Sabtu, 13 Oktober 2018

MAKALAH KERAJAAN KUNO DI VIETNAM (SEJARAH ASIA TENGGARA)


MAKALAH KERAJAAN KUNO DI VIETNAM

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Vietnam biasa disebut  negeri selatan. Negeri ini mempunyai luas 329.556 km, dengan iklim 54.427.000jiwa dan tingkat kepadatan penduduk 165/km. Negara ini merupakan sebuah republik sosialis dengan kepala Negara Presiden, dan kepala pemerintahannya Perdana Menteri. Ibukota Hanoi, dan satuan mata uang Vietnam adalah dong (100 sau), bahasa resmi Vietnam. Lagu kebangsaannya Tien Quan Ca (The March To The Front). Dalam bahasa Vietnam negara ini dikenal dengan sebutan lengkap Cong Hua Xa Hoi Chu Nghia Vietnam.
Dalam hal iklim Vietnam beriklim tropis, dengan angin yang mempengaruhi cuaca sepanjang tahun.Pada musim panas, wilayah Vietnam berhujan lebat dari barat daya, sedangkan pada musim dingin curah hujannya ringan dari timur laut.Vietnam pada Nopember-April. Suhu rata-rata pada bulan Januari di Hanoi adalah sekitar 17 derajat C, sedangkan pada bulan Juni berkisar 28 derajat C. Delta Sungai Merah dari bulan Mei-Oktober memiliki suhu udara yang cukup tinggi, hujan lebat, dan kadang terkena angin topan yang melanda sampai ke Teluk Tonkin.
Dalam setahun, curah hujan Hanoi adalah sekitar 183 cm. Sementara wilayah Vietnam selatan tetap lembab sepanjang tahun, sedangkan di Ho Chi Min selama musim panas (April-November) curah hujan dapat mencapai 200cm. Wilayah tengah umumnya lebih kering dan dingin. Daerah pegunungan umumnya bersuhu rendah dan lebih banyak hujan dibandingkan daerah delta dan pantai.
Hampir seluruh penduduk Vietnam (80%) adalah dari bangsa Vietnam, yang tinggal memusat di dua Delta, yaitu Delta Sungai Tengah dan Delta Mekong. Di Vietnam etnis minoritas adalah Chinese,(1.000.000 jiwa), Kampuchea (350.000), Melayu-Campa (20.000) yang hidup didaerah pedesaan.Selain itu dalam kelompok minoritas ini terdapat keturunan Thai (3.509.000), Man (100.000), Meo (80.000), Muong (25.000), Nung, Lolos, dan lain-lain.
Agama utama penduduk Vietnam adalah Buddhisme.Meski demikian, 10% penduduk Vietnam selatan beragama Khatolik. Selain itu, terdapat juga para penganut agama Hoa-Hoa (yang erat hubungannya dengan Buddhisme), agama Chao Dai (yang erat hubungannya dengan Thaoisme), dan minoritas muslim.



1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana letak geografis Vietnam?
1.2.2 Apa saja suku-suku yang terdapat di Vietnam ?
1.2.3 Bagaimana dinasti di Vietnam ?
1.2.4 Bagaimana sistem pemerintahan Vietnam ( masa kerajaan)/sebelum kedatangan bangsa Barat ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui letak geografi Vietnam.
1.3.2 Untuk mengetahui suku-suku yang terdapat di Vietnam.
1.3.3 Untuk memahami dinasti pada Vietnam
1.3.4 Untuk mengetahui sistem pemerintahan Vietnam ( masa kerajaan) / sebelum kedatangan bangsa Barat.





BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Letak Geografis Vietnam
Letak geografis Vietnam yaitu berbatasan dengan Cina di sebelah utara, Laos di sebelah barat laut, Kamboja di sebelah barat daya, dan Laut Cina Selatan di sebelah timur.Letaknya ini berada di kawasan Indocina. Letak astronomisnya adalah 1020 – 1090 BT dan 80 – 230 LU.Luas Vietnam kurang lebih 331.688 km2.
Daerah Vietnam terdiri atas bukit-bukit dan gunung-gunung berhutan lebat dan sedikit dataran rendah.Pegunungan Utara terletak di bagian barat laut.Puncak tertingginya adalah Fan-Si-Pan (3.143 m). Di wilayah bagian utara terdapat gunung Tsin Ho dan di bagian selatan terdapat gunung Chu Yang Sin.
Delta sungai Merah membentang dari pegunungan Utara sampai teluk Tonkin.Wilayah ini merupakan daerah pertanian. Pegunungan Annam merupakan rangkaian pegunungan di wilayah barat dari pegunungan Utara sampai 80 km di utara Ho Chi Minh City.
Dataran pantai meliputi wilayah timur dan bagian tengah, membentang dari delta sungai Merah sampai sungai Mekong. Delta Mekong terbentuk oleh sungai Mekong. Sungai Mekong merupakan sungai yang sering dilanda banjir setiap tahunnya.Vietnam beriklim tropis musim.
Bentuk pemerintahan Vietnam adalah republik sosialis dengan kepala negara presiden. Kepala pemerintahannya perdana menteri. Ibu kotanya Hanoi.Mata uang Vietnam adalah Dong. Bahasa nasionalnya adalah bahasa Vietnam. Agama yang dianut penduduknya adalah Buddha, Konghucu, Taoisme. Lagu kebangsaannya Tien Quan Ca (The March to the Front).
Mayoritas penduduknya adalah etnis Vietnam, Khmer, dan Cham. Kelompok etnis terbesar adalah etnis Vietnam/Kinh. Mereka tinggal di sekitar delta-delta endapan dan dataran rendah di tepi pantai. Orang Kinh memengaruhi kehidupan nasional melalui kontrol mereka dalam urusan-urusan politik dan ekonomi. Kebudayaan Vietnam berpegang teguh pada konfusianisme yang menekankan pada tugas-tugas yang bersifat kekeluargaan.
Sebagian besar mata pencaharian penduduk Vietnam adalah pertanian. Hasil utama pertaniaannya adalah padi. Vietnam telah berhasil membuat sejuta hektar sawah padi yang hasilnya diekspor ke berbagai negara termasuk Indonesia. Vietnam juga menghasilkan jagung, kapas, teh, tebu, ubi jalar, buah-buahan, dan tembakau. Hasil industri Vietnam diantaranya semen, pupuk, ban. dan tekstil. Hasil pertambangannya meliputi emas, bijih besi, timah, gamping, fosfat, dan seng.
Vietnam beriklim tropis, yang digolongkan berdasarkan sinar matahari, curah hujan yang tinggi, kelembapan dengan dua musim yang berbeda: dingin dan kering dari November ke April dan musim yang panas dan basah dari Mei hingga Oktober.  Temperatur rata-rata per tahunnya ialah dari 22ºC hingga 27ºC.Namum cuaca biasanya berbeda antara Utara dan Selatan, antara daratan dan pegunungan.
Bahasa Vietnam (tieng Viet, juga tieng Viet Nam atau Viet ngu), adalah bahasa resmiVietnam (Viet Nam). Bahasa Vietnam adalah bahasa ibu suku Vietnam (87% dari seluruh penduduk Vietnam) dan lebih dari 2 juta emigran Vietnam (banyak yang di Amerika Serikat). Selain itu, bahasa ini juga merupakan bahasa kedua bagi etnis minoritas di Vietnam.Meski mengandung banyak kata-kata serapan dari bahasa Tionghoa dan aslinya ditulis dalam aksara Tionghoa, para ahli bahasa menganggap bahasa Vietnam sebagai bahasa Austroasiatik.

2.2 Suku-Suku yang Terdapat di Vietnam
            Di Vietnam, ada 54 etnis yang hidup bersama secara rukun, diantaranya etnis Kinh menduduki 86 persen jumlah penduduk, 53 etnis lain  mempunyai  persentase beragam yang kira-kira sejuta jiwa seperti etnis Tay, Nung, Thai, Muong, Khmer dan sampai ratusan penduduk seperti etnis O Du dan Brau.  
Etnis Kinh hidup tersebar di seluruh negeri, tetapi paling banyak bermukim di daerah dataran rendah dan di tepian sungai. Mayoritas etnis  yang sisanya  hidup di daerah pegunungan dan daerah lereng gunung, membentang luas dari Vietnam Utara ke Vietnam selatan, hampir semuanya hidup berselang-seling yang tipikel ialah masyarakat etnis minoritas di daerah Vietnam Utara dan daerah Trung Bo Utara. Berbagai etnis minoritas mencapai tarap perkembangan tidak merata. Di daerah lereng gunung dan daerah pegunungan di Vietnam Utara  atau rakyat di daerah rendah, misalnya etnis minoritas Muong, Thai, Tay, Nung hidup secara pada pokoknya dengan cara menanam padi sawah dan membuka huma, membudidayakan ternak dan unggas,  melakukan kerajinan tangan yang halus buatannya.
Semua etnis minoritas  di  sebelah selatan hidup lebih terpisah, kecuali etnis minoritas Cham, Tionghoa dan Khmer yang hidup di daerah pantai Vietnam Tengah dan daerah Nam Bo. Mereka mencapai tarap perkembangan yang lebih tinggi. 54 etnis  yang hidup di seluruh Vietnam mempunyai bahasa sendiri dan kebudayaan tradisionalnya  yang khas. Ada 24 etnis yang mempunyai bahasa sendiri, misalnya etnis minoritas Thai, H’Mong, Tay, Nung, Khmer, Gia Rai, Ede, Tionghoa, Cham dan sebainya.
Bahasa mereka masih tetap dipakai dalam kehidupan di daerah-daerah pemukiman  mereka. Beberapa bahasa diantaranya sedang digunakan di semua sekolah etnis minoritas. Akan tetapi, bahasa umum (bahasa Vietnam) selalu diutamakan dalam semua buku pengajaran untuk  pelajar etnis minoritas, membantu mereka mudah melakukan kontak  dengan etnis-etnis lain.
Di Vietnam, ada bermacam-macam dialek yang digunakan di daerah - daerah yang berbeda-beda. Dialek Hanoi berbeda dengan dialek yang digunakan orang di daerah Vietnam Tengah atau Vietnam Selatan, tetapi semua orang tetap mengerti satu sama lain. Tulisan bahasa Vietnam juga sama, tetapi dibaca dengan logat-logat daerah tertentu. Pemerintah Vietnam menjalankan politik  kesetaraan, persatuan  dan saling bantu antara etnis - etnis. Pada kenyataan-nya, semua etnis  masing-masing mencapai keseteraan dalam melaksanakan hak berkembang.



