuju untuk menyerahkan Sinagpura ke Malaysia (Inggris memerdekakan Malaysia, 31 Agustus 1957) untuk mendirikan Negara Federasi Malaysia. Karena Singapura dan Malaysia bekas jajahan Inggris. Dan karena ada hal lain yang menyebabkan Singapura memisahkan diri dari Persekutuan/Kerajaan Malaysia pimpinan Tunku Abdul Rahman.
9 Agustus 1965, Singapura resmi menjadi Negara yang berdiri sendiri terlepas dari Negara manapun.
Silsilah Raja yang pernah berkuasa di Tumasik :
1.      Sang nila utama ( Sri tri buana)
Dalam Sulalatus Salatin, Sang Nila Utama disebutkan sebagai putra pasangan Sang Sapurba dengan Wan Sundaria (anak dari Demang Lebar Daun, penguasa Palembang). Ia menikah dengan Wan Sri Bini, dan awal menjadi raja di Bintan sebelum pindah ke Singapura.
2.      Paduka Sri Pikrama Wira
Putra tertua dari Sang Nila Utama dan Raja kedua dari Singapura. Ia dikenal sebagai Raja Kecil Besar sebelum ia naik tahta dan menikah dengan putri India yang bernama Nila Panjadi. Ia memerintah dari tahun 1347 hingga tahun 1362.
Pemerintahannya ditandai dengan adanya upaya pertama oleh Siam untuk menundukkan kerajaan pulau ini. Seperti dicatat oleh Wang Dayuan pada tahun 1349, armada siam terdiri dari 70 jung datang ke kerajaan pulau ini.
3.      Sri Rana Wira Kerma
Sri Rana Wira Kerma adalah putra tertua dari Paduka Seri Wikrama Wira dengan istrinya Nila Panjadi. Ia merupakan Raja Singapura ketiga. Ia dikenal sebagai Raja Muda sebelum naik tahta dan menikah dengan putri dari Bendahara Tun Perpatih Muka Berjajar. Ia memerintah dari tahun 1362 hingga tahun 1375.
4.      Paduka Sri Maharaja
Paduka Sri Maharaja adalah putra tertua dari Paduka Seri Rana Wikrama dan Raja keempat dari Singapura. Ia juga dikenal sebagai Damia Raja sebelum naik tahta. Menurut Sejarah Melayu, selama masa pemerintahan Paduka Sri Maharaja ditandai dengan terjadinya peristiwa Todak yang melanda seluruh pantai Singapura. Seorang pemuda, Hang Nadim, memikirkan solusi cerdik untuk menghalau todak.Raja awalnya berterima kasih, tetapi merasa semakin terancam oleh kecerdasan anak itu, dan memerintahkan agar anak itu dieksekusi. Pada 1389, Paduka Sri Maharaja digantikan oleh putranya, Iskandar Shah.
5.      Parameswara
Merupakan raja yang memerintah terakhir di Kerajaan Tumasik.
Periode pemerintahan raja-raja tersebut di perkirakan berakhir pada abad ke 14. Dan Singapura sempat mengalami pengruh perkembangan islam.Pada masa itu wilayah kekuasaan kerajaan Tumasik meliputi seluruh wilayah Singapura dan pulau kecil yang berada disekitarnya .



BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Malaysia adalah sebuah negara federasi yang terdiri dari tiga belas negara bagian dan tiga wilayah persekutuan di Asia Tenggara dengan luas 329.847 km persegi.Ibukotanya adalah Kuala Lumpur, sedangkan Putrajaya menjadi pusat pemerintahan persekutuan.Jumlah penduduk negara ini melebihi 27 juta jiwa.Negara ini dipisahkan ke dalam dua kawasan Malaysia Barat dan Malaysia Timur oleh Kepulauan Natuna, wilayah Indonesia di Laut Cina Selatan.Malaysia berbatasan dengan Thailand, Indonesia, Singapura, Brunei, dan Filipina.Negara ini terletak di dekat khatulistiwa dan beriklim tropika.Kepala negara Malaysia adalah Yang di-Pertuan Agong dan pemerintahannya dikepalai oleh seorang Perdana Menteri.Model pemerintahan Malaysia mirip dengan sistem parlementerWestminster.
Sisa-sisa arkeologis ditemukan di Malaysia Barat, Sabah, dan Sarawak.Semang memiliki leluhur jauh di Semenanjung Malaya, merujuk pada pemukiman pertama dari Afrika, lebih dari 50.000 tahun lalu.Senoi muncul sebagai kelompok campuran, dengan hampir separo silsilah dari garis ibu moyang Semang dan separonya lagi Indocina
Semenanjung Malaya berkembang sebagai pusat perdagangan utama di Asia Tenggara, karena berkembangnya perdagangan antara Cina dan India dan negara lainnya melalui Selat Malaka yang ramai.Claudius Ptolemaeus menunjukkan Semenanjung Malaya pada peta dininya dengan label yang berarti "Golden Chersonese", Selat Malaka ditulis sebagai "Sinus Sabaricus". Dari pertengahan hingga akhir milenium pertama, sebagian besar semenanjung, begitupun Nusantara berada di bawah pengaruh Sriwijaya.Di abad XIV, runtuhnya Sriwijaya, Tumasik dibawah kekuasaan Majapahit yang ditaklukkan pada tahun 1401.Dengan menguasai Tumasik, sebagaimana Sriwijaya, Majapahit mampu mendominasi perdagangan internasional di perairan Melaka.Di abad berikutnya, dengan runtuhnya Majapahit, Tumasik menjadi Negara bagian Kerajaan Ayuttaya (Siam/Thailand). Namun juga karena kemunduran dari kerajaan Siam tersebut, di abad XIV, Tumasik menjadi bagian dari Kesultanan Malaka .Kesultanan Malaka merupakan “kelanjutan” dari Sriwijaya.Pendirinya adalah Parameswara.Kerajaan Melayu yang paling awal tercatat dalam sejarah tumbuh dari kota-pelabuhan tepi pantai yang dibuat pada abad 10. Di dalamnya termasuk Langkasuka di Kedah, dan juga Beruas dan Gangga Negara di Perak dan Pan Pan di Kelantan.
Di abad XIV, runtuhnya Sriwijaya, Tumasik dibawah kekuasaan Majapahit yang ditaklukkan pada tahun 1401.Dengan menguasai Tumasik, sebagaimana Sriwijaya, Majapahit mampu mendominasi perdagangan internasional di perairan Melaka.Di abad berikutnya, dengan runtuhnya Majapahit, Tumasik menjadi Negara bagian Kerajaan Ayuttaya (Siam/Thailand). Namun juga karena kemunduran dari kerajaan Siam tersebut, di abad XIV, Tumasik menjadi bagian dari Kesultanan Malaka .Kesultanan Malaka merupakan “kelanjutan” dari Sriwijaya.Pendirinya adalah Parameswara.
Di tahun 1511, Portugis mulai menyerang Kesultanan Malaka.Ini adalah awal dari keruntuhan kesultanan tersebut.Di tahun 1511, kesultanan Melaka runtuh dan diteruskan oleh Kesultanan Johor. Pada 16 September 1963, Inggris setuju untuk menyerahkan Snagpura ke Malaysia (Inggris memerderkakan Malaysia, 31 Agustus 1957) untuk mendirikan Negara Federasi Malaysia .Karena Singapura dan Malaysia bekas jajahan Inggris. Dan karena ada hal lain yang menyebabkan Singapura memisahkan diri dari Persekutuan/Kerajaan Malaysia pimpinan Tunku Abdul Rahman.


DAFTAR PUSTAKA


Hall, D.G.E. 1988. Sejarah Asia Tenggara I, (Terj. I.P. Soewarsha). Surabaya : Usaha Nasional.
M.G Ricklefs dkk. 2013. Sejarah Asia Tenggara dari masa Prasejarah sampai Kontemporer. Jakarta: Komunitas Bambu.





[2] Ricklefs,M.C, dkk, Sejarah Asia Tenggara dari Masa Prasejarah sampai Kontemporer (Jakarta:Komunitas Bambu, 2013) hlm. 44.

[3] Ricklefs,M.C, dkk, Sejarah Asia Tenggara dari Masa Prasejarah sampai Kontemporer (Jakarta:Komunitas Bambu, 2013) hlm. 45.
[4] Ricklefs,M.C, dkk, Sejarah Asia Tenggara dari Masa Prasejarah sampai Kontemporer (Jakarta:Komunitas Bambu, 2013) hlm. 88.
[5] Ricklefs,M.C, dkk, Sejarah Asia Tenggara dari Masa Prasejarah sampai Kontemporer (Jakarta:Komunitas Bambu, 2013) hlm. 89.
[6] Hall, D.G.E., Sejarah Asia Tenggara, (Terj. I.P. Soewarsha), (Surabaya: Usaha Nasional, 1988) hlm. 187
[7] Ricklefs,M.C, dkk, Sejarah Asia Tenggara dari Masa Prasejarah sampai Kontemporer (Jakarta:Komunitas Bambu, 2013) hlm. 114.
[8] Hall, D.G.E., Sejarah Asia Tenggara, (Terj. I.P. Soewarsha), (Surabaya: Usaha Nasional, 1988) hlm.191
[9] Hall, D.G.E., Sejarah Asia Tenggara, (Terj. I.P. Soewarsha), (Surabaya: Usaha Nasional, 1988) hlm. 191
[10] Hall, D.G.E., Sejarah Asia Tenggara, (Terj. I.P. Soewarsha), (Surabaya: Usaha Nasional, 1988) hlm. 192
[11] Hall, D.G.E., Sejarah Asia Tenggara, (Terj. I.P. Soewarsha), (Surabaya: Usaha Nasional, 1988) hlm. 193

Tidak ada komentar:

Posting Komentar