MAKALAH
SEJARAH TIMOR LESTE
(sebelum awal kedatangan bangsa Portugis)
Oleh :
1. Holiq
Samhudi (090210302085)
2. Tibyan Hakim
A. (090210302100)
3. Sanja Kharisma
P. (100210302045)
4. Bibit Mugi
Rahayu (120210302008)
5. Shinta
wulandari (120210302080)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga
penulis berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul “Timur Leste sebelum awal kedatangan Portugis”
Makalah ini berisikan tentang sejarah negara
Timur Leste, Kerajaan-kerajaan yang ada di negara Timur Leste, sislsirah
raja-raja dan pembagian administrative di negara Timur leste. Diharapkan
Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Sejarah Timur
Leste sebelum awal kedatangan Portugis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari
awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin.
Jember, 13 Desember 2013
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Timor Leste atau Timor
Timur (sebelum merdeka) yang bernama resmi Republik Demokratik Timor Leste (juga
disebut Timor Lorosa’e) adalah sebuah negara di Asia Tenggara. Terletak di
sebelah utara Australia dan di bagian timur pulau Timor. Selain itu wilayah
negara ini juga meliputi pulau Kambing atau Atauro, Jaco, dan enklave
Oecussi-Ambeno di Timor Barat. Luas negara Timor Leste adalah sekitar 15,410 km2 (5,400
sq mi).
Timor Leste pernah
dijajah Portugis pada abad ke 16 dan dikenal sebagai Timor Portugis sampai
Portugis melepas negara ini. Pada tahun 1975, Timor Leste memproklamasikan
kemerdekaannya, tetapi Indonesia menjadikan wilayah Timor Leste ini sebagai
provinsi ke-27 dengan nama Timor Timur. Setelah referendum yang diadakan pada
tanggal 30 Agustus1999, di bawah perjanjian yang disponsori oleh PBB antara
Indonesia dan Portugal, mayoritas penduduk Timor Timur memilih merdeka dari
Indonesia. Timor Timur menjadi negara berdaulat pertama pada abad ke-21 yaitu
pada tanggal 20 Mei 2002. Ketika menjadi anggota PBB, mereka memutuskan untuk
memakai nama Portugis "Timor Leste" sebagai nama resmi negara mereka.
Timor Leste menjadi salah satu dari dua negara yang didominasi oleh umat
Katolik Roma di Asia Timur setelah Filipina.
2.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah latar belakang terjadinya negara
Timur Leste?
2. Kerajaan –Kerajaan apa saja yang ada di Timur
Leste?
3. Siapa saja raja – raja yang pernah memerintah
di kerajaan Amanatum?
4. Bagaimanakah pembagian sistem administratif
yang ada di negara Timur Leste?
2.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui latarbekang terbentuknya negara
Timur Leste
2. Untuk mengetahui kerajaan – kerajaan apa saja
yang ada di negara Timur Leste
3. Untuk mengetahui silsilah raja –raja yang
pernah memerintah Kerajaan Amanatum
4. Untuk mengetahui pembagian sistem
administratif di negara Timur Leste
2.4. Manfaat
1. Untuk meningkatkan hasil belajar Mahasiswa
secara maksimal khususnya pada Mata Kuliah Sejarah Asia Tenggara I.
2. Untuk memberikan pengetahuan sekaligus agar
menjadi pelajaran yang bisa di terapkan dalam kehidupan sehari – hari.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Timur Leste
Republik Demokratik Timor
Leste (juga disebut Timor Lorosa'e), yang sebelum merdeka bernama Timor Timur,
adalah sebuah negara kecil di sebelah utara Australia dan bagian timur pulau
Timor. Selain itu wilayah negara ini juga meliputi pulau Kambing atau Atauro,
Jaco, dan enklave Oecussi-Ambeno di Timor Barat. Timor Leste dulu adalah salah
satu provinsi di Indonesia, Timor Leste secara resmi merdeka pada tanggal 20
Mei 2002. Sebelumnya bernama Provinsi Timor Timur, ketika menjadi anggota PBB,
mereka memutuskan untuk memakai nama Portugis "Timor Leste" sebagai
nama resmi negara mereka.
abad ke-16 : Kedatangan kaum Portugis
1902 : Pembagian Timor
antara kaum Portugis dan Belanda secara definitive
1975 : Timor Portugis
ditelantarkan Portugal yang dilanda Revolusi Anyelir
1976 : Bergabung
dengan Indonesia, menjadi Provinsi Timor Timur
1976 - 1980: Perang saudara; konon sekitar 100.000 - 250.000 orang tewas
1991: Insiden Santa Cruz
1999: Referendum pemisahan diri Timor Timur diizinkan presiden B. J. Habibie
1999: Kerusuhan besar-besaran antara pro- dan anti-kemerdekaan dan pengungsian warga Timor Timur
2002: Terbentuknya negara Timor Leste
2006: Sepertiga mantan tentara nasional Timor Leste memberontak menuntut keadilan; pecah konflik antara pihak polisi yang mendukung pemerintah dengan pihak militer.
1976 - 1980: Perang saudara; konon sekitar 100.000 - 250.000 orang tewas
1991: Insiden Santa Cruz
1999: Referendum pemisahan diri Timor Timur diizinkan presiden B. J. Habibie
1999: Kerusuhan besar-besaran antara pro- dan anti-kemerdekaan dan pengungsian warga Timor Timur
2002: Terbentuknya negara Timor Leste
2006: Sepertiga mantan tentara nasional Timor Leste memberontak menuntut keadilan; pecah konflik antara pihak polisi yang mendukung pemerintah dengan pihak militer.
Ø Geografi Timor Leste
Timor Leste berlokasi di Asia Tenggara, pulau
Timor merupakan bagian dari wilayah Maritim Asia Tenggara, dan merupakan kawasan
paling timur di Kepulauan Sunda Kecil. Letak geografis Timor
Leste adalah: Di sebelah utara terdapat Selat Ombai, Selat Wetar, dan Laut
Banda. Di sebelah selatan terdapat Laut Timor dan Australia. Di sebelah barat
terdapat Provinsi Nusa Tenggara Timur yang merupakan bagian dari Indonesia. Di
sebelah timur terdapat Taman Nasional Nino Konis Santana yang berupa hutan
tropis kering. Disana terdapat beberapa spesies tumbuhan dan hewan unik.
Kebanyakan wilayah Timor Leste berupa
pegunungan dan gunung tertinggi di Timor Leste adalah Gunung Tatamailau yang
dikenal sebagai Gunung Ramelau dengan ketinggian 2.963 meter. Timor Leste
beriklim tropis dan umumnya panas dan lembab. Terdapat dua musim yaitu musim
panas dan musim hujan. Ibukotanya, kota terbesar, dan pelabuhan utama adalah
Dulu, dan kota terbesar kedua adalah Baucau. Letak astronomis Timor
Leste adalah antara 8o LS-10o LS dan 124o BT-128o BT.
2.2. Kerajaan-Kerajaan Yang Ada di Timor Leste
2.2.1 Kerajaan Amanatun
Kerajaan Amanatun (Onam) adalah salah satu peradaban
tertua yang ada di Timor Tengah Selatan. Pada masa pendudukan kolonial Belanda,
Timor Tengah Selatan dikenal dengan nama Zuid Midden Timor hingga pada akhirnya
diganti dengan Nusa Tenggara Timur (NTT) yang menjadi provinsi setelah negara
Republik Indonesia resmi berdiri. Selain Amanatun, dua kerajaan besar di Timor
adalah Kerajaan Belu dan Kerajaan Mollo.
Nama “Amanatun” berasal dari kata “Ama” dan
“Mnatu”, yang berarti “Bapak” dan “Emas”. Sedangkan penyebutannya sebagai nama
kerajaan disebabkan karena Raja Tnai Pah Banunaek senang mengenakan busana dan
perhiasan dari emas. Kerajaan yang beribukota di Nunkolo ini merupakan kerajaan
yang terletak paling selatan di wilayah Timor Tengah Selatan. Mulanya, Kerajaan
Amanatun hanya meliputi wilayah-wilayah kecil, termasuk Noebone dan Noebanu,
atau yang dulu disebut juga sebagai wilayah Anas. Anas merupakan sebuah wilayah
di bawah kuasa Dinasti Nesnay. Berdasarkan Gouvernement Besluit (Keputusan
Pemerintah Hindia Belanda) No. 2 Tahun 1913, Anas bergabung dengan wilayah
Timor Tengah Selatan dan menjadi distrik dari Kerajaan Amanatun.
Riwayat Kepulauan Timor, yang sudah
tersurat sejak tahun 1350, serta menggambarkan hubungan para penguasa Timor
dengan bangsa-bangsa Eropa, yakni Portugis dan Belanda. Diceritakan, pada 11
November 1749, Belanda dan Portugis terlibat perebutan tanah jajahan di Timor,
konflik ini dikenal sebagai Perang Penfui. Kerajaan Amantun berdiri di belakang
Portugis karena tidak setuju dengan rencana Belanda yang ingin membagi wilayah
Timor meski pada akhirnya Kerajaan Amanatun jatuh juga ke tangan Belanda yang
berhasil mengalahkan Portugis.
Upaya penyatuan beberapa kerajaan yang ada di
wilayah Timur Tengah Selatan dalam suatu wilayah administratif mulai tampak
sejak dekade kedua abad ke-20. Pada 1920, Kota Soe ditetapkan menjadi ibukota
Zuid Midden Timor atas kesepakatan bersama dari ketiga raja yang berkuasa di
sana, yaitu Raja Lay Akun Oematan (Kerajaan Molo), Raja Pae Nope (Kerajaan
Amanuban), dan Raja Kolo Banunaek (Kerajaan Amanatun).
Meski selalu berada di bawah penindasan
kolonial, beberapa kali Kerajaan Amanatun melakukan perlawanan terhadap
penjajah. Raja Muti Banunaek II yang memerintah pada kurun 1900-1915 pernah
diasingkan ke Ende, Flores, pada 1915, karena tidak mau takluk kepada pemerintah
kolonial Hindia Belanda. Sang raja yang pemberani ini tinggal di tanah
pembuangan hingga akhir hayatnya, wafat pada 1918. Setelah Indonesia merdeka,
Kerajaan Amanatun bersama Kerajaan Molo dan Kerajaan Amanuban membentuk
Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan ibu kota Soe, yang sekarang termasuk ke
dalam wilayah provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Adapun raja-raja yang pernah berkuasa di
Kerajaan Amanatun adalah sebagai berikut: Tnai Pah Banunaek, Tsu Pah Banunaek,
Nopu Banunaek, Bnao Banunaek I, Nifu Banunaek, Kili Banunaek, Bnao Banunaek II,
Nono Luan Banunaek, Bnao Banunaek III, Bnao Banunaek IV, Bab’i Banunaek, Bnao
Banunaek V (Bnao Nunkolo), Kusat Muti (Muti Banunaek I), Loit Banunaek, Muti
Banunaek II, Kusa Banunaek, Kolo Banunaek (Abraham Zacharias Banunaek), serta
Lodoweyk Lourens Don Louis Banunaek (Raja Laka Banunaek). Profil dan riwayat
singkat masing-masing raja Amanatun ini disajikan dengan cukup gamblang oleh
penulis.
Sistem pemerintahan Kerajaan Amanatun sering
berganti-ganti seiring perubahan zaman dan kondisi politik. Kerajaan Amanatun
seringkali terpaksa mengikuti kebijakan pemerintah kolonial, dari Portugis,
Belanda, hingga pada zaman pendudukan Jepang. Ketika Negara Republik Indonesia
terbentuk pun Kerajaan Amanatun kemudian melebur dan menjadi bagian dari negara
kesatuan tersebut, kendati tidak lagi berupa kerajaan yang semi-otonom. Setelah
menjadi bagian NKRI, pusat pemerintahan Amanatun dipindahkan ke Kota Oinlasi
dan hingga kini menjadi ibukota Kecamatan Amanatun Selatan. Bentuk
pemerintahannya pun berubah menjadi daerah swapraja. Raja Laka Banunaek menjadi
Kepala Daerah Swapraja Amanatun pertama. Jika di tengah-tengah pemerintahan
sang raja meninggal dunia, maka sebagai penggatinya diangkatlah seorang Wakil
Kepala Daerah Swapraja dari keturunan bangsawan.
Pemimpin Kerajaan Amanatun bersama dengan
raja-raja lainnya yang tergabung di dalam Dewan Raja-Raja ikut berperan penting
dalam pembentukan Provinsi NTT di mana sebelumnya wilayah ini termasuk ke dalam
Provinsi Sunda Kecil. Pemerintah Indonesia sendiri yang kala itu masih
berbentuk Republik Indonesia Serikat (RIS) telah menguatkan berdirinya NTT
dengan beberapa perkembangan kebijakan. Terakhir, melalui UU No. 69 Tahun 1958,
terbentuklah daerah Swatantra Tingkat II di Nusa Tenggara Timur dengan 12
Kabupaten.
Sementara itu, tentang kelompok suku yang
paling dominan dalam struktur sosial masyarakat Amanatun, buku ini menyebutkan
nama Suku Missa, selain suku-suku lain yang lebih kecil jumlahnya seperti Suku
Tkesnai, Suku Amafnya, Suku Nai Usu, dan lain-lainnya. Populasi penduduk
Kerajaan Amanatun relatif tinggi. Tahun 1870, misalnya, tercatat jumlah
penduduk Kerajaan Amanatun sudah melebihi angka 12.000 jiwa.
Kepercayaan masyarakat lokal. Sebelum masuknya
agama Nasrani yang dibawa Portugis, penduduk Timor, termasuk warga Amanatun,
masih menganut suatu kepercayaan atas Dewa Langit (Uis Neno) yang dinggap
sebagai pencipta alam dan pemelihara kehidupan di dunia. Sejumlah ritual
upacara yang ditujukan kepada Uis Neno dimaksudkan untuk meminta hujan, sinar
matahari, mendapatkan keturunan, kesehatan, dan kesejahteraan.
Orang Timor juga percaya kepada Dewa Bumi
alias Uis Afu, juga sering disebut sebagai Dewi Uis Neo. Upacara yang ditujukan
kepada Dewi Uis Neo adalah meminta berkah bagi kesuburan tanah yang sedang
ditanami. Di samping itu, masyarakat Amanatun juga mempercayai adanya
makhluk-makhluk gaib yang mendiami tempat-tempat tertentu, seperti di hutan,
mata air, sungai, dan pohon yang dianggap angker. Ritual-ritual untuk
menyucikan makhluk-makhluk gaib itu sering dilakukan dengan dipimpin oleh
pejabat desa sekaligus pemuka adat. Selain itu, roh-roh nenek moyang yang
dianggap mempunyai pengaruh yang luas kepada jalan hidup manusia, juga
disucikan oleh warga adat Amanatun. Berbagai malapetaka yang datang dinilai
sebagai tindakan atau peringatan dari arwah leluhur terhadap mereka yang telah
lalai dan berbuat jahat. Meskipun agama Kristen yang dibawa Portugis pada
akhirnya secara formal telah diterima dan dipeluk oleh sebagian besar dari
penduduk Timor, namun sebagian besar dari mereka masih percaya akan adanya
dewa-dewa, makhluk-makhluk halus, roh nenek moyang, dan percaya akan ilmu
sihir.
Ø Silsilah Raja-Raja
Berikut nama raja-raja yang pernah memerintah
Kerajaan Amanatun:
1. Raja Tnai Pah Banunaek
2. Raja Tsu Pah Banunaek
3. Raja Nopu Banunaek
4. Raja Bnao Banunaek I
5. Raja Nifu Banunaek
6. Raja Kili Banunaek
7. Raja Bnao Banunaek II
8. Raja Nono Luan Banunaek
9. Raja Bnao Banunaek III
10. Raja Bnao Banunaek IV
11. Raja Bab‘i Banunaek
12. Raja Bnao Banunaek V atau Raja Bnao
Nunkolo (1766)
13. Raja Kusat Muti atau Raja Muti Banunaek I
(1832)
14. Raja Loit Banunaek (1899)
15. Raja Muti Banunaek II (1900-1915)
16. Raja Kusa Banunaek (1916-1919)
17. Raja Kolo Banunaek atau Raja Abraham
Zacharias Banunaek (1920-1946)
18. Raja Lodoweyk Lourens Don Louis Banunaek
atau Raja Laka Banunaek (1946-1965) .
Sistem pemerintahan yang berlaku di Kerajaan
Amanatun tidaklah kekal, sering berganti-ganti seiring perubahan zaman dan
kondisi perpolitikan . Kerajaan Amanatun sudah mempunyai sistem pemerintahan
yang teratur dan sistematis, seperti pembagian wilayah administratif yang
menurun dari raja hingga ke pemerintahan tingkat desa. Ada beberapa kontrak
politik yang pernah ditandatangani oleh raja-raja Amanatun dengan pemerintah
Hindia Belanda kendati banyak di antaranya yang berlangsung alot dalam
memperoleh kesepakatan. Kontrak politik atau korte veklaring antara Kerajaan
Amanatun dan pemerintah kolonial Hindia Belanda tersebut antara lain:
1. Korte veklaring
tertanggal 27 Juli 1908, ditandatangani oleh Raja Muti Banunaek pada 14 april
1909.
2. Korte veklaring
tertanggal 22 Agustus 1910, ditandatangani oleh Raja Muti Banunaek pada 14 Juni
1913.
3. Korte veklaring
tertanggal 30 September 1916, ditandatangani Raja Kusa Banunaek pada 23 oktober
1917.
4. Korte veklaring
tertanggal 27 April 1921, ditandatangani oleh Raja Kolo Banunaek pada 21
Februari 1923.
Kontrak-kontrak politik ini selalu dibuat
sesuai dengan kebutuhan pemerintah kolonial Belanda di mana posisi raja-raja
Amanatun selalu di pihak yang lemah dan dirugikan.
Kelompok suku yang paling dominan di dalam
struktur sosial masyarakat Amanatun adalah suku Missa, selain suku-suku lain
yang lebih kecil jumlahnya seperti suku Tkesnai, suku Amafnya, suku Nai Usu,
dan lain-lainnya. Sumber pemasukan kerajaan adalah dari hasil produksi jagung,
cendana, dan lilin, Sebelum agama Nasrani yang dibawa orang-orang/misionaris
Portugis disebarkan, penduduk Timor, termasuk warga Kerajaan Amanatun, masih
berkeyakinan kepada suatu kepercayaan akan adanya Dewa Langit atau Uis
Neno yang dinggap sebagai pencipta alam dan pemelihara kehidupan di
dunia.
2.2.2 Kerajaan Wehali
Sejak
tahun 1260 telah berdiri kerajaan Wehali, kerajaan ini berdiri seabad sebelum
zaman keemasan Majapahit. Kerajaan ini merupakan kerajaan pribumi satu-satunya
yang lolos dari pengaruh kerajaaan-kerajaan Hindu-Budha yang sudah bertebaran
di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan.
Sebelum
kedatangan bangsa-bangsa Eropa di Timor, sudah tersusun suatu struktur
masyarakat dan tata kekuasaan pemerintahan dari kerajaan Wehali maupun
kerajaan-kerajaan lainnya. System dan tata pemerintahan di kerajaan Wehali,
pimpinan tertinggi adalah Maromak Oan yaitu sebagai pemimpin tertinggi baik
masalah duniawi maupun masalah religius. Dalam menjalankan pemerintahannya ia
dibantu oleh para Loro, dan Loro dibantu oleh Nai.
Di
kerajaan Wehali pernah terjadi perang antara Wewiku dan Wehali, juga antara
Liura Likuisaen dengan Wehali dan dapat dikalahkan oleh kerajaan Wehali.
Kemudian keadaan di kerajaan Wehali dapat dipulihkan kembali, dan Wehali
berkuasa hingga kedatangan bangsa-bangsa Eropa di Timor. Kerajaan Wehali telah
mempersatukan berbagai kerajaan kecil di Pulau Timor, seperti kerajaan Rote, kerajaan
Soe, kerajaan Belu, kerajaan Amarasi, kerajaan Amanuban, kerajaan Bonoboro,
kerajaan Lautem, dan lain-lain di sekitar pulau Timor.
Menurut
sejarah versi Kolonial Belanda maupun menurut versi pengarung lautan dari
Majapahit yang dimuat dalam naskah-naskah Negarakertagama semasa Hayam Wuruk,
kerajaan Wehali di Timor sudah eksis. Kerajaan itu kaya akan kayu cendana,
minyak wangi cendana, kuda dan rempah-rempah.
Kekalahan
armada Portugis di Makasar yang dihancurkan Belanda. Dan perjanjian Gowa tahun
1661 tentang hukuman Belanda kepada Portugis, hanya boleh berdagang di Timor
bagian timur saja. Begitu pula Belanda menghukum Portugis supaya orang-orang
Portugal yang sudah bercampur dengan penduduk asli Flores timur yang dikenal sebagai
orang-orang Tropaz diusir dari Flores dan diharuskan hanya boleh tinggal di
wilayah timur pulau Timor. Perlakuan Belanda terhadap Portugis tidak menggubris
kedaulatan raja Wehali yang berdaulat di seluruh pulau Timor. Kerajaan Wehali
mempersatukan kerajaan kecil di sebagian besar pulau Timor. Dengan adanya
perjanjian gowa, maka Belanda telah mengucilkan Portugis di Nusantara dengan
hanya boleh berdagang kayu cendana, kuda, dan rempah-rempah di bagian timur
pulau Timor. Dalam hal ini Belanda sama sekali tidak melibatkan wewenang dan
kedaulatan raja Wehali, raja orang-orang Timor dari Rote di barat sampai Lautem
di timur. Perjanjian Gowa tersebut sekaligus menghancurkan kedaulatan raja
Wehali dan hapuslah kerajaan itu, akibat hukuman Belanda yang diberikan kepada
Portugis.
2.2.3. Kerajaan Luca
Kerajaan Luca
merupakan suatu bentuk kerajaan kecil sebagai hasil penggabungan dari dua buah
kelompok adat yang telah ada sebelumna yaitu, Uma Bot dan Kan
Lor. Akan tetapi dalam perkembangannya kerajaaan Luca berhasil tumbuh dan
berkembang menjadi suatu kerajaan yang besar dan kuat. Lokasi yang dipilih
sebagai pusat pemerintahannya terletak pada daratan Cnua Luca yang berada di
dekat sungai Luca. Daerah tersebut secara administratif sekarang masuk dalam wilayah
desa Luca, kecamatan Viqueque kabupaten Viqueque. Dalam menjalankan roda
pemerintahannya kerajaan ini dipimpin oleh seorang raja dengan dibantu oleh
beberapa penasehatnya (Pahin liurai). Setelah Portugis menguasai seluruh
daratan Timor bagian timur, maka seperti kerajaan-krajaan lainnya, kerajaan
Luca juga menerima perlakuan yang buruk dari pemerintah Portugis yaitu berupa
berbagai bentuk penekanan (penindasan) dan perlakuan yang semena-mena.
Sebagai puncak dari perlakuan yang semena-mena
tersebut akhirnya ditanggapi oleh rakyat Luca dengan suatu bentuk pemberontakan
yang meletus paa tahun 1779. Pemberontakan itu sendiri dipimpin langsung oleh
rajanya. Dalam hal ini untuk membangkitkan semangat rakyatnya, maka raja
menggunakan taktik dengan menganggap dirinya sebagai nabi dan ratu adil. Akibat
dari taktik ini raja berhasil mendapat simpati dari rakyatnya. Bahkan raja Luca
juga mendapatkan dukungan yang luas dari raja-raja pribumi setempat yang ada di
sekitanya.
Pemberontakan
yang dipimpin oleh raja Luca akhirnya dapat dipadamkan pada tahun 1785.
Meskipun pemberontakan berhasil dipadamkan, tetapi pemerintah Portugis masih
tetap menaruh kekhawatiran terhadap sisa-sisa penguasa kerajaan. Dari sikap ini
akhirnya pada tahun 1908 pemerintah Portugis berusaha untuk melemahkan
kekuasaan yang masih tersisa dengan jalan menurunkan status kerajaan Luca
menjadi sebuah desa.Sisa-sisa kerajaan Luca pada masa sekarang masih terdapat
di daerah Cnua Luca. Lokasinya berada di sebuah bukit yang tidak begitu tinggi.
Di sebelah baratnya terdapat sungai Luca yang mengalir kearah selatan, yaitu
kearah pantai selatan yang jaraknya kira-kira 6 Km dari tempat tersebut.
Kerajaan Luca tersebut hanya tinggal berupa
puing-puing bangunan dan sedikit bekas benteng atau pagar, tempat ini kemudian
dikenal dengan sebutan Padari Rai-Hun. Masyarakat setempat hingga kini masih
tetap mengkeramatkan lokasi sekitar bekas kerajaan Luca
tersebut. Meskipun
kerajaan Luca secara resmi telah dibubarkan oleh pemerintah Portugis, tetapi
sisa-sisa peradabannya sedikit banyak masih tampak dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat desa Luca pada saat ini. Bentuk-bentuk peradaban tersebut misalnya
berupa penghormatan pada para bekas keturunan raja. Selain itu bentuk lain dari
warisan peradaban kerajaan Luca yang masih tampak dalam kehidupan masyarakat
misalnya berupa penggunaan bahasa kiasan dalam berbagai bentuk upacara resmi
yang berkaitan dengan adat.
2.3. Bentuk
Sosial dan Ekonomi Timor Leste
2.3.1 Bentuk Sosial masyarakat dan Kebudayaan Timor Leste
Menurut
beberapa sumber sejarah dan tradisi adat lisan yang ada dan terpelihara secara
turun-temurun dikatakan bahwa jauh sebelum kedatangan leluhur para penguasa
atau raja-raja Timor, sudah ada penduduk asli Timor yang dikenal dengan nama
suku “Melus” orang Melus ini dikenal dengan sebutan Emafatuk oan ai oan
(manusia penghuni batu dan kayu). Suku ini masih sangat primitive dan hanya
mempergunakan peralatan dari batu dan kayu untuk mempertahankan hidupnya dari
alam sekitar.
Berdasarkan
sumber-sumber tulisan dari orang-orang Cina, Portugis, dan Belanda diungkapkan
bahwa leluhur para raja Timor berasal dari jazirah Malaka (Malaysia) yang
datang ke Timor, bebera pa abad sebelum
kedatangan bangsa Eropa. Adapun versi lain yang mengatakan bahwa leluhur para
penguasa Timor terdiri dari empat suku dan berasal dari jazirah Malaka, yang
setelah mengalahkan suku asli Melus, akhirnya menguasai seluruh pulau Timor
jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa yang kemudian membagi wilayah ini menjadi
2 yaitu, Timor Portugis dan Timor Belanda. Mereka terdiri dari empat suku yang
dikenal dengan nama “Sina Mutin Malaka” dan mendarat untuk pertama kalinya di
teluk Wetoh (Maubesi) di Belu selatan kabupaten Belu.
Sebelum bangsa Portugis menemukan daratan
Timor, daerah ini telah dihuni oleh kelompok mayarakat yang beradab. Mereka
hidup dalam kelompok yang terpisah-pisah. Akibat dari pemisahan tersebut telah
memaksa masing-masing kelompok untuk menyusun dan membentuk budaya
sendiri-sendiri. Akhirnya di daratan Timor bagian timur muncul berbagai macam
bentuk kebudayaan, tetapi pada dasarnya dilatar belakangi oleh akar budaya yang
sama.
Dalam
perkembangannya, masing-masing kelompok masyarakat tersebut saling membentuk
tatanan-tatanan yang mengatur kehidupan mereka sendiri-sendiri di dalam suatu
bentuk pemerintahan sederhana berupa kerajaan-kerajaan kecil. Tiap-tiap
kerajaan biasanya dipimpin oleh seorang penguasa (raja/liura). Tugas pokok dari
seorang pemimpin kerajaan adalah menciptakan suatu kondisi kehidupan seperti
yang dikehendaki bersama, misalnya kehidupan yang aman, adil, makmur. Tetapi
dengan masuknya unsur kebudayaan asing (pemerintah Portugis), maka kehidupan
yang sebelumnya dianggap sudah mapan kemudian mengalami perubahan yang sangat
drastis. Apalagi setelah adanya campur tangan asing dirasa sangat merugikan
rakyat, situasi seperti ini yang pada akhirnya menimbulkan munculnya
pemberontakan-pemberontakan.
2.3.2 Bentuk Ekonomi Timor Timur
Timor Timur mengharapkan bisa
mengeksploitasikan minyak bumi di Celah Timor (Timor Gap), namun sepertinya
sulit untuk mendapatkan pendapatan devisa yang besar di Celah Timor karena
Australia telah mengiming-imingi Timor Timur dengan pengelolaanya dan Australia
mendapatkan hasil eksploitasinya sebesar 80% dan sisanya diberikan ke Timor
Timur. Australia juga telah menghalang-halangi Timor Timur untuk dapat
menguasai Celah Timor secara penuh, dengan cara mengulur-ulur penyelesaian
perbatasan kedua negara.
Walaupun telah merdeka, Timor Timur masih
sangat tergantung dengan pasokan barang-barang dari Indonesia mulai dari
sembako sampai bahan bakar minyak (BBM) terutama melalui provinsi Nusa Tenggara
Timur. Australia pernah mencoba menguasai distribusi barang-barang kebutuhan
sehari-hari tapi gagal karena terlalu mahal dan kurang dikenal rakyat Timor
Timur. Selain amat tergantung secara politik kepada mantan penjajah Portugal,
Timor Timur mengadopsi mata uang dolar Amerika Serikat sebagai mata uang yang
mengakibatkan daya beli rakyat jauh menurun dibandingkan ketika masih menjadi
provinsi Indonesia.
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Republik Demokratik Timor Leste (juga disebut Timor
Lorosa'e), yang sebelum merdeka bernama Timor Timur, adalah sebuah negara kecil
di sebelah utara Australia dan bagian timur pulau Timor. Timor Leste secara
resmi merdeka pada tanggal 20 Mei 2002. Sebelumnya bernama Provinsi Timor
Timur, ketika menjadi anggota PBB, mereka memutuskan untuk memakai nama
Portugis "Timor Leste" Leste : Kerajaan Amanatun, kerajaan Luca, dan
kerajaan Wehali. Secara administratif Timor Leste dibagi menjadi 13
distrik, 65 subdistrik, 442 sucos (desa), dan 2.225 aldeias.
3.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan
di atas dipandang perlu untuk memberikan saran dan kritik kepada penulis
selanjutnya yaitu supaya mengembangkan makalah. Penulis juga sangat menyadari
akan segala kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak demi perbaikan makalah ini. Akhirnya
penulis berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. “Provinsi Nusa Tenggara
Timur”, tersedia di www.docstoc.com, data diunduh pada 6 November 2012.
5. “Kerajaan Amanatun”,
tersedia di www.wikipedia.com,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar