KERAJAAN-KERAJAAN KUNO DI MALAYSIA;SINGAPURA SEBELUM
KEDATANGAN INGGRIS
disusun guna memenuhi tugas mata
kuliah
SEJARAH
ASIA TENGGARA I
Kelas: A Kelompok: 6
1. Muhardin 140210302038
2. Muhammad Arsil Mubin
140210302040
3. Dening Elysia 140210302041
4. Hasroqi Abdillah 140210302042
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang
telah memberikan nikmat Serta hidayah-Nya, terutama nikmat kesempatan dan
kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Sejarah Asia
Tenggara I dengan judul Kerajaan-Kerajaan Kuno di Malaysia;Singapura Sebelum
Kedatangan Inggris sesuai batas waktu yang telah ditentukan. Kemudian Sholawat
serta Salam kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
memberikan pedoman hidup yakni, Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk keselamatan di
Dunia dan Akhirat.
Kemudian, ucapan terima kasih kami
sampaikan kepada Bapak Drs. Sumarjono, M.Si. selaku Dosen
pengampu mata kuliah Sejarah Asia Tenggara I, teman-teman, serta semua pihak
yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama pembuatan makalah ini.
Makalah ini merupakan salah satu
tugas mata kuliah Sejarah Asia Tenggara I di program studi Pendidikan Sejarah
Universitas Jember. Semoga makalah ini
bisa bermanfaat untuk kita semua sebagai bahan tambahan belajar.
Selanjut kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca sehingga akan menumbuhkan rasa Syukur kami kepada
Allah SWT. Dalam perbaikan makalah ini kedepannya. Akhir
kata kami ucapkan terima kasih.
Jember, November 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asia Tenggara adalah sebuah kawasan di benua Asia bagian tenggara. Kawasan ini mencakup Indochina dan Semenanjung
Malaya serta
kepulauan di sekitarnya. Asia Tenggara berbatasan dengan Republik
Rakyat Cina di
sebelah utara, Samudra
Pasifik di timur, Samudra Hindia di selatan, dan Samudra Hindia, Teluk Benggala, dan anak benua India di barat.Asia Tenggara biasa dipilah
dalam dua kelompok: Asia Tenggara Daratan (ATD) dan Asia Tenggara Maritim
(ATM).
Nama
untuk kawasan ini pertama kali dipakai pada abad ke-20. Sebelumnya Asia Tenggara dikenal dengan nama India
Belakang (jika
dibandingkan dengan anak benua India). Subkawasan Asia Tenggara terdiri
dari sebelas negara, beberapa di antaranya berada di daratan utama (mainland),
yang juga dikenal sebagai Asia Tenggara Daratan (Indocina) dan sebagian lagi seluruhnya merupakan kepulauan (Asia
Tenggara Maritim), yang dikenal dengan istilah beragam, seperti Kepulauan
Selatan (Nan Yang, Cina dan Vietnam), Kepulauan Melayu (Malay
Archipelago menurut A.R. Wallace), Malayunesia (Logan), Indonesia (Logan dan Adolf Bastian), Hindia Timur (Oost-Indie,
Belanda), Malaysia, Insulinde (oleh orang Hindia Belanda di awal abad ke-20), atau Nusantara (oleh masyarakat Indonesia). Agak menarik bahwa Semenanjung
Malaya biasanya
dimasukkan dalam wilayah kepulauan meskipun masih tersambung dengan benua Asia.
Geografi
Asia Tenggara dapat dikategorikan menjadi dua bagian, daratan dan
kepulauan.Negara-negara yang berada di daratan termasuk Myanmar, Kamboja, Laos, Thailand, dan Vietnam.Sedangkan negara-negara yang berada di kepulauan
termasuk Brunei, Filipina, Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Banyak kerajaan kuno yang mengawali
terbentuknya negara-negara di Asia tenggata termasuk awal terbentuknya Malaysia
dan Singapura.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana letak geografis
Malaysia dan Singapura ?
2.
Bagaimana sejarah awal berdirinya Malaysia dan Singapura ?
1.3
Tujuan dan Manfaat
1.
Agar mahasiswa dapat mengetahui letak geografis Malaysia dan Singapura.
2.
Agar mahasiswa dapat mengetahui sejarah awal berdirinya Malaysia dan
Singapura .
3.
Untuk menambah refrensi pengetahuan sejarah awal berdirinya
negara-negara di Asia Tenggara khususnya Malaysia dan Singapura .
4.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Asia Tenggara I.
BAB
II. PEMBAHASAN
2.1
Letak Geografis Malaysia
Malaysia merupakan sebuah Negara kerajan. Wilayahnya terdiri dari dua bagian
yang terpisah. Sebagian
berada di semenanjung Malaysia yang disebut Malaysia Barat dan sebagian berada
di bagian utara pulau Kalimantan yang disebut Malaysia Timur [1]. Malaysia adalah sebuah negara federasi yang terdiri dari tiga belas negara bagian dan
tiga wilayah persekutuan di Asia Tenggara dengan luas 329.847 km persegi. Ibukotanya adalah Kuala Lumpur, sedangkan Putrajaya menjadi pusat pemerintahan persekutuan. Jumlah penduduk negara ini melebihi 27
juta jiwa. Negara ini dipisahkan ke
dalam dua kawasan Malaysia Barat dan Malaysia Timur oleh Kepulauan Natuna, wilayah Indonesia di Laut Cina Selatan. Malaysia berbatasan dengan Thailand, Indonesia, Singapura, Brunei, dan Filipina. Negara ini terletak di
dekat khatulistiwa dan beriklim tropika. Kepala negara Malaysia adalah Yang di-Pertuan Agong dan pemerintahannya dikepalai oleh seorang Perdana Menteri. Model pemerintahan Malaysia mirip
dengan sistem parlementer Westminster.
Malaysia sebagai negara persekutuan tidak pernah
ada sampai tahun 1963.Sebelumnya, sekumpulan koloni didirikan oleh Britania Raya pada akhir abad ke-18, dan paro barat Malaysia modern terdiri dari beberapa kerajaan yang
terpisah-pisah.Kumpulan wilayah jajahan itu dikenal sebagai Malaya Britania hingga pembubarannya pada 1946, ketika kumpulan itu
disusun kembali sebagai Uni Malaya.Karena semakin meluasnya tentangan, kumpulan itu
lagi-lagi disusun kembali sebagai Federasi Malaya pada tahun 1948 dan kemudian meraih kemerdekaan pada 31 Agustus1957.
2.2 Sejarah Berdirinya Malaysia
2.2.1 Proses Pembentukan Negara Kuno di Wilayah Malaya
Sejarah malaya ketika zaman
prasejarah ketika Sisa-sisa arkeolog ditemukan di Malaysia Barat, Sabah, Samang
yang memiliki nenek moyang jauh dari
Semenanjung
Malaya. Sesuai dengan kehidupan masyarakat Afrika 50.000 tahun lalu. Senoi
muncul sebagi kelompok campuran dengan hampir sebagian keturunannya dari Indocina. Sesuai dengan dugaan
mereka termasuk etnis Autronesia Kuno.
Kaum petani menyebarkan teknologinya keselatan
semenanjung kira-kira 5.000 tahun yang lalu dan menyatu dengan penduduk
asli. Semenanjung Malaya berkembang sebagai pusat perdagangan utama di Asia
Tenggara. Karena berkembangannya perdagangan antara Cina dan Hindia melalui
selat Malaka.
Dalam proses pembentukan
negara kuno di wilayah Malaka ketika Semenanjung Malaya (sekarang Thailand
Selatan dan Malaysia semenanjung) dan pulau Sumatera adalah sebagian dari
jaringan perdagangan subregional yang berkembang pesat, mendahului kedatangan
kebudayaan India selama beberapa abad. Kala itu semenanjung dipenuhi
negara-negara pesisir yang berhubungan dengan daerah-daerah jauh lainnya yang
berada di Timur dan Barat. Negara kota ini diyakini penting dalam masalah
perkembangan perdagangan dan kemakmuran serta menyebarkan kebudayaan dari luar
daerah. Dari arah ekonomi dan kebudayaan, wilayah ini terlahir dari Kerajaan
Sriwijaya yang muncul dalam catatan sejarah pada abad ke-7. Sejak adanya
Sriwijaya wilayah ini mulai muncul suatu periode yang panjang dan tidak lagi
ada misi diplomasi dari kerajaan-kerajaan tetangganya seperti Champa [2].
Perkembangan Sriwijaya
terkait langsung dengan perubahan pola perdagangan yang lebih menguntungkan
daerah Selat Malaka dan merugikan pesisir oleh delta Mekong. Tempat berkembangnya “Funan” dimasa
sebelumnya. Sriwijaya telah berhasil memperluas pengaruhnya di Semenanjung
Malaya yang sesuai dengan prasasti akhir abad ke-8 dari Ligor (sekarang Nakhon
Si Thammarat, Thailand Selatan). Namun, hal itu masih kurang diketahui lebih
jelas tentang kekuasaannya yang bersifat panjang atau fenomena singkat belaka.
Asumsi tentang keberadaan “Imperium Maritim” seputar awal-awal abad kekuasaan
Sriwijaya masih dipertanyakan. Maka dengan demikian, pentingnya perdagangan
maritim tidak bisa diabaikan [3].
Perkembangan perdagangan internasional telah membuat Semanjung Malaya didominasi
oleh agama Budha, tetapi juga agama Hindu, hal iut dibuktikannya dengan
ditemukannya patung-patung Wisnu di Sumatera dan Semananjung Malaya.
Berdasarkan prasasti Keping
Tembaga Laguna, pedagang melayu yang sudah berdagang ke seluruh wilayah Asia
Tenggara, juga turut membawa adat kebudayaan dan bahasa Melayu di kawasan yang
pernah di disinggahi. Akhirnya bahasa Melayu menggeser kedudukan bahasa
Sansekerta. Era kejayaan Sriwijaya merupakan masa emas bagi peradaban Melayu,
termasuk masa Silendra di Jawa. Kemudian dilanjutkan oleh kerajan Dharmasraya
sampai abad ke-14 dan terus berkembang pada masa Kesultanan Malaka. Terus
berkembang pada masa kesultanan Malaka, hingga sebelum kerajaan ini ditaklukkan
oleh kekuatan tentara portugis pada tahun 1511.
2.2.2 Kondisi Negara Klasik Pada Masa
Kejayaan di Wilayah Malaya
Pada masa silam sekitar
abad ke 14, pulau Singapura dan Malaya merupakan bagian dari kerajaan Sriwijaya
dan dikenal sebagai Temasek "Kota Laut". Kerajaan Sriwijaya pusatnya
di Jambi dan nantinya di tanah yang dihuni masyarakat Minangkabau. Meskipun
demikian, pada awal 1400-an pusat negeri Melayu sudah sepenuhnya bergeser ke
Malaka.
Pada awal abad ke-20 oleh
para cendikiawan masa kolonial yang menyatukan informasi dari berbagai sumber,
Sriwijaya dipandang sebagai ‘imperium’ maritime yang pada puncak kejayaanya
menguasai Jawa dan Sumatera serta sebagian besar Semenanjung Malaya. Namun,
seperti para tetangganya, luas wilayah Sriwijaya menyusut di tangan para
cendikiawan masa kini dan pemahan terhadap strukturnya sudah berubah. Mayoritas
cendikiawan terkini menganggap Sriwijaya sebagai poros-terletak di Palembang
atau Jambi- yang dikelilingi pada hubungan dengan penguasa negara-negara vassal
dan daerah-daerah pinggiran lainnya. Walaupun parasasti dan sumber-sumber lain
menunjukkan bahwa para penguasa Sriwijaya pada masa tertentu mampu
memproyeksikan kekuasaan mereka sampai ke Jawa, Semenanjung Malaya atau bahkan
lebih jauh lagi, bukan berarti lokasi-lokasi yang lebih luas ini tercakup dalam
sebuah ‘imperium’ selama periode panjang [4].
Para cendikiawan kadangkala
menjelaskan Sriwijaya sebagai ‘thalasokrasi (imperium laut)’ yang mendominasi
kawasan maritim melalui angkatan lautnya yang kuat. Semenanjung Malaya dan
kepulauan Indonesia bagian barat dipenuhi pelabuhan yang sebagian berusia lebih
tua dari Sriwijaya. Seringkali ditemukan dalam sumber-sumber Cina, mereka
dimasukkan dalam jaringan perdagangan majemuk dimana Sriwijaya bisa saja
merupakan ‘pusatnya’ tetapi belum tentu menjadi ‘tuan’. Maksimal, para penguasa
Sriwijaya dapat menjadi penguasa tertinggi atau menggenggam hegemoni. Tapi,
belum tentu ia bisa menerapkan kendali langsung [5].
Telah terjadi beberapa
konflik dengan para penguasa Jawa pada abad ke-10. Namun, tantangan paling
serius dan tersohor ialah datang dari Dinasti Chola di India Selatan pada awal
abad ke-11, ketika persaingan perdagangan antara kedua kekuatan perdagangan
mengarah pada invasi terhadap Sumatra pada 1025.
Ibukota Sriwijaya kemudian
dipindahkan dari Palembang ke Jambi setengah abad setelah invasi Chola. Hal ini
dianggap sebagai kemerosotan Sriwijaya. Posisinya pun mulai memudar dan kerajan
pesaing seperti Semenanjung Malaya (Tambralinga yang berpusat di Nakhon Si
Thammarat modern di Thailand Selatan) menjadi makmur.
Pengaruh Sriwijaya terhadap
negeri Melayu tak kunjung sirna. Kronik-kronik masa selanjutnya secara
eksplisit menghubungkan pendirian serta kebangkitan Malaya dengan
Palembang-dimana Sriwijaya pernah makmur dan kerajaan baru yang didirikan di
Semenanjung pada awal 1400-an, yang dalam berbagai hal merupakan pewaris
kejayaan dan prestise pendahulunya.
2.2.3 Kerajaan-Kerajan
Melayu
A. Langkasuka
Langkasuka atau juga dikenali sebagai Lang-ya-shiu,
Lang-chia-shu (China), Langasyuka (Arab) dan Ilangasoka
(inkripsi Tangore). Berdasarkan catatan pelawat-pelawat China yang mengadakan
hubungan diplomatik dengan negeri-negeri Asia Tenggara pada abad ke-2 Masehi,
“Lang-ya-shiu” atau Langkasuka (Paul Wheatley 1961, 387-412) sudah berdiri.
Berpedoman catatan tersebut ahli-ahli sejarah Eropah percaya bahawa negeri
Langkasuka yang terletak di pantai timur Semenanjung Tanah Melayu antara
Senggora (Songkhla) dan Kelantan itu adalah lokasi asal negeri Patani.Langkasuka
ialah sebuah kerajaan HinduMelayu silam
yang terletak di Semenanjung
Tanah Melayu.
Kerajaan ini bersama-sama dengan Kerajaan Kedah Tua bisa dikatakan
merupakan kerajaan yang paling awal di Tanah Melayu. Mengikut salah satu sumber, kerajaan
ini didirikan pada kurun ke-2 Masehi.
Legenda orang Melayu mengatakan bahawa
Langkasuka berdiri di Kedah, dan kemudian berpindah ke Pattani. Nama Langkasuka juga ada disebut dalam tulisan-tulisan
Melayu dan Jawa, sementara tulisan-tulisan dari China pernah menyebut
sebuah negeri iaitu Lang-ya-hsiu atau Lang-chia-shu. Pada tahun 515 M Raja Bhagadatta menjalinkan hubungan dengan China .Pada
kurun ke-12, Langkasuka merupakan negeri naungan Kerajaan Srivijaya .
B. Gangga Negara dan Beruas
Gangga Negara dipercayai merupakan kerajaan Melayu
Hindu Lama yang disebut dalam Sejarah
Melayu yang kini
menaungi Beruas, Dinding dan Manjung yang pada masa kini terletak di negeri Perak, Malaysia serta Raja Gangga Shah Johan sebagai salah seorang
rajanya. Para peneliti mempercayai bahawa kerajaan ini berpusat di Beruas dan
runtuh selepas serangan oleh Raja Rajendra Chola I dari Coromandel, India Selatan di antara tahun 1025 dan 1026.
Kerajaan
Gangga Negara meliputi Beruas dan Dinding/ Manjung .Artefak arca-arca Buddha abad
ke-5 dan ke-6 Masehi yang dijumpai di Beruas
menunjukkan kewujudan kerajaan Gangga Negara ini.Kerajaan Gangga Negara ini
berpusat di Beruas.
Pendiri
Kerajaan Gangga Negara ialah Raja Ganjil Sarjuna dari Kedah.Menurut kajian lain
menyatakan bahawa Kerajaan Gangga Negara berdiri tidak lewat pada abad ke-2 Masehi. Kerajaan Gangga Negara ini dipercayai terletak di
daerah Dinding (Manjong) di kawasan Selatan Gunung Bubu (1657 meter ) arah timur Bukit
Segari di tepi Sungai
Dendang. Pendapat ini
juga menyebut kemungkinan pusat Kerajaan Gangga Negara berubah-ubah.
Dengan
menggunakan sumber artefak-artefak purba dan kerajaan ini dipercayai pernah
berpusat di Pengkalan ( Ipoh ), Lembah Kinta, Tanjung Rambutan, Bidor dan Sungai Siput.
C. Pan-pan
Pan Panialah sebuah kerajaan Hindu kecil
yang dipercayai wujud pada kurun ketiga hingga ketujuh masihi dan terletak di
suatu kawasan di Kelantan atau Terengganu, Malaysia. Tidak banyak yang diketahui tentang
kerajaan ini.Adalah juga dipercayai bahawa kerajaan ini ditakluk oleh empayar
yang lebih besar yaitu Sriwijaya.
2.3
Posisi dan Letak Kerajaan Malaka
Kerajaan Malaka terletak di Semenanjung Barat Malaya
yang merupakan posisi strategis dalam perdagangan kuno masa itu sebab
menghubungkan perdagangan antara dunia barat dengan dunia timur yang melalui
Selat Malaka. Akibat proses perdagangan itu Malaka menjadi kota pelabuhan
teramai abad 15. Selat Malaka merupakan lalu lintas perdagangan terpadat masa
itu.Letak Pelabuhan Malaka memang sangat strategis dan sangat baik.Kapal dagang
yang berlayar dari Laut selatan Cina bisa dibelokkan ke pelabuhan yang aman
tenteram.Sebab Malaka memberikan jaminan keamanan kepada saudagar yang datang. Hal
ini dipengaruhi pelayaran abad 15-16 masih tergantung pada angin laut. Sambil
menunggu datangnya angin para pedagang mendapat kesempatan untuk membeli
barang-barang yang datang dari Tiongkok, India, dan Indonesia terutama
rempah-rempah dari Indonesia Timur.
Pelabuhan Malaka dibangun oleh Parameswara seorang Raja
pelarian dari Tumasik (Singapura), Raja Parameswara menyingkir ke Muar dan
bersembunyi di Malaka yang pada saat itu
masih merupakan desa kecil di pantai Barat Semenanjung Malaya dan menjadi
sarang perompak, lanun, dan nelayan. Alasan Parameswara menyingkir ke Malaka
dikarenakan ketakutan akan serangan balasan Raja Pahang yang datang ke Tumasik
dengan armadanya untuk membalaskan kematian saudaranya yang dibunuh
Parameswara. Masa ini Islam telah memberikan pengaruhnya secara langsung bukti
historisnya menurut berita dari Marco Polo tahun 1292 dalam perjalanannya
pulang ke Cina mengujungi Sumatera. Ferlec pelabuhan pertama yang dikunjungi
disamakan dengan Perlak. Menurut Marco, daerah Perlak begitu banyak banyak
dikunjungi oleh pedagang muslim sehingga mereka merubah keyakinan penduduk asli
tempat itu ke Hukum Nabi.[6]
2.4 Perkembangan Islam dan
Pengaruhnya Terhadap Kerajaan – Kerajaan di Semenanjung Malaya
Berdasarkan bukti arkeologis, pada
abad ke-14 sebuah negara Islam diyakini telah didirikan di Terengganu, disisi
timur Semenannjung Malaya. Buktinya adalah batu prasasti bertuliskan poin-poin
yang menyebar dikalangan masyarakat lokal [7].
Perkembangan Islam di Malaka bermula tahun
1403 setelah seluruh Tiongkok dikuasai oleh Kaisar Yung-Lo dari Dinasti Ming. Sejak Yung-Lo berkuasa, ia
mulai menentramkan keadaan, memulihkan kesejahteraan rakyat dan hubungan antara
Tiongkok dengan negara-negara asing. Kaisar Yung-Lo alias Ch’eng Tsu, berusaha
memperbaiki hubungan dagang dan hubungan politik Luar Negeri. Maka diutuslah
Cheng Ho alias Sam Po Bo diserahi pelaksanaan pemulihan hubungan ke Asia
Tenggara dan Asia Barat. Utusan pertama dipimpin Laksamana Ying Ching yang
singgah di Malaka, Parameswara menggunakan kesempatan yang datang mendadak itu.
Dia menemui Yin Ching minta supaya diakui oleh kaisar Tiongkok sebagai penguasa
pantai Malaka.
Akibat pengakuan itu, ia
akan memperoleh perlindungan dan bantuan dari Tiongkok, jika Malaka pada suatu
saat diserang oleh tentara Siam. Parameswara memelihara hubungan sedekat
mungkin dengan Cina tahun 1409, armada Tiongkok dibawah pimpinan disertai
Tionghoa Islam sebagai juru bahasa bernama Ma Huan berkunjung ke Asia Tenggara.
Dalam kunjungan ke Asia Tenggara itu Cheng Ho singgah di pelabuhan Malaka untuk
menunjukkan kepada Siam bahwa Tiongkok bersahabat dengan Malaka. Cheng Ho
menghadiahkan tanah genting Kra kepada Raja Parameswara untuk dijadikan istana.
Akibat saling eratnya hubungan Malaka dengan Tiongkok tentara Siam tidak berani
lagi masuk di Malaka.
Setelah Parameswara memeluk
agama Islam madzhab Syafi’i banyak rakyat Malaka yang ikut masuk Islam. Malaka
menjadi Kesultanan Islam, negara Islam pertama di Malaysia dan Kota Malaka
menjadi kota dagang Islam di Asia Tenggara. Perluasan Malaka berjalan dengan
cepat, posisinya yang strategis lebih menguntungkan daripada Palembang atau
Jambi untuk mengawasi pelayaran melalui selat Malaka [8].
Dengan kata lain, Malaka menjadi pusat perdagangan sedang pelabuhan-pelabuhan
Sumatera hanyalah tempat expor merica. Adapun Penjelasan Raja-Raja secara
singkat yang pernah memerintah Malaka antara lain:
1.
Parameswara (Megat Iskandar Syah) 1402-1424
Megat Iskandar Syah yang menurut
Tome Pires masuk Islam usia 72 tahun meninggal tahun 1424 [9].
Masa pemerintahannya diwarnai dengan diakuinya Malaka sebagai negara yang
bersahabat dengan Tiongkok.Dia memelihara hubungan dengan Tioongkok, tahun 1409
sebagai tindak lanjut dari persahabatan ini Kaisar Yung-Lo mengirim utusannya
bernama Cheng-Ho untuk singgah di Malaka dan memberikan tanah genting Kra
kepada Malaka.Selain itu perkembangan Islam aliran Syafi’i berkembang luas di
Malaka sebagai akibat perkawinan Parameswara dengan Putri Pasai.
2.
Sultan Muhammad Syah (Sri Maharaja) 1424-1444
Pada
tahun 1424, setelah meninggalnya Sultan Megat Iskandar Syah, putranya Sri
Maharaja, telah diangkat sebagai pemerintah
Malaka. Pada tahun yang sama, Raja dan permaisurinya melakukan kunjungan
pertama mereka ke Cina untuk tujuan memberitahu Kaisar Cina atas meninggalnya
ayahnya dan juga pengangkatan beliau sebagai Sultan. Pada tahun 1433, Raja
bersama permaisuri, putra-putri dan adikya bernama Radin Bala beserta rombongan
raja sebanyak 228 orang berangkat ke Cina mengikuti angkatan laut Cheng Ho.
3.
Sri Parameswara Dewa Syah 1444-1446
Pada
pemerintahan Sri Parameswara Dewa Syah hanya memerintah selama 2 tahun akibat
menghadapi tantangan golongan Muslim Tamil. Beliau mengirim utusan ke Cina
tahun 1444, tetapi tahun berikutnya diturunkan dari tahta dan dibunuh sebagai
akibat dari suatu coup d’etat oleh kaum muslim Tamil yang dipimpin kakaknya
sendiri, Raja Kasim, yang ibunya puteri saudagar kaya orang Tamil atau setengah
Tamil dari Pase [10].
4.
Sultan Mudzaffar Syah (Raja Kassim) 1446-1459
Raja Kasim memakai gelar Muzaffar Shah.
Penulis-penulis Portugis menyamakannya dengan Modafaixa atau Malafar Sha. Masa
pemerintahan Mudzaffar Syah timbul orangl-orang kuat di Malaka yang bernama Tun
Perak. Setelah Tun Perak berhasil memukul mundur pasukan Siam di Muar Tun Perak
diangkat menjadi pejabat politik pemerintahan.
5.
Sultan Mansur Syah 1459-1477
Tahun
1459 Muzaffar Shah diganti oleh puteranya Raja Abdullah, yang memakai gelar
Mansur Shah [11]. Masa
pemerintahan Mansur Syah, Tun Perak merencanakan penyerbuan ke Pahang. Pahang
yang terletak disebelah utara Malaka menghadap ke pantai timur dijadikan
perisai dalam menghadapi serangan tentara Siam.Ditinjau dari Segi ekonomi,
Pahang adalah daerah kaya raya terutama timah dan emas.Hal ini sangat
dibutuhkan kesultanan Malaka untuk pembiayaan tentara untuk tujuan politik
ekspansi.Tun Perak lebih banyak memusatkan perhatian pada penguasaan Selat
Malaka sebagai jalan lalu lintas perdagangan daripada penyatuan Malaya.Oleh
karena itu, perhatiannya ditumpahkan pada penundukan kota-kota pelabuhan di
sepanjang Selat Malaka. Jika kota pelabuhan ini berhasil ditaklukkan Malaka
akan menguasai sepenuhnya Selat Malaka dengan lalu lintas perdagangannya.
6.
Sultan Alauddin Riayat Syah 1477-1488
Masa Alauddin Riayat Syah, sepeninggal Tun Perak tahun
1498 yakni Tan Putih dan Tan Mutahir. Lalu Tun Putih sebagai bendahara berhasil
menundukkan, Manjong, Beruas, dan Kelantan di bawah kekuasaan Malaka. Kemudian
sepeninggal Tun Putih, bendahara Mutahir menundukkan Patani dan Kedah.Masa
pemerintahan Sultan Aluddin Riayat Syah, Malaya dipersatukan dibawah
pemerintahan Malaka dan Selat Malaka dikuasai sepenuhnya.Zaman ini merupakan
puncak kegemilangan Malaka.
7.
Sultan Mahmud Syah 1488-1528
Kota Malaka semakin berkembang dengan kedatangan
pedagang-pedagang asing setelah pengangkatan Tun Mutahir. Ini adalah karena
kebijaksanaan dan kelancaran administrasi Bendahara Seri Maharaja dan
kemampuannya menarik pedagang-pedagang asing untuk datang ke Melaka.
Di sekitar tahun 1500, Malaka masih
berada di puncak kekuasaan dan kegemilangannya. Kota Melaka menjadi pusat
kekaisaran Melayu yang unggul dan juga pusat perdagangan untuk kain dari India,
tembikar dan sutera dari Cina dan rempah ratus dari kepulauan Melayu, serta
pusat aktivitas pengembangan Islam di kepulauan Melayu.
Pada tanggal 11 September 1509, saat
pemerintahan Sultan Mahmud dan Tun Mutahir sebagai Bendahara, satu angkatan
Portugis yang terdiri dari lima buah kapal besar yang dipimpin oleh Diego Lopez
de Sequeira telah mendarat di pelabuhanMalaka. Kedatangan orang-orang Portugis
ini membawa pertanda buruk karena permulaan dimulainya keruntuhan dan kejatuhan
Kesultanan Melayu Melaka.
Politik
ekspansi Malaka membawa juga akibat persebaran agama Islam madzhab Syafi’i di
sepanjang pantai barat Malaya, pantai Timur Malaya serta pedalaman semenanjung
Melayu. Raja-Raja di Pantai Timur Sumatera telah tunduk kepada Malaka mendapat
hadiah putri-putri Sultan Malaka.Pemberian hadiah itu pula dalam rangka politik
ekspansi keagamaan.
Proses Islamisasi yang berjalan baik dan terbentuknya
komunitas-komunitas Islam melahirkan pusat-pusat kekuasaan Islam.Kerajaan Islam
pertama di Semenanjung Malaka adalah Kerajaan Islam Kelantan (pertengahan abad
ke-12). Namun sejarah Kerajaan Kelantan belum terkuak sampai sekarang dikarenakan
bukti-bukti yang kurang mendukung.
Selain Kelantan terdapat Kerajaan Terengganu yang
ditemukan bukti pada batu bersurat yang ditemukan di Kuala Barang (Terengganu),
ditemukan tulisan bahasa Melayu berhuruf Arab (huruf Jawi) tentang hukum syarak
yang wajib dipatuhi oleh rakyat di Kerajaan Islam Terengganu pada abad ke-8 H
(abad ke-14 M) antara lain menyatakan: “Wajib di atas muslimin patuh kepada
undang-undang Tuhan karena ia adalah perintah-perintah Allah yang berkuasa lagi
mulia dan mengeluarkan hukum-hukum seperti ini wajib diatas sekalian raja-raja
Muslimin untuk kebaikan negeri-negeri mereka.” Terengganu pada abad ke-14
menjadi pusat penyebaran Islam di pantai timur Semenanjung Malaka dan sampai
sekarang disebut “Darul Iman”.
Persebaran agama Islam melalui para pedagang kebanyakan
dilakukan oleh pedagang islam dari India, Persia, dan Kambayat yang memeluk
agama islam Syafi’i. Sebagai Kerajaan yang menguasai Malaya, Kerajaan Malaka
menjadi pusat pertemuan pelayaran dari tiga jurusan, yakni dari Tiongkok,
Indonesia, dan India.
2.5 Kemerosotan
Kerajaan Malaka
Proses kejatuhan Malaka ialah masuknya bangsa Portugis di
Selat Malaka, pada tahun 1509 kapal Portugis dibawah pimpinan Don Diego Lopez
da Squeira berlabuh di Malaka. Kota Malaka adalah kota dagang internasional,
segala kekuatan Malaka dipusatkan di kota pelabuhan Malaka. Kemakmuran negara
Malaka sedikit demi sedikit melemahkan semangat perjuangan. Karena kehilangan
sasaran di luar Malaka, kekuatan-kekuatan Malaka terpecah belah dalam golongan
dan saling berhantam. Semangat perjuangan yang kehilangan sasaran akhirnya
menghancurkan kekuatan sendiri yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi bahaya
dari luar.Semangat perang telah melempem diganti dengan semangat dagang.Latihan
perang telah berganti dengan latihan mencari uang.
Seperti yang telah disinggung diatas, Malaka menjadi pusat permusuhan
antargolongan. Tiap-tiap golongan mengajukan calonnya dan mendesak supaya
calonnya diterima. Permusuhan antar golongan pasti melemahkan pemerintahan. Para
bangsawan terpecah belah dan membentuk kelompoknya masin-masing yang harus
menyokong gerakannya untuk meruntuhkan lawan-lawannya. Untuk mengumpulkan
orang-orang yang terpecah belah Malaka membutuhkan pemimpin yang kuat. Tetapi
pada waktu itu Malaka tidak ada orang kuat yang sanggup memadukan tenaga-tenaga
itu. Dari faktor Intern terdapat faktor Ekstern antara lain;
1. Serangan dari Jawa
Sejak tahun 1509 Yat Sun alias Adipati Unus putra sulung
Jin Bun alias Raden Patah telah bersiap menyerang Malaka dan mengincar
pelabuhan Malaka. Di kota Malaka banyak menetap pedagang-pedagang Jawa mereka
dihubungi untuk dijadikan mata-mata. Adipati Unus memimpin langsung armada
Demak tahun 1512.Armada yang sudah datang itu dihujani peluru dari
benteng-benteng portugis, serangan ini gagal.
2. Perebutan Pengaruh
Perdagangan di Selat Malaka
Letak Malaka memang sangat menguntungkan bagi lalu lintas
dagang mealaui Selat sebagai satu-satunya jalan yang ditempuh abad 14 dan abad
ke 15. Dengan sendirinya Malaka menjadi kota dagang yang sangat ramai menjadi
pusat pertemuan para pedagang dari tiga jurusan. Akibatnya gangguan dari luar
yang bercita-cita menguasai Malaka semakin banyak, ditambah gejolak yang
terjadi di Kerajaan Malaka akibat mulai memudarnya semanagat menaklukkan daerah
lain dengan kata lain politik ekspansi masa Tun Perak telah hilang dikarenakan
kurangnya kaderisasi pemimpin sepeninggal Tun Perak.
Sebelum
kerajaan Malaka ada beberapa Kerajaan Melayu yang paling awal tercatat dalam
sejarah tumbuh dari kota-pelabuhan tepi pantai yang dibuat pada abad 10. Di
dalamnya termasuk Langkasuka di Kedah, dan juga Beruas dan Gangga Negara di Perak dan Pan Pan di Kelantan.
Pada
1511, Melaka ditaklukkan oleh Portugal, yang mendirikan sebuah koloni di sana; maka berakhirlah
Kesultanan
Melaka. Tetapi, Sultan
terakhir melarikan diri ke Kampar, Riau, Sumatera dan meninggal di sana. Putera-putera Sultan Melaka
terakhir mendirikan dua kesultanan di tempat lain di semenanjung & mdash; Kesultanan Perak
di utara, dan Kesultanan
Johor (mulanya
kelanjutan kesultanan Melaka kuno) di selatan. Setelah jatuhnya
Melaka, tiga negara berjuang menguasai Selat Malaka: Portugis (di Melaka), Kesultanan
Johor, dan Kesultanan
Aceh. Konflik ini
berlangsung sampai tahun 1641, ketika Belanda (bersekutu dengan Kesultanan Johor) untuk merebut
Melaka.
Kerajaan
ini merupakan kelanjutan dari Kesultanan Malaka tua, tapi sekarang dikenal dengan
namaKesultanan
Johor, yang masih ada
sampai sekarang. Setelah jatuhnya Melaka, tiga negara berebut untuk mengambil kontrol Selat Malaka: Portugis (di Malaka), Kesultanan Johor, dan Kesultanan Aceh; dan peperangan berakhir pada 1641, ketika Belanda (bersekutu dengan Kesultanan Johor) merebut Malaka.
2.6 Letak geografis Singapura
Letak
geografis Singapura jika dilihat secara astronomis berada pada 1 derjat, 11' LU
- 1 derjat, 28' LU dan 103 derjat, 38' BT - 104 derjat, 5' BT. Batas wilayahnya
ialah sebelah Utara dan Barat berbatasan dengan Selat Johor (Malaysia), sebelah
Selatan dan Timur berbatasan dengan Laut Cina Selatan [12]. Singapura nama resminya Republik Singapura, adalah sebuah negara pulau di lepas ujung selatan Semenanjung
Malaya,
137 kilometer (85 mil) di utara khatulistiwa di Asia Tenggara. Negara ini terpisah dari Malaysia oleh Selat Johor di utara, dan dari Kepulauan Riau, Indonesia oleh Selat Singapura di selatan. Singapura adalah pusat
keuangan terdepan keempat di dunia[16] dan sebuah kota dunia kosmopolitan yang memainkan peran penting dalam
perdagangan dan keuangan internasional. Pelabuhan Singapura adalah satu dari limapelabuhan tersibuk di dunia.
Singapura
terdiri dari 63 pulau, termasuk daratan Singapura. Pulau
utama sering disebut Pulau Singapura tetapi secara resmi disebut Pulau Ujong (Melayu: berarti pulau di ujung daratan (semenanjung)). Terdapat dua jembatan buatan menuju Johor, Malaysia:
Johor–Singapore Causeway di utara, dan Tuas Second Link di barat. Pulau Jurong, Pulau Tekong, Pulau Ubin dan Pulau Sentosa adalah yang terbesar dari beberapa
pulau kecil di Singapura. Titik alami tertinggi adalah Bukit Timah Hill dengan tinggi 166 m(545 kaki).
Singapura
memiliki banyak proyek reklamasi tanah dengan tanah diperoleh dari bukit,
dasar laut, dan negara tetangga. Hasilnya, daratan Singapura meluas dari
581,5 km² (224.5 mil²) pada 1960-an menjadi 704 km² (271.8 mil²) pada hari ini, dan akan meluas lagi hingga 100 km² (38.6 mil²) pada 2030. Proyek ini kadang mengharuskan beberapa
pulau kecil digabungkan melalui reklamasi tanah untuk membentuk pulau-pulau
besar dan berguna, contohnya Pulau Jurong.
2.6.1
Sejarah Berdirinya Singapura
Pada awalnya Singapura di sebut Pu- Lo – Chung
atau pulau paling ujung. Pada masa silam
sekitar abad ke 14, pulau Singapura dan Malaya merupakan sebagian dari kerajaan
Sriwijaya dan dikenal sebagaiTemasek "Kota Laut".Kerajaan Sriwijaya
pusatnya di Jambi dan nantinya di tanah yang dihuni masyarakat Minangkabau.
Meskipun demikian, pada awal 1400-an pusat negeri Melayu sudah sepenuhnya
bergeser ke Malaka.Menurut Sejarah Melayu, selepas kejatuhan Empayar Sriwijaya di Palembang pada abad ke-14,
keluarga diraja Sriwijaya yang terselamat telah melarikan diri ke pulau-pulau
sekitarnya yang masih setia kepada Sriwijaya.
Pada
tahun 1324, seorang putera Sriwijaya bernama Sang Nila Utama menawan Temasek dan membunuh gabenur
yang dilantik kerajaan Ayuthaya, Temagi. Baginda yang mengasaskan kerajaan Singapura lama.Baginda terus memerintah selama 48 tahun dan
kekuasaannya diiktiraf oleh satu utusan dari Maharaja China pada tahun 1366.
Baginda secara rasmi bergelar Sang Utama Parameswara Batara Sri Tri Buana,
Batara Sri Tri Buana bermaksud "Yang Dipertuan kepada tiga dunia"
melambangkan kekuasaannya ke atas Palembang, Bintan dan Temasek. Baginda mangkat pada tahun 1372 dan
digantikan oleh anaknya, Paduka Sri Pekerma Wira Diraja (1372 – 1386) dan
cucunya, Paduka Seri Rana Wira Kerma (1386 - 1399).
Pada
tahun 1399, cicit Sang Nila Utama, Dharmaraja menaiki takhta kerajaan Singapura
dengan gelaran Paduka Sri Maharaja Parameswara. Bagaimanapun, pada tahun 1401,
baginda telah melarikan diri dari Singapura selepas serangan tentera Majapahit yang berkomplot dengan Bendahara yang belot, Sang Rajuna Tapa.Awalnya
Singapura/Tumasik adalah Pos Luar dari Kerajaan Besar Sriwjaya. Saat itu
Sriwijaya memiliki wilayah kekuasaan hingga Semenanjung Malaya(Malaysia),
Kamboja, Thailand, Filipina dan Vietnam. Tidak mengherankan bila Sriwijaya dan
Majapahit menjadi referensi Nusantara oleh para pejuang pra kemerdekaan.
Di
abad XIV, runtuhnya Sriwijaya, Tumasik dibawah kekuasaan Majapahit yang
ditaklukkan pada tahun 1401. Dengan menguasai Tumasik, sebagaimana
Sriwijaya, Majapahit mampu mendominasi perdagangan internasional di perairan
Melaka. Di abad berikutnya, dengan runtuhnya Majapahit, Tumasik menjadi Negara
bagian Kerajaan Ayuttaya (Siam/Thailand). Namun juga karena
kemunduran dari kerajaan Siam tersebut, di abad XIV, Tumasik menjadi bagian
dari Kesultanan Malaka. Kesultanan Malaka merupakan “kelanjutan” dari Sriwijaya. Pendirinya adalah
Parameswara.
Di
tahun 1511, Portugis mulai menyerang Kesultanan Malaka. Ini adalah awal dari
keruntuhan kesultanan tersebut. Di tahun 1511, kesultanan Melaka
runtuh dan diteruskan oleh Kesultanan Johor. Pada 16 September 1963,
Inggris setuju untuk menyerahkan Sinagpura ke Malaysia (Inggris memerdekakan Malaysia, 31
Agustus 1957) untuk mendirikan Negara Federasi Malaysia. Karena Singapura dan
Malaysia bekas jajahan Inggris. Dan karena ada hal lain yang
menyebabkan Singapura memisahkan diri dari Persekutuan/Kerajaan Malaysia
pimpinan Tunku Abdul Rahman.
9
Agustus 1965, Singapura resmi menjadi Negara yang berdiri sendiri terlepas dari
Negara manapun.
Silsilah
Raja yang pernah berkuasa di Tumasik :
1. Sang nila utama ( Sri tri
buana)
Dalam Sulalatus Salatin, Sang Nila Utama disebutkan sebagai
putra pasangan Sang
Sapurba dengan Wan
Sundaria (anak dari Demang Lebar Daun, penguasa Palembang). Ia menikah dengan Wan Sri Bini,
dan awal menjadi raja di Bintan sebelum
pindah ke Singapura.
2. Paduka Sri Pikrama Wira
Putra tertua dari Sang
Nila Utama dan Raja kedua
dari Singapura. Ia dikenal sebagai Raja
Kecil Besar sebelum ia naik tahta dan menikah dengan putri India yang bernama
Nila Panjadi. Ia memerintah dari tahun 1347 hingga tahun 1362.
Pemerintahannya ditandai dengan adanya
upaya pertama oleh Siam untuk
menundukkan kerajaan pulau ini. Seperti dicatat oleh Wang Dayuan
pada tahun 1349, armada siam terdiri dari 70 jung datang ke kerajaan pulau ini.
3. Sri Rana Wira Kerma
Sri Rana Wira Kerma adalah putra tertua dari Paduka
Seri Wikrama Wira
dengan istrinya Nila Panjadi. Ia merupakan Raja Singapura ketiga. Ia dikenal sebagai Raja
Muda sebelum naik tahta dan menikah dengan putri dari Bendahara Tun
Perpatih Muka Berjajar. Ia memerintah dari tahun 1362 hingga tahun 1375.
4. Paduka Sri Maharaja
Paduka Sri
Maharaja adalah
putra tertua dari Paduka
Seri Rana Wikrama dan
Raja keempat dari Singapura. Ia juga dikenal sebagai Damia
Raja sebelum naik tahta. Menurut Sejarah Melayu, selama masa pemerintahan Paduka Sri
Maharaja ditandai dengan terjadinya peristiwa Todak yang melanda seluruh
pantai Singapura. Seorang pemuda, Hang Nadim,
memikirkan solusi cerdik untuk menghalau todak.Raja awalnya berterima
kasih, tetapi merasa semakin terancam oleh kecerdasan anak itu, dan
memerintahkan agar anak itu dieksekusi. Pada 1389, Paduka Sri Maharaja
digantikan oleh putranya, Iskandar Shah.
5. Parameswara
Merupakan raja yang memerintah
terakhir di Kerajaan Tumasik.
Periode
pemerintahan raja-raja tersebut di perkirakan berakhir pada abad ke 14. Dan
Singapura sempat mengalami pengruh perkembangan islam.Pada masa itu wilayah
kekuasaan kerajaan Tumasik meliputi seluruh wilayah Singapura dan pulau kecil
yang berada disekitarnya .
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Malaysia adalah sebuah
negara federasi yang terdiri dari tiga belas negara bagian dan
tiga wilayah persekutuan di Asia Tenggara dengan luas 329.847 km
persegi.Ibukotanya adalah Kuala Lumpur, sedangkan Putrajaya menjadi pusat pemerintahan
persekutuan.Jumlah penduduk negara ini melebihi 27 juta jiwa.Negara ini
dipisahkan ke dalam dua kawasan Malaysia Barat dan Malaysia Timur oleh Kepulauan Natuna, wilayah Indonesia di Laut Cina Selatan.Malaysia berbatasan dengan Thailand, Indonesia, Singapura, Brunei,
dan Filipina.Negara ini terletak di dekat khatulistiwa dan beriklim tropika.Kepala negara Malaysia adalah Yang di-Pertuan Agong
dan pemerintahannya dikepalai oleh seorang Perdana Menteri.Model
pemerintahan Malaysia mirip dengan sistem parlementerWestminster.
Sisa-sisa arkeologis
ditemukan di Malaysia Barat,
Sabah, dan Sarawak.Semang
memiliki leluhur jauh di Semenanjung Malaya, merujuk pada pemukiman pertama
dari Afrika, lebih dari 50.000 tahun lalu.Senoi
muncul sebagai kelompok campuran, dengan hampir separo silsilah dari garis ibu
moyang Semang dan separonya lagi Indocina
Semenanjung Malaya
berkembang sebagai pusat perdagangan utama di Asia Tenggara, karena berkembangnya
perdagangan antara Cina dan India
dan negara lainnya melalui Selat Malaka yang ramai.Claudius Ptolemaeus
menunjukkan Semenanjung Malaya pada peta dininya dengan label yang berarti
"Golden Chersonese",
Selat Malaka ditulis sebagai "Sinus Sabaricus". Dari
pertengahan hingga akhir milenium pertama, sebagian besar semenanjung,
begitupun Nusantara berada di
bawah pengaruh Sriwijaya.Di abad
XIV, runtuhnya Sriwijaya, Tumasik dibawah kekuasaan Majapahit yang ditaklukkan
pada tahun 1401.Dengan menguasai Tumasik, sebagaimana Sriwijaya, Majapahit
mampu mendominasi perdagangan internasional di perairan Melaka.Di abad
berikutnya, dengan runtuhnya Majapahit, Tumasik menjadi Negara bagian Kerajaan
Ayuttaya (Siam/Thailand). Namun juga karena kemunduran dari kerajaan Siam
tersebut, di abad XIV, Tumasik menjadi bagian dari Kesultanan Malaka
.Kesultanan Malaka merupakan “kelanjutan” dari Sriwijaya.Pendirinya adalah
Parameswara.Kerajaan Melayu yang paling awal tercatat dalam sejarah tumbuh dari
kota-pelabuhan tepi pantai yang dibuat pada abad 10. Di dalamnya termasuk Langkasuka di Kedah,
dan juga Beruas dan Gangga Negara di Perak
dan Pan Pan di Kelantan.
Di abad XIV, runtuhnya
Sriwijaya, Tumasik dibawah kekuasaan Majapahit yang ditaklukkan pada tahun
1401.Dengan menguasai Tumasik, sebagaimana Sriwijaya, Majapahit mampu
mendominasi perdagangan internasional di perairan Melaka.Di abad berikutnya,
dengan runtuhnya Majapahit, Tumasik menjadi Negara bagian Kerajaan Ayuttaya
(Siam/Thailand). Namun juga karena kemunduran dari kerajaan Siam tersebut, di
abad XIV, Tumasik menjadi bagian dari Kesultanan Malaka .Kesultanan Malaka
merupakan “kelanjutan” dari Sriwijaya.Pendirinya adalah Parameswara.
Di tahun 1511, Portugis
mulai menyerang Kesultanan Malaka.Ini adalah awal dari keruntuhan kesultanan
tersebut.Di tahun 1511, kesultanan Melaka runtuh dan diteruskan oleh Kesultanan
Johor. Pada 16 September 1963, Inggris setuju untuk menyerahkan Snagpura ke
Malaysia (Inggris memerderkakan Malaysia, 31 Agustus 1957) untuk mendirikan
Negara Federasi Malaysia .Karena Singapura dan Malaysia bekas jajahan Inggris.
Dan karena ada hal lain yang menyebabkan Singapura memisahkan diri dari
Persekutuan/Kerajaan Malaysia pimpinan Tunku Abdul Rahman.
DAFTAR PUSTAKA
Hall, D.G.E. 1988. Sejarah Asia Tenggara
I, (Terj. I.P. Soewarsha). Surabaya : Usaha Nasional.
M.G Ricklefs dkk. 2013. Sejarah Asia Tenggara dari masa Prasejarah sampai Kontemporer.
Jakarta: Komunitas Bambu.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Malayu.
Diakses 1 November 2015.
[2]
Ricklefs,M.C,
dkk, Sejarah Asia Tenggara dari Masa Prasejarah sampai Kontemporer
(Jakarta:Komunitas Bambu, 2013) hlm. 44.
[3]
Ricklefs,M.C,
dkk, Sejarah Asia Tenggara dari Masa Prasejarah sampai Kontemporer
(Jakarta:Komunitas Bambu, 2013) hlm. 45.
[4] Ricklefs,M.C, dkk, Sejarah Asia
Tenggara dari Masa Prasejarah sampai Kontemporer (Jakarta:Komunitas Bambu,
2013) hlm. 88.
[5]
Ricklefs,M.C, dkk, Sejarah Asia Tenggara dari Masa Prasejarah sampai
Kontemporer (Jakarta:Komunitas Bambu, 2013) hlm. 89.
[6]
Hall, D.G.E., Sejarah Asia Tenggara, (Terj. I.P. Soewarsha), (Surabaya:
Usaha Nasional, 1988) hlm. 187
[7]
Ricklefs,M.C, dkk, Sejarah Asia Tenggara dari Masa Prasejarah sampai
Kontemporer (Jakarta:Komunitas Bambu, 2013) hlm. 114.
[8]
Hall, D.G.E., Sejarah Asia Tenggara, (Terj. I.P. Soewarsha), (Surabaya:
Usaha Nasional, 1988) hlm.191
[9]
Hall, D.G.E., Sejarah Asia Tenggara, (Terj. I.P. Soewarsha), (Surabaya:
Usaha Nasional, 1988) hlm. 191
[10]
Hall, D.G.E., Sejarah Asia Tenggara, (Terj. I.P. Soewarsha), (Surabaya:
Usaha Nasional, 1988) hlm. 192
[11]
Hall, D.G.E., Sejarah Asia Tenggara, (Terj. I.P. Soewarsha), (Surabaya:
Usaha Nasional, 1988) hlm. 193
Tidak ada komentar:
Posting Komentar