2.3 Dinasti di Vietnam
2.3.1 Masa Pra-Dinasti
Pada tahun 214 SM, beberapa tahun setelah Kaisar Qin Shihuang mempersatukan Tiongkok, ia mengirim bala tentara ke selatan Tiongkok untuk menaklukkan wilayah yang sekarang adalah Guangdong, Guangxi, Fujian dan utara Vietnam. Penaklukkan itu disertai dengan penaklukkan suku kuno Bai Yue.Setelahnya, Dinasti Qin mendukung migrasi suku Han secara besar-besaran ke selatan dan membentuk 3 provinsi di selatan.
Selang puluhan tahun kemudian, tahun 203 SM, Dinasti Qin terpuruk ke dalam kekacauan.Pada saat ini, pemimpin militer Qin di Nanhai (sekarang Vietnam utara), Zhao Tuo mengambil kesempatan ini untuk membentuk negara sendiri, Nan Yue, dengan Raja Wu.Ibukota negara Nan Yue berada di daerah Guangzhou sekarang.Namun, Nan Yue kemudian ditaklukkan oleh Kaisar Han Wudi dari Dinasti Han pada tahun 111 SM. Untuk lebih 10 abad selanjutnya, Vietnam utara secara langsung dikuasai oleh Dinasti Han, Dong Wu, Dinasti Jin, Dinasti Selatan, Dinasti Sui dan Dinasti Tang).

2.3.2Masa Dinasti-dinasti
Pada 939 CE, orang-orang Vietnam berhasil mengalahkan militer Tiongkok di Sungai Bach Dang dan mendapatkan kemerdekaan setelah 10 abad di bawah kontrol Tiongkok. Mereka mendapatkan otonomi secara lengkap satu abad kemudian.Pada masa pemerintahan Dinasti Tran, Dai Viet mengalahkan tiga usaha invasi Mongol di bawah Dinasti Yuan. Tiga kali dengan pasukan yang sangat besar juga dengan persipan yang hati-hati untuk serangan mereka, tetapi tiga kali berturut-turut orang-orang Mongol dikalahkan sama sekali oleh Dai Viet. Secara kebetulan, pertempuran terakhir dimana jendral Vietnam Tran Hung Dao mengalahkan kebanyakan militer Mongol diadakan lagi di Sungai Bach Dang seperti nenek moyangnya kurang lebih 300 tahun yang lalu. Feudalisme di Vietnam mencapai titik puncaknya saat Dinasti Le pada abad ke 15, khususnya selama masa pemerintahan Kaisar Le Thanh Tong. Antara abad ke 11 dan 15, Vietnam memperluas wilayahnya ke arah Sealatan dalam proses yang disebut Nam Tien (Perluasan ke Selatan). Mereka akhirnya menaklukan kerajaan Champa dan banyak kekaisaran Khmer
Tiga dinasti pertama yang memerintah sesudah tahun 939-1009 yaitu :
1.         Dinasti Ngo (939-968), dinasti Ngo tidak mampu menguasai pemimpin-pemimpin setempat dan tidak pernah mendapatkan pengakuan dari Cina. Dinasti ini juga tidak berhasil atau tidak mampu mengatasi pemberontakandari pemimpin-pemimpin local.
2.         Dinasti Dinn (968-997)
3.         Dinasti Le I (979-1009), raja pertamanya adalah Le-Hoan. Dinasti ini memulai kemenangan awal bangsa Annam. Secara terus menerus dinasti ini berjuang merebut propinsi-propinsi Annam dari kekuasaan Campa dan berusaha melepaskan diri dari imprealisme Cina. Dinasti ini berhasil mengusir Campa dari Annam. Tahun 982 dinasti ini berhasil merampok dan menguasai  Indrapura dan Wijaya yang merupakan ibu kota dari Campa, membunuh raja Campa dan kembali dengan banyak barang rampasan. Antara tahun 968-1009 perkembangan penting dalam bidang keagamaan terjadi. Tienhoang dari dinasti Dinh mendirikan organisasi keagamaan resmi dengan memadukan Taoisme dan Buddhisme dalam hirarki pemerintahan. Raja Le yang kedua memasukan naskah-naskah klasik Budha Mahayana dari Cina dan berusaha menghimbau rakyat untuk menerima Buddhisme menggantikan pemujaan asli animism dan dinamisme. Hasilnya Buddhisme menjadi bersemi pada pemujaan asli. Tetapi cendikiawan-cendikiawan tetap berpegang pada Taoisme dan Confusianisme. Pengganti Le-Hoan ini (Raja Le kedua) diturunkan dari tahta pada tahun 1009 karena daerah Campa berhasil direbut kembali. Sehingga mengakhiri masa pemerintahan dinasti Le I.
2.4 Vietnam ( Masa Kerajaan) / Sebelum Kedatangan Bangsa Barat   
2.4.1 Kerajaan Champa
Kerajaan Champa adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di sebuah wilayah, yang sekarang adalah Vietnam tengah dan selatan, pada tahun 192 M hingga 1832 M. Dua topik penting untuk memahami Cham adalah perdagangan dan peperangan. Daerah pesisir yang panjang dikuasai dikuasai berbagai kerajaan Cham di banyak tempat, lebih sesuai untuk perdagangan maritim daripada pertanian. Alasannya sederhana, tanahnya tidak subur dan daerah dataran rendahnya relatif sempit, terjepit antara tepi paling timur Dataran Tinggi Tengah dan lautan. Kasus peperangan juga menjadi perhatian utama. Dua ancaman keamanan terbesar bagi kerajaan-kerajaan Cham datang dari utara (Vietnam) dan barat daya (Kamboja), (Ricklefs, Lockhart, Lau, Reyes, Aung, Thwin, 2013:85-86).
Menurut catatan sejarah Cina, Kerajaan Champa mulai berdiri pada tahun 192 M, yang kerajaannya disebutkan dengan nama Lin Yi. Kerajaan ini merupakan gabungan dari kota-kota yang mempunyai kekuasaan di wilayahnya masing-masing atau untuk itu dikenal dengan istilah konfederasi kota. Kota-kota tersebut bernama:
1.  Inderapura (wilayah yang sekarang bernama Dong Duong);
2.  Amaravati (wilayah yang sekarang bernama Quang Nam);
3.  Vijaya (wilayah yang sekarang bernama Cha Ban);
4.  Kauthara (wilayah yang sekarang bernama Nha Trang);
5.  Panduranga (wilayah yang sekarang bernama Phan Rang);
Pada awalnya, ibu kota kerajaan Champa terletak di Inderapura (875 M – 1000 M), kemudian dipindahkan ke Vijaya (1000 M – 1471 M), lalu berpindah di Panduranga (1471 M).  Adapun wilayah kekuasaan kerajaan Champa pada setelah abad ke-7 meliputi wilayah-wilayah yang sekarang bernama: Quang Nam, Quang Ngai, Binh Dinh, Phu Yen, Khanh Hoa, Ninh Thuan, dan Binh Thuan.
Selama beberapa abad menguasai wilayah tersebut, akhirnya kerajaan Champa diokupasi oleh orang-orang Vietnam. Jadi, orang-orang Vietnam yang sekarang bukanlah penduduk asli wilayah tersebut. Melainkan pendatang dari wilayah lain. Dalam pertengahan abad VIII Cina tidak lagi menyebut-nyebut Lin-Yi, mereka menyebut Cham dengan nama Huang-Wang. Perubahan ini sesuai dengan perpindahan pusat kepentingan dalam kerajaan ke arah selatan dari Quang-nam ke Panduranga (Phan-rang) dan Khauthara (Nha-trang).
Sebuah dinasti baru yang kelima menurut catatan George Maspero, memerintah disana dari tahun 758-859 dan mulai memakai nama-nama setelah anumerta yang menunjukkan bahwa raja yang telah mangkat telah menyatukan diri dengan dewa tertentu. Tekanan lebih diletakkan pada keadaan Saivisme, dan pemujaan terhadap lingga menjadi lebih penting daripada di Kamboja. Pertengahan kedua abad VIII merupakan waktu yang kritis bagi Champa. Seperti Kamboja, Champa harus bertahan atas sejumlah serangan dari Jawa. Salah satu tahun 774 menghancurkan candi kuno Po Nagar di Nha-trang. Tiga tahun kemudian yang lain menghancurkan sebuah candi dekat ibu kota, Virapura, yang terletak tidak jauh dari Phan-rang sekarang, (Hall, 1998: 167-168).
Di bawah Hariwarman I, Champa memperbaharui serangannya atas provinsi-provinsi Cina di sebelah utara dengan mendapatkan berbagai kemenangan. Dibawah Indrawarman II (854-893) utara menjadi pusat kepentingan lagi, beliau mendirikan ibukota Indrapura, di provinsi Quang-nam. Beliau memperbaiki hubungan baik dengan Cina dalam pemerintahannya seorang ahli sejarah Cina mulai memberikan kepada Champa nama yang ketiga, Chang-Cheng yaitu kata atau istilah bahasa Cham, atau dalam bentuk bahasa Sanksekertanya, Champapura, (Hall, 1998: 168).
Pemerintahan beliau adalah pemerintahan yang damai, terutama bagi pendirian bangunan-bangunan besar Budha, sebuah tempat suci, yangreruntuhannya terdapat di Dong-duong, di sebelah tenggara Mison. Ini adalah bukti pertama adanya Budha Mahayana di Champa. Selama abad X peristiwa-peristiwa besar dan penting bagi masa depan Champa terjadi di luar perbatasan sebelah utara. Tahun 907 dinasti T’ang jatuh di Cina, dan orang-orang Annam mengambil kesempatan untuk maju atas situasi itu untuk mengadakan perang kemerdekaan yang menghasilkan berdirinya kerajaan Dai-co-viet (Annam dan Tongking) tahun 939. Ini terjadi pada pemerintahan raja Cham Indrawarman III (kira-kira 918-959), (Hall, 1998: 168-169).
Abad XI adalah salah satu kehancuran, waktu Cham kehilangan provinsi-provinsinya di bagian utara diambil oleh Annam. Mereka mengirim missi berturut-turut ke Cina dan tahun 1030 bersekutu dengan Suryawarman I dari Angkor. Tetapi semua harapan mendapatkan bantuan dari orang-orang ini hanya khayalan belaka dan tahun 1044 rentetan panjang serangan-serangan Annam memuncak mengakibatkan kehancuran Cham secara besar-besaran. Dalam mendendam ini, Suryawarman tahun 1145 menyerang Champa, merebut ibukotanya, Wijaya, dan menjadikan dirinya penguasa kerajaan itu. jaya Indrawarman III menghilang dalam peperangan itu, apa yang terjadi terhadapnya tidak diketahui, (Hall, 1998:170-172).
Jaya Indrawarman IV adalah seorang avonturir yang cerdik, yang merebut tahta dari putera Jaya Hariwarman I. Kemauannya yang besar adalah merubah rencana tentang Kamboja dalam dendamnya karena serangan-serangan Suryawarman kepada Champa. Serangannya yang pertama tahun 1170 setelah meyakinkan dirinya akan kenetralan Annam, dilakukan lewat darat dan gagal. Tetapi tahun 1177 beliau mengirim pasukan lewat laut ke delta Mekong darimana beliau melayari sungai dan mrebut Angkor secara mengejutkan. Kota itu dirampoknya dan pasukan Cham kembali kemudian dengan barang rampasan banyak sekali. Tindakan yang berani ini menyebabkan kebencian yang mendalam antara Champa dan Kamboja selama bertahun-tahun, (Hall, 1998:173).
Masyarakat Champa (masyarakat yang juga dikenal dengan nama Urang Champa) adalah masyarakat yang mata pencahariannya berdagang. Berdasarkan penelitian, asal-usul masyarakat ini adalah Melayu-Polinesia yang menduduki nusantara pada abad sebelum masehi.Masyarakat ini pada awalnya menganut agama Hindu Siwa sebagai agama resminya.Setelahnya, pada masa pemerintahan raja Inderawarman II, beralih ke Buddha Mahayana.Kemudian, pada abad ke-13 barulah menganut agama Islam.
Ciri dari masyarakat Champ ini juga adalah menganut budaya Matrilineal.Masyarakat ini bermusuhan dengan orang-orang Khmer (Kamboja) dan Dai Viet (Vietnam) yang masih berlangsung hingga sekarang. Bukti dari permusuhan orang-orang Dai Viet terhadap Urang Champ adalah pemerintah Vietnam membiarkan bangunan kuno Urang Cham di Vietnam, yaitu Kompleks percandian My Son dan Po Klong Garai, tidak diurus/ dilestarikan.Saat ini, Urang Champ tersebar di delapan negara, yaitu: Vietnam, Kamboja, Indonesia, USA, Thailand, Laos, dan Perancis.

Kerajaan Lin Yi (nama kerajaan Champa sebelumnya) diperkirakan didirikan oleh seorang pejabat lokal bernama Ku-Lien yang memberontak terhadap Kekaisaran Han pada tahun 192 M. Pada awalnya, ibu kota kerajaan ini terletak di Inderapura pada tahun 875 M. Pada tahun 982  M, kerajaan Dai Viet menyerang kerajaan Champa, sehingga menyebabkan kerajaan Champa beralih ke Vijaya, yang kemudian menjadi ibu kotanya pada tahun 1000 M. Setelahnya, kerajaan Dai Viet menyerang kerajaan Champa lagi di Vijaya pada tahun 1021, 1026, dan 1044 M. Kemudian pada tahun 1069, mereka menyerang lagi, dan menghancurkan kota Vijaya.
               Pada tahun 1080, kota Vijaya diserang oleh kerajaan Khmer. Pada tahun 1145 M, kerajaan Khmer menyerang lagi. Pada tahun 1177 M, masyarakat Champa melakukan serangan balasan ke ibu kota Khmer, dan membunuh rajanya. Akhirnya, pada tahun 1471, kerajaan Dai Viet, pada zaman dinasti Le, yang diperintah oleh Le Thanh Ton (1460 – 1479 M), berhasil merampas Vijaya. Kemenangan kerajaan Dai Viet tersebut membuat raja Dai Viet menjadikan Amaravati dan Vijaya sebagai bagian dari kerajaannya. Dengan kekalahan kerajaan Champ di Vijaya itu, kerajaan tersebut tidak berbentuk konfederasi kota lagi. Dengan kekalahan di Vijaya tersebut, Urang Champ bermigrasi ke Panduranga, dan menjadikannya sebagai ibu kotanya.
              Perpindahan ibu kota Champ di Panduranga, membawa corak baru bagi kebudayaannya. Di sini, Islam mulai berkembang di masyarakat Champ secara luas.Bahasa Sanskrit yang digunakan sebagai bahasa resmi, kini tidak digunakan lagi.Pada masa itu, bahasa Melayu yang digunakan secara luas.
              Kerajaan Champa juga mempunyai hubungan dengan kerajaan-kerajaan di nusantara, yaitu: kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Majapahit. Catatan-catatan di Indonesia menunjukkan pengaruh Putri Darawati, seorang putri Champa yang beragama Islam, terhadap suaminya, Kertawijaya, Raja Majapahit ke tujuh sehingga keluarga kerajaan Majapahit akhirnya memeluk agama Islam. Makam Putri Champa dapat ditemukan di Trowulan, situs ibukota Kerajaan Majapahit.Selain itu, dalam Babad Tanah Jawi, dikatakan bahwa bahwa Raja Brawijaya V memiliki istri bernama Amarawti (atau Dwarawati), seorang puteri dari Kerajaan Champa yang beragama Islam.Beberapa Walisongo juga dikatakan pernah bermukim di Kerajaan Champa sebelum menyebarkan agama Islam di pulau Jawa.
            Raja Kertanagara mendengar berita-berita tentang serbuan tentara Mongolia di negeri Annam dan Campa antara tahun 1280 dan 1287. Serbuan tentara Mongolia itu menyebabkan usaha raja Kertanagara memperkuat pembinaan persahabatan dengan negeri Melayu yang telah dikuasainya. Untuk tujuan yang sama, raja Kertanagara mengirimkan putri-putrinya, Dewi Tapasi, untuk dikawinkan dengan raja Campa. Untuk keselamatannya, raja Kertanagara membentuk persekutuan lain, juga dengan negara di luar daerah Nusantara, yakni dengan negara Campa dengan menjalankan politik perkawinan dan persahabatan, (Muljana, 2005: 157-159).
                  Pada tahun 1695 M, penguasa Champa di Pandurangan melakukan perlawanan kepada Vietnam.Namun akhirnya kerajaan Champa kalah, sehingga kerajaan Champa menjadi negara bawahan oleh Kaisar Gia Long dari Dinasti Nguyen.Pada tahun 1832 M, akhirnya kerajaan champa dibubarkan oleh anak Kaisar Gia Long, yaitu Kaisar Minh Mang.

2.4.2 Kerajaan Annam dan Tonkin                                       
Pada tahun 111 S.M kaisar Wang-ti (140-87 SM) pencipta imperialisme Cina di Asia, menganeksir kerajaan Canton dengan Tongking dan Annam, yang waktu itu bernama Nam-Viet. Sejak itu  sampai tahun 939 masehi Nam- Viet tetap menjadi bagian integral kekaisaran china. Dibawah Shih- Huang-ti dari dinasti Chin, jendral Zhao- Tou menaklukkan Kwang- Tong dan Kwang-si. Pada masa  itu mulai dari tahun 214 SM Tongking dan bagian utara berada di luar kekaisaran China. Ketika dinasti chin mengkhawatirkan akan jatuhnya jendral Zhao-tou, yang ingin menyatukan Dinasti ini dengan kedua wilayah tersebut untuk membantu kerajaan merdeka nan-yue. Bagian annam yang di pengaruhi terdiri dari 3 propinsi yaitu :Thanh-hoa, Quang-ti dan Quang-binh. Dalam hal ini Dinasti han mengakui kerajaan nan-yue sebagai kerajaan otonom, yang kedaulatannya atas daerah itu terbatas pada Kwang-tung dan K-si, (Hall 1998:180).
Sarjana-sarjana Perancis membedakan 15 dinasti sepanjang seluruh kurun waktu sejarah Annam. Empat diantaranya berkuasa singkat sebelum tahun 939 selama selingan-selingan dalam daerah kekuasaan Cina. Tiga yang pertama setelah tahun 939 mempunyai karya yang sangat singkat, jumlahnya semua hanya 8 raja dan meliputi kurun waktu sampai 1009. Dengan satu kekecualian, yang terakhir-akhir ini karyanya lama, masing-masing memberi warna perkembangan yang berbeda dalam sejarah negeri itu. pada mulanya kerajaan merdeka meliputi hanya Tongking dan tiga provinsi Annam Utara, yaitu Tnanh-hoa, Nghe-an dan Ha-tinh, (Hall, 1998:181).
Selama masa pemerintahan Cina yang panjang, nampak adanya tekanan dari Cina dalam  hal  seni klasik cina, system etika confisius dan budha mahayan, namun Nam-viet tetap teguh dan setia pada tradisi nasionalnya. Pengaruh Cina di perkuat oleh pertahanannya yang berhasil.Kemunduran Dinasti Tang yang mulai melemah.
Negeri itu gagal menghindarkan Champa tahun  780 untuk mendapatkan kekuasaan atas Hue, Quang-tri dan Quang-binh. Tahun 862 tongking di serbu oleh Tai dari Nanchao.Pada tahun 907 Tang jatuh dan terjadilah kekacauan pemerintahan di Cina. Orang-orang Annam mendapat kesempatan melakukan usaha kemerdekaan , kali ini mereka berhasil dengan baik, dan tahun 939 dengan pemimpinnya Ngo-quyen yang telah mendirikan Dinasti Nasional Ngo (939-968). Pada mulanya kerajaan yang merdeka hanya Tongking dan 3 propinsi Annam utara, yaitu Tnanh-hoa, Nghe-an han ha-tinh. Sedangkan di bagian selatan, kerajaan Champa mengadakan perluasan.
Dinasti Ngo tidak mampu menguasai pemimpin-pemimpin setempat dan tidak pernah mendapatkan tempat dari Cina. Dinasti dinh (968-979)bahkan lebih pendek hidupnya, Lalu dinasti li mula-mula mulai berkembang (979-1009). Rajanya yang pertama le hoan, menyerang champa pada tahun 982 dan kembali dengan barang rampasan.Setelah indrapura di rampas oleh Le Hoantahun 982 Champa memindahkan ibu kotanya lebih ke selatan ke vijaya (binh-dinh). Tetapi tahun 1044 vijaya sendiri dirampas annam, dan rajanya di pacung kepalanya. Cham berusaha merebut kembali propinsi-propinsi yang lepas tersebut, tetapi pada abad 7 serangan dilancarkan oleh seorang ahli perang besar kamboja.

2.4.3 Kerajaan Nan-Yue
Zhao Tuo (Hanzi: 230 SM137 SM) atau Trieu Da dalam ejaan Vietnam adalah seorang jenderal Dinasti Qin yang kelak mendirikan kerajaan Nan Yue (Hanzi: bahasa Viet: Nam Viet) yang merupakan sebuah kerajaan kuno, terletak di perbatasan antara Tiongkok selatan dan Vietnam utara. Di tempat itu juga dia mendirikan Dinasti Zhao/ Trieu.Zhao dilahirkan di Zhending, bagian utara Tiongkok.Dinasti Qin mengirimnya dalam ekspedisi ke selatan. Tahun 206 SM, Zhao mengalahkan kerajaan Au Lac di An Duong Vuong dan menyatukan wilayah itu dengan Guangdong dan Guangxi yang berada di bawah komando militernya pada masa Dinasti Qin. Dia menikahi seorang wanita Yue.
Menjelang berakhirnya Dinasti Qin, Zhao mengambil alih kekuasaan di daerah yang meliputi sekarang meliputi Guangdong dan Guangxi.Disana dia membangun kekutannya melalui persekutuan dengan para bangsawan dan kepala suku lokal, dia lalu mendeklarasikan dirinya sebagai Raja Nanyue dan mendirikan ibukotanya di Panyu (sekarang daerah Guangzhou).Keadaan saat itu belum benar-benar damai. Di bagian utara ada Changsha yang telah dilanda konflik berkepanjangan, di timur ada negara Minyue yang suka berperang, di selatan ada negara Yi Barat Daya yang tidak menerima budaya Han. Selain itu di dalam Nanyue sendiri ada Ou Barat dan Luo Yue yang belum sepenuhnya tunduk.Namun ancaman terbesar bagi Nanyue adalah Dinasti Han yang mengincarnya. Sejak awal, Kaisar Han Gaozu (Liu Bang) telah menempatkan Raja Changsha, Wu Rui, mengangkat Yao Wuyu sebagai Adipati Haiyang dan Zhi sebagai Raja Nanhai. Kaisar Gaozu juga menempatkan tentaranya di negara bagian Changsha untuk mengawasi Nanyue sehingga hal ini sangat mengkhawatirkan Zhao.
Dinasti Han mengirim utusannya, Lu Gu untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Nanyue.Ketika Lu Gu sampai di Nanyue, Zhao Tuo menyambutnya dengan dingin dan tidak sopan.Namun setelah Lu Gu mengeluarkan argumen-argumennya yang brilian mengenai pentingnya menjalin persekutuan dengan Han, Zhao sangat terkesan dan sikapnya terhadap Lu Gu berubah 180 derajat.Zhao menjamunya dengan sangat terhormat dan mereka bahkan menjadi sahabat sejak itu.Zhao menjalin hubungan dagang dan mengimpor barang-barang lokal ke daratan tengah (Tiongkok), selain itu Zhao juga membayar upeti tahunan kepada Tiongkok.Setelah Kaisar Gaozu mangkat, anaknya, Kaisar Han Hui (Liu Ying) menggantikannya.Kaisar baru ini tetap menghormati perjanjian antara Nanyue dengan ayahnya, dan Zhao Tuo pun tetap berpegang pada perjanjian ini.
Setelah tujuh tahun bertahta, Kaisar Hui yang lemah akhirnya kehilangan kekuasaannya karena direbut oleh Ibusuri Lu Zhi yang ambisius. Pada tahun 183 SM, Ibusuri Lu tiba-tiba melarang perdagangan antara Dinasti Han dengan negara lain termasuk alat-alat besi dan kuda untuk Nanyue. Ini adalah karena Wu Rui, Raja Changsha yang merupakan satu-satunya raja muda yang tidak bermarga Liu dalam wilayah Han diperlakukan baik oleh Ibusuri Lü.Sebelumnya Kaisar Gaozu menyingkirkan para raja muda yang bukan marga Liu kecuali Wu Rui karena negara bagiannya tidak terlalu kuat.Blokade ini berdampak besar terhadap Nanyue karena Nanyue membutuhkan alat-alat dari besi dari Han, rakyat sangat sengsara akibat blokade ini.Zhao Tuo menyadari bahwa Dinasti Han sangat kuat dan negaranya bukanlah tandingannya, maka dia mengirimkan utusan ke Han untuk menegosiasikan pembatalan blokade.Namun Wu Rui menahan utusan itu di Chang’an, dia juga menjelek-jelekkan Zhao Tuo sehingga hal ini membuat Ibusuri Lu marah dan memerintahkan kerabat Zhao yang tinggal di Tiongkok dihabisi dan makam leluhurnya dirusak.
Perusakan makam leluhur ini menjadi masalah serius dan membangkitkan amarah Zhao. Merasa sudah tidak ada harapan menggunakan jalur diplomasi, di tahun yang sama Zhao mendeklarasikan dirinya sebagai Kaisar Wu dari Nanyue .Dia lalu menyerang Wu Rui yang telah lama memiliki konflik dengannya, Changsha diduduki dan dijarah. Ibusuri memerintahkan ekspedisi balasan terhadap Nanyue, namun hampir seluruh pasukan tewas karena wabah penyakit dan dihalau oleh Nanyue. Konflik militer terus berlanjut hingga kematian Ibusuri Lu.Zhao Tuo terus memperluas daerahnya dengan menaklukkan kota-kota di perbatasan.Dia juga menjalin persekutuan dengan negara-negara tetangganya Min Yue, Ou Barat, dan Luo Yue.Perang ini hampir meluluhlantakkan hubungan dagang antara Tiongkok dan Nanyue.
Tahun 179 SM, Kaisar Han Wen naik tahta. Dia berusaha memulihkan hubungan antara Han dan Nanyue yang telah rusak. Melihat itikad baik Kaisar Wen, Zhao menulis surat proposal perdamaian dengan syarat dua jenderal yang ditempatkan di Changsha ditarik dan kerabatnya di Tiongkok yang ditahan dibebaskan dan dipulihkan statusnya. Kaisar Wen menyanggupinya dan segera mengambil tindakan, makam leluhur Zhao diperbaiki dan kerabat Zhao yang selamat dari pembersihan dulu diberi ganti rugi serta ditawarkan kedudukan dalam pemerintahan, tentara Han yang ditempatkan di Changsha juga ditarik mundur. Lu Gu yang berusia 70-an dan telah pensiun kembali dikirim untuk misi diplomatik untuk kedua kalinya. Kedua sahabat dari negara yang saling berperang ini kembali bertemu dalam usia senja.
Zhao menerima surat yang secara pribadi ditulis oleh Kaisar Wen. Setelah membaca surat itu dia sangat tersentuh oleh kemurahan hati sang kaisar yang bersedia mengampuni pemberontakannya. Digantungkannya surat itu pada sisi balairung istana menghadap ke utara. Dia mundur beberapa langkah, berlutut, membungkuk sebagai tanda maaf pada kaisar. Selain itu dia menanggalkan gelarnya sebagai kaisar dan menyatakan secara tertulis bahwa ia akan selamanya setia sebagai negara vassal Dinasti Han. Pada surat itu dia menuliskan delapan huruf “自今以后永为汉藩” (sejak saat ini selamanya adalah negara protektorat Han). Zhao hidup hingga mencapai usia 93 tahun, dia wafat tahun 137 SM. Setelah kematiannya, keturunannya dibawah kendali Kaisar Han Wu yang menganeksasi kerajaan Nanyue tahun 111 SM dan dijadikan prefektur Jiaozhi atau Giao Chi dalam dialek Vietnam.



BAB 3. PENUTUP

3.1 Simpulan
Sejarah Vietnam dapat ditarik kembali ke 2500 tahun yang lalu, namun, menurut legenda, bisa ditarik kembali ke 4000 tahun yang lalu. Vietnam, sejak abad 11 SM sampai abad 10 Masehi mayoritas berada di bawah kekuasaan kekaisaran Cina. Tahun 939 M, Vietnam merdeka secara politis, dan mulai menggunakan Champa sebagai nama negara.
Pada tahun 214 SM, beberapa tahun setelah Kaisar Qin Shihuang mempersatukan Tiongkok, ia mengirim bala tentara ke selatan Tiongkok untuk menaklukkan wilayah yang sekarang adalah Guangdong, Guangxi, Fujian dan utara Vietnam. Penaklukkan itu disertai dengan penaklukkan suku kuno Bai Yue.Setelahnya, Dinasti Qin mendukung migrasi suku Han secara besar-besaran ke selatan dan membentuk 3 provinsi di selatan.
Selang puluhan tahun kemudian, tahun 203 SM, Dinasti Qin terpuruk ke dalam kekacauan.Pada saat ini, pemimpin militer Qin di Nanhai (sekarang Vietnam utara), Zhao Tuo mengambil kesempatan ini untuk membentuk negara sendiri, Nan Yue, dengan Raja Wu.Ibukota negara Nan Yue berada di daerah Guangzhou sekarang. Namun, Nan Yue kemudian ditaklukkan oleh Kaisar Han Wudi dari Dinasti Han pada tahun 111 SM. Untuk lebih 10 abad selanjutnya, Vietnam utara secara langsung dikuasai oleh Dinasti Han, Dong Wu, Dinasti Jin, Dinasti Selatan, Dinasti Sui dan Dinasti Tang.
Vietnam pada masa sebelum datangnnya bangsa barat, terdapat tiga kerajaan besar yaitu kerajaan Champa, kerajaan Annam dan Tongkin serta kerajaan Nan-Yue.







DAFTAR PUSTAKA

Buku
Coedes, George, 2010, Asia Tenggara Masa Hindu Budha. Jakarta: Kepustakaan Popular Gramedia.
D.G.E Hall, Sejarah Asia Tenggara.Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka Kementrian.
Muljana, Slamet. 2005. Menuju Puncak Kemegahan (Sejarah Kerajaan Majapahit). Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara.
Ricklefs, M.C., Lockhart, Bruce., Lau, Albert., Reyes, Portia., Aung, Maitrii,. Thwin. 2013. Sejarah Asia Tenggara Dari Masa Prasejarah sampai Kontemporer. Depok: Tim Komunitas Bambu.

Internet

Anonim. 2012.Penjelasan tentang etnis-etnis yang ada di Vietnam.http://vovworld.vn/id-id/Kotak-Surat-Anda/Penjelasan-tentang-etnisetnis-yang-ada-di-Vietnam/69162.vov[15 September 2015]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar