MAKALAH KERAJAAN KUNO DI VIETNAM
BAB 1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Vietnam biasa disebut negeri selatan. Negeri ini mempunyai luas
329.556 km, dengan iklim 54.427.000jiwa dan tingkat kepadatan penduduk 165/km.
Negara ini merupakan sebuah republik sosialis dengan kepala Negara Presiden,
dan kepala pemerintahannya Perdana Menteri. Ibukota Hanoi, dan satuan mata uang
Vietnam adalah dong (100 sau), bahasa resmi Vietnam. Lagu kebangsaannya Tien
Quan Ca (The March To The Front). Dalam bahasa Vietnam negara ini dikenal
dengan sebutan lengkap Cong Hua Xa Hoi Chu Nghia Vietnam.
Dalam hal iklim Vietnam beriklim tropis, dengan angin
yang mempengaruhi cuaca sepanjang tahun.Pada musim panas, wilayah Vietnam
berhujan lebat dari barat daya, sedangkan pada musim dingin curah hujannya
ringan dari timur laut.Vietnam pada Nopember-April. Suhu rata-rata pada bulan
Januari di Hanoi adalah sekitar 17 derajat C, sedangkan pada bulan Juni
berkisar 28 derajat C. Delta Sungai Merah dari bulan Mei-Oktober memiliki suhu
udara yang cukup tinggi, hujan lebat, dan kadang terkena angin topan yang
melanda sampai ke Teluk Tonkin.
Dalam setahun, curah hujan Hanoi adalah sekitar 183 cm.
Sementara wilayah Vietnam selatan tetap lembab sepanjang tahun, sedangkan di Ho
Chi Min selama musim panas (April-November) curah hujan dapat mencapai 200cm.
Wilayah tengah umumnya lebih kering dan dingin. Daerah pegunungan umumnya
bersuhu rendah dan lebih banyak hujan dibandingkan daerah delta dan pantai.
Hampir seluruh penduduk Vietnam (80%) adalah dari bangsa
Vietnam, yang tinggal memusat di dua Delta, yaitu Delta Sungai Tengah dan Delta
Mekong. Di Vietnam etnis minoritas adalah Chinese,(1.000.000 jiwa), Kampuchea
(350.000), Melayu-Campa (20.000) yang hidup didaerah pedesaan.Selain itu dalam
kelompok minoritas ini terdapat keturunan Thai (3.509.000), Man (100.000), Meo
(80.000), Muong (25.000), Nung, Lolos, dan lain-lain.
Agama utama penduduk Vietnam adalah Buddhisme.Meski
demikian, 10% penduduk Vietnam selatan beragama Khatolik. Selain itu, terdapat
juga para penganut agama Hoa-Hoa (yang erat hubungannya dengan Buddhisme),
agama Chao Dai (yang erat hubungannya dengan Thaoisme), dan minoritas muslim.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana letak geografis Vietnam?
1.2.2
Apa saja suku-suku yang terdapat di Vietnam ?
1.2.3 Bagaimana dinasti di Vietnam ?
1.2.4 Bagaimana sistem pemerintahan Vietnam ( masa kerajaan)/sebelum kedatangan bangsa
Barat ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui letak geografi Vietnam.
1.3.2 Untuk mengetahui suku-suku
yang terdapat
di Vietnam.
1.3.3 Untuk memahami dinasti pada Vietnam
1.3.4 Untuk mengetahui sistem pemerintahan Vietnam ( masa kerajaan) / sebelum kedatangan bangsa
Barat.
BAB
2. PEMBAHASAN
2.1 Letak Geografis
Vietnam
Letak geografis Vietnam yaitu berbatasan
dengan Cina di sebelah utara, Laos di sebelah barat laut, Kamboja di sebelah
barat daya, dan Laut Cina Selatan di sebelah timur.Letaknya ini berada di
kawasan Indocina. Letak astronomisnya adalah 1020 – 1090
BT dan 80 – 230 LU.Luas Vietnam kurang lebih 331.688 km2.
Daerah Vietnam terdiri atas bukit-bukit dan
gunung-gunung berhutan lebat dan sedikit dataran rendah.Pegunungan Utara
terletak di bagian barat laut.Puncak tertingginya adalah Fan-Si-Pan (3.143 m). Di
wilayah bagian utara terdapat gunung Tsin Ho dan di bagian selatan terdapat
gunung Chu Yang Sin.
Delta sungai Merah membentang dari
pegunungan Utara sampai teluk Tonkin.Wilayah ini merupakan daerah pertanian. Pegunungan
Annam merupakan rangkaian pegunungan di wilayah barat dari pegunungan Utara
sampai 80 km di utara Ho Chi Minh City.
Dataran pantai meliputi wilayah timur dan
bagian tengah, membentang dari delta sungai Merah sampai sungai Mekong. Delta
Mekong terbentuk oleh sungai Mekong. Sungai Mekong merupakan sungai yang sering
dilanda banjir setiap tahunnya.Vietnam beriklim tropis musim.
Bentuk pemerintahan Vietnam adalah republik
sosialis dengan kepala negara presiden. Kepala pemerintahannya perdana menteri.
Ibu kotanya Hanoi.Mata uang Vietnam adalah Dong. Bahasa nasionalnya adalah
bahasa Vietnam. Agama yang dianut penduduknya adalah Buddha, Konghucu, Taoisme.
Lagu kebangsaannya Tien Quan Ca (The March to the Front).
Mayoritas penduduknya adalah etnis Vietnam,
Khmer, dan Cham. Kelompok etnis terbesar adalah etnis Vietnam/Kinh. Mereka
tinggal di sekitar delta-delta endapan dan dataran rendah di tepi pantai. Orang
Kinh memengaruhi kehidupan nasional melalui kontrol mereka dalam urusan-urusan
politik dan ekonomi. Kebudayaan Vietnam berpegang teguh pada konfusianisme yang
menekankan pada tugas-tugas yang bersifat kekeluargaan.
Sebagian besar mata pencaharian penduduk
Vietnam adalah pertanian. Hasil utama pertaniaannya adalah padi. Vietnam telah
berhasil membuat sejuta hektar sawah padi yang hasilnya diekspor ke berbagai
negara termasuk Indonesia. Vietnam juga menghasilkan jagung, kapas, teh, tebu,
ubi jalar, buah-buahan, dan tembakau. Hasil industri Vietnam diantaranya semen,
pupuk, ban. dan tekstil. Hasil pertambangannya meliputi emas, bijih besi,
timah, gamping, fosfat, dan seng.
Vietnam beriklim tropis, yang digolongkan berdasarkan
sinar matahari, curah hujan yang tinggi, kelembapan dengan dua musim yang berbeda:
dingin dan kering dari November ke April dan musim yang panas dan basah dari
Mei hingga Oktober. Temperatur rata-rata per tahunnya ialah dari 22ºC
hingga 27ºC.Namum cuaca biasanya berbeda antara Utara dan Selatan, antara
daratan dan pegunungan.
Bahasa
Vietnam (tieng Viet, juga tieng Viet Nam atau
Viet ngu), adalah bahasa resmiVietnam (Viet Nam). Bahasa Vietnam adalah bahasa ibu suku Vietnam (87% dari seluruh
penduduk Vietnam) dan lebih dari 2 juta emigran Vietnam (banyak yang di Amerika
Serikat). Selain itu, bahasa ini juga merupakan bahasa kedua bagi etnis
minoritas di Vietnam.Meski mengandung banyak kata-kata serapan dari bahasa
Tionghoa dan aslinya ditulis dalam aksara
Tionghoa, para ahli bahasa menganggap bahasa Vietnam sebagai bahasa Austroasiatik.
2.2 Suku-Suku yang Terdapat di Vietnam
Di Vietnam, ada 54 etnis yang hidup
bersama secara rukun, diantaranya etnis Kinh menduduki 86 persen jumlah
penduduk, 53 etnis lain mempunyai persentase beragam yang kira-kira
sejuta jiwa seperti etnis Tay, Nung, Thai, Muong, Khmer dan sampai ratusan
penduduk seperti etnis O Du dan Brau.
Etnis Kinh hidup tersebar di
seluruh negeri, tetapi paling banyak bermukim di daerah dataran rendah dan di
tepian sungai. Mayoritas etnis yang sisanya hidup di daerah
pegunungan dan daerah lereng gunung, membentang luas dari Vietnam Utara ke
Vietnam selatan, hampir semuanya hidup
berselang-seling yang tipikel ialah masyarakat etnis minoritas di daerah Vietnam Utara dan daerah
Trung Bo Utara. Berbagai etnis minoritas mencapai tarap perkembangan tidak
merata. Di daerah lereng gunung dan daerah pegunungan di Vietnam Utara
atau rakyat di daerah rendah, misalnya etnis minoritas Muong, Thai, Tay, Nung
hidup secara pada pokoknya dengan cara menanam padi sawah dan membuka huma,
membudidayakan ternak dan unggas, melakukan kerajinan tangan yang halus
buatannya.
Semua etnis minoritas
di sebelah selatan hidup lebih terpisah, kecuali etnis minoritas Cham,
Tionghoa dan Khmer yang hidup di daerah pantai Vietnam Tengah dan daerah Nam
Bo. Mereka mencapai tarap perkembangan yang lebih tinggi. 54 etnis yang
hidup di seluruh Vietnam mempunyai bahasa sendiri dan kebudayaan tradisionalnya
yang khas. Ada 24 etnis yang mempunyai bahasa sendiri, misalnya etnis
minoritas Thai, H’Mong, Tay, Nung, Khmer, Gia Rai, Ede, Tionghoa, Cham dan
sebainya.
Bahasa mereka masih tetap dipakai
dalam kehidupan di daerah-daerah pemukiman mereka. Beberapa bahasa
diantaranya sedang digunakan di semua sekolah etnis minoritas. Akan tetapi, bahasa umum
(bahasa Vietnam) selalu diutamakan dalam semua buku pengajaran untuk
pelajar etnis minoritas, membantu mereka mudah melakukan kontak
dengan etnis-etnis lain.
Di Vietnam, ada bermacam-macam
dialek yang digunakan di daerah - daerah yang berbeda-beda. Dialek Hanoi
berbeda dengan dialek yang digunakan orang di daerah Vietnam Tengah atau
Vietnam Selatan, tetapi semua orang tetap mengerti satu sama lain. Tulisan
bahasa Vietnam juga sama, tetapi dibaca dengan logat-logat daerah tertentu.
Pemerintah Vietnam menjalankan politik kesetaraan, persatuan dan
saling bantu antara etnis - etnis. Pada kenyataan-nya, semua etnis
masing-masing mencapai keseteraan dalam melaksanakan hak berkembang.
2.3 Dinasti di
Vietnam
2.3.1 Masa
Pra-Dinasti
Pada tahun 214 SM, beberapa tahun setelah Kaisar Qin Shihuang
mempersatukan Tiongkok, ia mengirim bala tentara ke selatan Tiongkok untuk
menaklukkan wilayah yang sekarang adalah Guangdong,
Guangxi,
Fujian
dan utara Vietnam. Penaklukkan itu disertai dengan penaklukkan suku kuno Bai Yue.Setelahnya,
Dinasti Qin mendukung migrasi suku Han secara besar-besaran ke selatan dan membentuk 3 provinsi
di selatan.
Selang puluhan tahun kemudian, tahun 203 SM,
Dinasti Qin
terpuruk ke dalam kekacauan.Pada saat ini, pemimpin militer Qin di Nanhai (sekarang Vietnam
utara), Zhao Tuo
mengambil kesempatan ini untuk membentuk negara sendiri, Nan Yue, dengan Raja
Wu.Ibukota negara Nan Yue berada di daerah Guangzhou
sekarang.Namun, Nan Yue kemudian ditaklukkan oleh Kaisar Han Wudi dari Dinasti Han
pada tahun 111 SM.
Untuk lebih 10 abad
selanjutnya, Vietnam utara secara langsung dikuasai oleh Dinasti Han, Dong Wu,
Dinasti Jin,
Dinasti Selatan, Dinasti Sui
dan Dinasti Tang).
2.3.2Masa
Dinasti-dinasti
Pada 939 CE, orang-orang Vietnam berhasil mengalahkan
militer Tiongkok di Sungai Bach Dang dan mendapatkan kemerdekaan setelah 10
abad di bawah kontrol Tiongkok. Mereka mendapatkan otonomi secara lengkap satu
abad kemudian.Pada masa pemerintahan Dinasti Tran, Dai Viet
mengalahkan tiga usaha invasi Mongol di bawah Dinasti Yuan.
Tiga kali dengan pasukan yang sangat besar juga dengan persipan yang hati-hati
untuk serangan mereka, tetapi tiga kali berturut-turut orang-orang Mongol
dikalahkan sama sekali oleh Dai Viet. Secara kebetulan, pertempuran terakhir
dimana jendral Vietnam Tran Hung Dao mengalahkan kebanyakan militer Mongol diadakan
lagi di Sungai Bach Dang seperti nenek moyangnya kurang lebih 300 tahun yang
lalu. Feudalisme di Vietnam mencapai titik puncaknya saat Dinasti Le pada abad
ke 15, khususnya selama masa pemerintahan Kaisar Le Thanh Tong. Antara abad ke
11 dan 15, Vietnam memperluas wilayahnya ke arah Sealatan dalam proses yang
disebut Nam Tien (Perluasan ke Selatan). Mereka akhirnya menaklukan kerajaan
Champa dan banyak kekaisaran Khmer
Tiga dinasti pertama yang memerintah sesudah tahun
939-1009 yaitu :
1.
Dinasti Ngo (939-968), dinasti
Ngo tidak mampu menguasai pemimpin-pemimpin setempat dan tidak pernah
mendapatkan pengakuan dari Cina. Dinasti ini juga tidak berhasil atau tidak
mampu mengatasi pemberontakandari pemimpin-pemimpin local.
2.
Dinasti Dinn (968-997)
3.
Dinasti Le I (979-1009), raja
pertamanya adalah Le-Hoan. Dinasti ini memulai kemenangan awal bangsa Annam.
Secara terus menerus dinasti ini berjuang merebut propinsi-propinsi Annam dari
kekuasaan Campa dan berusaha melepaskan diri dari imprealisme Cina. Dinasti ini
berhasil mengusir Campa dari Annam. Tahun 982 dinasti ini berhasil merampok dan
menguasai Indrapura dan Wijaya yang
merupakan ibu kota dari Campa, membunuh raja Campa dan kembali dengan banyak
barang rampasan. Antara tahun 968-1009 perkembangan penting dalam bidang
keagamaan terjadi. Tienhoang dari dinasti Dinh mendirikan organisasi keagamaan
resmi dengan memadukan Taoisme dan Buddhisme dalam hirarki pemerintahan. Raja
Le yang kedua memasukan naskah-naskah klasik Budha Mahayana dari Cina dan
berusaha menghimbau rakyat untuk menerima Buddhisme menggantikan pemujaan asli
animism dan dinamisme. Hasilnya Buddhisme menjadi bersemi pada pemujaan asli.
Tetapi cendikiawan-cendikiawan tetap berpegang pada Taoisme dan Confusianisme.
Pengganti Le-Hoan ini (Raja Le kedua) diturunkan dari tahta pada tahun 1009
karena daerah Campa berhasil direbut kembali. Sehingga mengakhiri masa
pemerintahan dinasti Le I.
2.4 Vietnam
( Masa Kerajaan) / Sebelum Kedatangan Bangsa Barat
2.4.1 Kerajaan
Champa
Kerajaan Champa adalah sebuah kerajaan yang
pernah berkuasa di sebuah wilayah, yang sekarang adalah Vietnam tengah dan
selatan, pada tahun 192 M hingga 1832 M. Dua topik penting untuk memahami Cham
adalah perdagangan dan peperangan. Daerah pesisir yang panjang dikuasai
dikuasai berbagai kerajaan Cham di banyak tempat, lebih sesuai untuk
perdagangan maritim daripada pertanian. Alasannya sederhana, tanahnya tidak
subur dan daerah dataran rendahnya relatif sempit, terjepit antara tepi paling
timur Dataran Tinggi Tengah dan lautan. Kasus peperangan juga menjadi perhatian
utama. Dua ancaman keamanan terbesar bagi kerajaan-kerajaan Cham datang dari
utara (Vietnam) dan barat daya (Kamboja), (Ricklefs, Lockhart, Lau, Reyes, Aung,
Thwin, 2013:85-86).
Menurut catatan sejarah Cina, Kerajaan Champa
mulai berdiri pada tahun 192 M, yang kerajaannya disebutkan dengan nama Lin Yi.
Kerajaan ini merupakan gabungan dari kota-kota yang mempunyai kekuasaan di
wilayahnya masing-masing atau untuk itu dikenal dengan istilah konfederasi
kota. Kota-kota tersebut bernama:
1. Inderapura (wilayah yang sekarang bernama Dong
Duong);
2.
Amaravati (wilayah yang sekarang bernama Quang Nam);
3.
Vijaya (wilayah yang sekarang bernama Cha Ban);
4.
Kauthara (wilayah yang sekarang bernama Nha Trang);
5.
Panduranga (wilayah yang sekarang bernama Phan Rang);
Pada awalnya, ibu kota kerajaan Champa terletak
di Inderapura (875 M – 1000 M), kemudian dipindahkan ke Vijaya (1000 M – 1471
M), lalu berpindah di Panduranga (1471 M). Adapun wilayah kekuasaan
kerajaan Champa pada setelah abad ke-7 meliputi wilayah-wilayah yang sekarang
bernama: Quang Nam, Quang Ngai, Binh Dinh, Phu Yen, Khanh Hoa, Ninh Thuan, dan
Binh Thuan.
Selama beberapa abad menguasai wilayah tersebut,
akhirnya kerajaan Champa diokupasi oleh orang-orang Vietnam. Jadi, orang-orang
Vietnam yang sekarang bukanlah penduduk asli wilayah tersebut. Melainkan
pendatang dari wilayah lain. Dalam pertengahan abad VIII Cina tidak lagi
menyebut-nyebut Lin-Yi, mereka menyebut Cham dengan nama Huang-Wang. Perubahan
ini sesuai dengan perpindahan pusat kepentingan dalam kerajaan ke arah selatan
dari Quang-nam ke Panduranga (Phan-rang) dan Khauthara (Nha-trang).
Sebuah dinasti baru yang kelima menurut catatan
George Maspero, memerintah disana dari tahun 758-859 dan mulai memakai
nama-nama setelah anumerta yang menunjukkan bahwa raja yang telah mangkat telah
menyatukan diri dengan dewa tertentu. Tekanan lebih diletakkan pada keadaan
Saivisme, dan pemujaan terhadap lingga menjadi lebih penting daripada di
Kamboja. Pertengahan kedua abad VIII merupakan waktu yang kritis bagi Champa.
Seperti Kamboja, Champa harus bertahan atas sejumlah serangan dari Jawa. Salah
satu tahun 774 menghancurkan candi kuno Po Nagar di Nha-trang. Tiga tahun
kemudian yang lain menghancurkan sebuah candi dekat ibu kota, Virapura, yang
terletak tidak jauh dari Phan-rang sekarang, (Hall, 1998: 167-168).
Di bawah Hariwarman I, Champa memperbaharui
serangannya atas provinsi-provinsi Cina di sebelah utara dengan mendapatkan
berbagai kemenangan. Dibawah Indrawarman II (854-893) utara menjadi pusat
kepentingan lagi, beliau mendirikan ibukota Indrapura, di provinsi Quang-nam.
Beliau memperbaiki hubungan baik dengan Cina dalam pemerintahannya seorang ahli
sejarah Cina mulai memberikan kepada Champa nama yang ketiga, Chang-Cheng yaitu
kata atau istilah bahasa Cham, atau dalam bentuk bahasa Sanksekertanya,
Champapura, (Hall, 1998: 168).
Pemerintahan beliau adalah pemerintahan yang
damai, terutama bagi pendirian bangunan-bangunan besar Budha, sebuah tempat
suci, yangreruntuhannya terdapat di Dong-duong, di sebelah tenggara Mison. Ini
adalah bukti pertama adanya Budha Mahayana di Champa. Selama abad X
peristiwa-peristiwa besar dan penting bagi masa depan Champa terjadi di luar
perbatasan sebelah utara. Tahun 907 dinasti T’ang jatuh di Cina, dan
orang-orang Annam mengambil kesempatan untuk maju atas situasi itu untuk
mengadakan perang kemerdekaan yang menghasilkan berdirinya kerajaan Dai-co-viet
(Annam dan Tongking) tahun 939. Ini terjadi pada pemerintahan raja Cham Indrawarman
III (kira-kira 918-959), (Hall, 1998: 168-169).
Abad XI adalah salah satu kehancuran, waktu
Cham kehilangan provinsi-provinsinya di bagian utara diambil oleh Annam. Mereka
mengirim missi berturut-turut ke Cina dan tahun 1030 bersekutu dengan
Suryawarman I dari Angkor. Tetapi semua harapan mendapatkan bantuan dari
orang-orang ini hanya khayalan belaka dan tahun 1044 rentetan panjang
serangan-serangan Annam memuncak mengakibatkan kehancuran Cham secara
besar-besaran. Dalam mendendam ini, Suryawarman tahun 1145 menyerang Champa,
merebut ibukotanya, Wijaya, dan menjadikan dirinya penguasa kerajaan itu. jaya
Indrawarman III menghilang dalam peperangan itu, apa yang terjadi terhadapnya
tidak diketahui, (Hall, 1998:170-172).
Jaya Indrawarman IV adalah seorang avonturir
yang cerdik, yang merebut tahta dari putera Jaya Hariwarman I. Kemauannya yang
besar adalah merubah rencana tentang Kamboja dalam dendamnya karena
serangan-serangan Suryawarman kepada Champa. Serangannya yang pertama tahun
1170 setelah meyakinkan dirinya akan kenetralan Annam, dilakukan lewat darat
dan gagal. Tetapi tahun 1177 beliau mengirim pasukan lewat laut ke delta Mekong
darimana beliau melayari sungai dan mrebut Angkor secara mengejutkan. Kota itu
dirampoknya dan pasukan Cham kembali kemudian dengan barang rampasan banyak
sekali. Tindakan yang berani ini menyebabkan kebencian yang mendalam antara
Champa dan Kamboja selama bertahun-tahun, (Hall, 1998:173).
Masyarakat Champa (masyarakat yang juga dikenal
dengan nama Urang Champa) adalah masyarakat yang mata pencahariannya berdagang.
Berdasarkan penelitian, asal-usul masyarakat ini adalah Melayu-Polinesia yang
menduduki nusantara pada abad sebelum masehi.Masyarakat ini pada awalnya
menganut agama Hindu Siwa sebagai agama resminya.Setelahnya, pada masa
pemerintahan raja Inderawarman II, beralih ke Buddha Mahayana.Kemudian, pada
abad ke-13 barulah menganut agama Islam.
Ciri dari masyarakat Champ ini juga adalah
menganut budaya Matrilineal.Masyarakat ini bermusuhan dengan orang-orang Khmer
(Kamboja) dan Dai Viet (Vietnam) yang masih berlangsung hingga sekarang. Bukti
dari permusuhan orang-orang Dai Viet terhadap Urang Champ adalah pemerintah
Vietnam membiarkan bangunan kuno Urang Cham di Vietnam, yaitu Kompleks
percandian My Son dan Po Klong Garai, tidak diurus/ dilestarikan.Saat ini,
Urang Champ tersebar di delapan negara, yaitu: Vietnam, Kamboja, Indonesia,
USA, Thailand, Laos, dan Perancis.
Kerajaan
Lin Yi (nama kerajaan Champa sebelumnya) diperkirakan didirikan oleh seorang
pejabat lokal bernama Ku-Lien yang memberontak terhadap Kekaisaran Han pada
tahun 192 M. Pada awalnya, ibu kota
kerajaan ini terletak di Inderapura pada tahun 875 M. Pada tahun 982 M,
kerajaan Dai Viet menyerang kerajaan Champa, sehingga menyebabkan kerajaan
Champa beralih ke Vijaya, yang kemudian menjadi ibu kotanya pada tahun 1000 M.
Setelahnya, kerajaan Dai Viet menyerang kerajaan Champa lagi di Vijaya pada
tahun 1021, 1026, dan 1044 M. Kemudian pada tahun 1069, mereka menyerang lagi,
dan menghancurkan kota Vijaya.
Pada tahun 1080, kota Vijaya diserang oleh kerajaan
Khmer. Pada tahun 1145 M, kerajaan Khmer menyerang lagi. Pada tahun 1177 M,
masyarakat Champa melakukan serangan balasan ke ibu kota Khmer, dan membunuh
rajanya. Akhirnya, pada tahun 1471, kerajaan Dai Viet, pada zaman dinasti Le,
yang diperintah oleh Le Thanh Ton (1460 – 1479 M), berhasil merampas Vijaya.
Kemenangan kerajaan Dai Viet tersebut membuat raja Dai Viet menjadikan
Amaravati dan Vijaya sebagai bagian dari kerajaannya. Dengan kekalahan kerajaan
Champ di Vijaya itu, kerajaan tersebut tidak berbentuk konfederasi kota lagi.
Dengan kekalahan di Vijaya tersebut, Urang Champ bermigrasi ke Panduranga, dan
menjadikannya sebagai ibu kotanya.
Perpindahan ibu kota Champ di Panduranga, membawa corak baru bagi
kebudayaannya. Di sini, Islam mulai berkembang di masyarakat Champ secara
luas.Bahasa Sanskrit yang digunakan sebagai bahasa resmi, kini tidak digunakan
lagi.Pada masa itu, bahasa Melayu yang digunakan secara luas.
Kerajaan Champa juga mempunyai hubungan dengan kerajaan-kerajaan di
nusantara, yaitu: kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Majapahit. Catatan-catatan di
Indonesia menunjukkan pengaruh Putri Darawati, seorang putri Champa yang
beragama Islam, terhadap suaminya, Kertawijaya, Raja Majapahit ke tujuh
sehingga keluarga kerajaan Majapahit akhirnya memeluk agama Islam. Makam Putri
Champa dapat ditemukan di Trowulan, situs ibukota Kerajaan Majapahit.Selain
itu, dalam Babad Tanah Jawi, dikatakan bahwa bahwa Raja Brawijaya V memiliki
istri bernama Amarawti (atau Dwarawati), seorang puteri dari Kerajaan Champa
yang beragama Islam.Beberapa Walisongo juga dikatakan pernah bermukim di
Kerajaan Champa sebelum menyebarkan agama Islam di pulau Jawa.
Raja Kertanagara mendengar
berita-berita tentang serbuan tentara Mongolia di negeri Annam dan Campa antara
tahun 1280 dan 1287. Serbuan tentara Mongolia itu menyebabkan usaha raja
Kertanagara memperkuat pembinaan persahabatan dengan negeri Melayu yang telah
dikuasainya. Untuk tujuan yang sama, raja Kertanagara mengirimkan
putri-putrinya, Dewi Tapasi, untuk dikawinkan dengan raja Campa. Untuk
keselamatannya, raja Kertanagara membentuk persekutuan lain, juga dengan negara
di luar daerah Nusantara, yakni dengan negara Campa dengan menjalankan politik
perkawinan dan persahabatan, (Muljana, 2005: 157-159).
Pada tahun 1695 M, penguasa Champa di Pandurangan
melakukan perlawanan kepada Vietnam.Namun akhirnya kerajaan Champa kalah,
sehingga kerajaan Champa menjadi negara bawahan oleh Kaisar Gia Long dari
Dinasti Nguyen.Pada tahun 1832 M, akhirnya kerajaan champa dibubarkan oleh anak
Kaisar Gia Long, yaitu Kaisar Minh Mang.
2.4.2 Kerajaan
Annam dan Tonkin
Pada tahun 111 S.M kaisar Wang-ti (140-87 SM) pencipta imperialisme Cina di Asia, menganeksir kerajaan Canton dengan Tongking
dan Annam, yang waktu itu bernama Nam-Viet. Sejak itu sampai
tahun 939 masehi Nam- Viet tetap menjadi bagian integral kekaisaran
china. Dibawah Shih- Huang-ti dari dinasti Chin, jendral Zhao- Tou menaklukkan Kwang- Tong dan Kwang-si. Pada masa itu mulai dari tahun 214 SM Tongking dan bagian utara berada di luar kekaisaran China. Ketika dinasti chin mengkhawatirkan akan jatuhnya
jendral Zhao-tou, yang ingin menyatukan Dinasti ini dengan kedua wilayah tersebut untuk membantu kerajaan merdeka nan-yue. Bagian annam yang di
pengaruhi terdiri dari 3 propinsi yaitu :Thanh-hoa,
Quang-ti dan Quang-binh.
Dalam hal ini Dinasti han mengakui kerajaan nan-yue sebagai
kerajaan otonom, yang kedaulatannya atas daerah itu terbatas pada Kwang-tung dan K-si, (Hall 1998:180).
Sarjana-sarjana Perancis membedakan 15 dinasti
sepanjang seluruh kurun waktu sejarah Annam. Empat diantaranya berkuasa singkat
sebelum tahun 939 selama selingan-selingan dalam daerah kekuasaan Cina. Tiga
yang pertama setelah tahun 939 mempunyai karya yang sangat singkat, jumlahnya
semua hanya 8 raja dan meliputi kurun waktu sampai 1009. Dengan satu
kekecualian, yang terakhir-akhir ini karyanya lama, masing-masing memberi warna
perkembangan yang berbeda dalam sejarah negeri itu. pada mulanya kerajaan merdeka
meliputi hanya Tongking dan tiga provinsi Annam Utara, yaitu Tnanh-hoa, Nghe-an
dan Ha-tinh, (Hall, 1998:181).
Selama masa pemerintahan Cina yang panjang, nampak adanya tekanan dari Cina dalam hal seni klasik cina, system etika confisius dan
budha mahayan, namun Nam-viet
tetap teguh dan setia
pada tradisi nasionalnya. Pengaruh Cina di
perkuat oleh pertahanannya yang berhasil.Kemunduran Dinasti Tang yang
mulai melemah.
Negeri itu gagal menghindarkan Champa tahun
780 untuk mendapatkan kekuasaan atas Hue, Quang-tri dan Quang-binh.
Tahun 862 tongking di serbu oleh Tai dari Nanchao.Pada tahun 907 Tang jatuh dan terjadilah kekacauan pemerintahan di Cina. Orang-orang Annam
mendapat kesempatan melakukan usaha kemerdekaan , kali ini mereka berhasil
dengan baik, dan tahun 939 dengan pemimpinnya
Ngo-quyen yang telah mendirikan
Dinasti Nasional
Ngo (939-968). Pada mulanya kerajaan yang merdeka
hanya Tongking dan 3 propinsi Annam utara, yaitu Tnanh-hoa, Nghe-an
han ha-tinh. Sedangkan di bagian selatan, kerajaan Champa
mengadakan perluasan.
Dinasti Ngo tidak
mampu menguasai pemimpin-pemimpin setempat dan tidak pernah mendapatkan tempat dari Cina.
Dinasti dinh (968-979)bahkan lebih pendek hidupnya, Lalu dinasti li mula-mula
mulai berkembang (979-1009). Rajanya yang pertama le hoan, menyerang champa
pada tahun 982 dan kembali dengan barang rampasan.Setelah indrapura di rampas
oleh Le Hoantahun 982 Champa memindahkan ibu kotanya lebih ke selatan ke vijaya
(binh-dinh). Tetapi tahun 1044 vijaya sendiri dirampas annam, dan rajanya di
pacung kepalanya. Cham berusaha merebut kembali propinsi-propinsi yang lepas
tersebut, tetapi pada abad 7 serangan dilancarkan
oleh seorang ahli perang besar kamboja.
2.4.3 Kerajaan Nan-Yue
Zhao
Tuo (Hanzi: 230 SM – 137 SM) atau Trieu Da dalam ejaan Vietnam adalah seorang jenderal Dinasti Qin yang kelak mendirikan kerajaan Nan Yue (Hanzi: bahasa Viet: Nam Viet) yang merupakan
sebuah kerajaan kuno, terletak di perbatasan antara Tiongkok selatan dan Vietnam
utara. Di tempat itu juga dia mendirikan Dinasti Zhao/
Trieu.Zhao dilahirkan di Zhending, bagian
utara Tiongkok.Dinasti Qin mengirimnya dalam ekspedisi ke selatan. Tahun 206 SM, Zhao
mengalahkan kerajaan Au Lac di An Duong Vuong dan menyatukan
wilayah itu dengan Guangdong dan Guangxi yang
berada di bawah komando militernya pada masa Dinasti Qin. Dia menikahi seorang
wanita Yue.
Menjelang berakhirnya Dinasti Qin, Zhao
mengambil alih kekuasaan di daerah yang meliputi sekarang meliputi Guangdong
dan Guangxi.Disana dia membangun kekutannya melalui persekutuan dengan para
bangsawan dan kepala suku lokal, dia lalu mendeklarasikan dirinya sebagai Raja
Nanyue dan mendirikan ibukotanya di Panyu (sekarang daerah Guangzhou).Keadaan
saat itu belum benar-benar damai. Di bagian utara ada Changsha yang
telah dilanda konflik berkepanjangan, di timur ada negara Minyue yang
suka berperang, di selatan ada negara Yi Barat Daya yang
tidak menerima budaya Han. Selain itu di dalam Nanyue sendiri ada Ou Barat dan Luo Yue yang
belum sepenuhnya tunduk.Namun ancaman terbesar bagi Nanyue adalah Dinasti Han yang
mengincarnya. Sejak awal, Kaisar Han Gaozu (Liu
Bang) telah menempatkan Raja Changsha, Wu Rui,
mengangkat Yao Wuyu sebagai
Adipati Haiyang dan Zhi sebagai Raja Nanhai. Kaisar Gaozu juga menempatkan
tentaranya di negara bagian Changsha untuk mengawasi Nanyue sehingga hal ini
sangat mengkhawatirkan Zhao.
Dinasti Han mengirim utusannya, Lu Gu untuk
menjalin hubungan diplomatik dengan Nanyue.Ketika Lu Gu sampai di Nanyue, Zhao
Tuo menyambutnya dengan dingin dan tidak sopan.Namun setelah Lu Gu mengeluarkan
argumen-argumennya yang brilian mengenai pentingnya menjalin persekutuan dengan
Han, Zhao sangat terkesan dan sikapnya terhadap Lu Gu berubah 180 derajat.Zhao
menjamunya dengan sangat terhormat dan mereka bahkan menjadi sahabat sejak
itu.Zhao menjalin hubungan dagang dan mengimpor barang-barang lokal ke daratan
tengah (Tiongkok), selain itu Zhao juga membayar upeti tahunan kepada
Tiongkok.Setelah Kaisar Gaozu mangkat, anaknya, Kaisar Han Hui (Liu
Ying) menggantikannya.Kaisar baru ini tetap menghormati perjanjian antara
Nanyue dengan ayahnya, dan Zhao Tuo pun tetap berpegang pada perjanjian ini.
Setelah tujuh tahun bertahta, Kaisar Hui yang
lemah akhirnya kehilangan kekuasaannya karena direbut oleh Ibusuri Lu Zhi yang
ambisius. Pada tahun 183 SM,
Ibusuri Lu
tiba-tiba melarang perdagangan antara Dinasti Han dengan negara lain termasuk
alat-alat besi dan kuda untuk Nanyue. Ini adalah karena Wu Rui, Raja Changsha yang
merupakan satu-satunya raja muda yang tidak bermarga Liu dalam wilayah Han
diperlakukan baik oleh Ibusuri Lü.Sebelumnya Kaisar Gaozu menyingkirkan para
raja muda yang bukan marga Liu kecuali Wu Rui karena negara bagiannya tidak
terlalu kuat.Blokade ini berdampak besar terhadap Nanyue karena Nanyue
membutuhkan alat-alat dari besi dari Han, rakyat sangat sengsara akibat blokade
ini.Zhao Tuo menyadari bahwa Dinasti Han sangat kuat dan negaranya bukanlah
tandingannya, maka dia mengirimkan utusan ke Han untuk menegosiasikan
pembatalan blokade.Namun Wu Rui menahan utusan itu di Chang’an, dia
juga menjelek-jelekkan Zhao Tuo sehingga hal ini membuat Ibusuri Lu marah dan memerintahkan kerabat Zhao yang
tinggal di Tiongkok dihabisi dan makam leluhurnya dirusak.
Perusakan makam leluhur ini menjadi masalah
serius dan membangkitkan amarah Zhao. Merasa sudah tidak ada harapan menggunakan
jalur diplomasi, di tahun yang sama Zhao mendeklarasikan dirinya sebagai Kaisar
Wu dari Nanyue .Dia lalu menyerang Wu Rui yang telah lama memiliki konflik
dengannya, Changsha diduduki dan dijarah. Ibusuri memerintahkan ekspedisi
balasan terhadap Nanyue, namun hampir seluruh pasukan tewas karena wabah
penyakit dan dihalau oleh Nanyue. Konflik militer terus berlanjut hingga
kematian Ibusuri Lu.Zhao Tuo terus memperluas daerahnya dengan menaklukkan
kota-kota di perbatasan.Dia juga menjalin persekutuan dengan negara-negara
tetangganya Min Yue, Ou Barat, dan Luo Yue.Perang ini hampir meluluhlantakkan
hubungan dagang antara Tiongkok dan Nanyue.
Tahun 179 SM, Kaisar Han Wen naik
tahta. Dia berusaha memulihkan hubungan antara Han dan Nanyue yang telah rusak.
Melihat itikad baik Kaisar Wen, Zhao menulis surat proposal perdamaian dengan
syarat dua jenderal yang ditempatkan di Changsha ditarik dan kerabatnya di
Tiongkok yang ditahan dibebaskan dan dipulihkan statusnya. Kaisar Wen
menyanggupinya dan segera mengambil tindakan, makam leluhur Zhao diperbaiki dan
kerabat Zhao yang selamat dari pembersihan dulu diberi ganti rugi serta
ditawarkan kedudukan dalam pemerintahan, tentara Han yang ditempatkan di
Changsha juga ditarik mundur. Lu Gu yang berusia 70-an dan telah pensiun
kembali dikirim untuk misi diplomatik untuk kedua kalinya. Kedua sahabat dari
negara yang saling berperang ini kembali bertemu dalam usia senja.
Zhao menerima surat yang secara pribadi ditulis
oleh Kaisar Wen. Setelah membaca surat itu dia sangat tersentuh oleh kemurahan
hati sang kaisar yang bersedia mengampuni pemberontakannya. Digantungkannya
surat itu pada sisi balairung istana menghadap ke utara. Dia mundur beberapa
langkah, berlutut, membungkuk sebagai tanda maaf pada kaisar. Selain itu dia
menanggalkan gelarnya sebagai kaisar dan menyatakan secara tertulis bahwa ia
akan selamanya setia sebagai negara vassal Dinasti Han. Pada surat itu dia
menuliskan delapan huruf “自今以后永为汉藩” (sejak saat ini selamanya adalah negara
protektorat Han). Zhao hidup hingga mencapai usia 93 tahun, dia wafat tahun 137
SM. Setelah kematiannya, keturunannya dibawah kendali Kaisar Han Wu yang
menganeksasi kerajaan Nanyue tahun 111 SM dan
dijadikan prefektur Jiaozhi atau
Giao Chi dalam dialek Vietnam.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Simpulan
Sejarah
Vietnam dapat ditarik kembali ke 2500 tahun yang lalu, namun, menurut legenda,
bisa ditarik kembali ke 4000 tahun yang lalu. Vietnam, sejak abad 11 SM sampai
abad 10 Masehi mayoritas berada di bawah kekuasaan kekaisaran Cina. Tahun 939
M, Vietnam merdeka secara politis, dan mulai menggunakan Champa sebagai nama
negara.
Pada
tahun 214 SM, beberapa tahun setelah Kaisar Qin Shihuang mempersatukan
Tiongkok, ia mengirim bala tentara ke selatan Tiongkok untuk menaklukkan wilayah
yang sekarang adalah Guangdong, Guangxi, Fujian dan utara Vietnam. Penaklukkan
itu disertai dengan penaklukkan suku kuno Bai Yue.Setelahnya, Dinasti Qin
mendukung migrasi suku Han secara besar-besaran ke selatan dan membentuk 3
provinsi di selatan.
Selang puluhan tahun kemudian, tahun 203 SM, Dinasti Qin
terpuruk ke dalam kekacauan.Pada saat ini, pemimpin militer Qin di Nanhai
(sekarang Vietnam utara), Zhao Tuo mengambil kesempatan ini untuk membentuk
negara sendiri, Nan Yue, dengan Raja Wu.Ibukota negara Nan Yue berada di daerah
Guangzhou sekarang. Namun, Nan Yue kemudian ditaklukkan oleh Kaisar Han Wudi
dari Dinasti Han pada tahun 111 SM. Untuk lebih 10 abad selanjutnya, Vietnam
utara secara langsung dikuasai oleh Dinasti Han, Dong Wu, Dinasti Jin, Dinasti
Selatan, Dinasti Sui dan Dinasti Tang.
Vietnam pada masa sebelum datangnnya
bangsa barat, terdapat tiga kerajaan besar yaitu kerajaan Champa, kerajaan
Annam dan Tongkin serta kerajaan Nan-Yue.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Coedes, George, 2010, Asia
Tenggara Masa Hindu Budha.
Jakarta: Kepustakaan Popular Gramedia.
D.G.E Hall, Sejarah Asia
Tenggara.Kuala
Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka Kementrian.
Muljana, Slamet. 2005. Menuju Puncak Kemegahan (Sejarah Kerajaan
Majapahit). Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara.
Ricklefs, M.C., Lockhart, Bruce.,
Lau, Albert., Reyes, Portia., Aung, Maitrii,. Thwin. 2013. Sejarah Asia Tenggara Dari Masa Prasejarah sampai Kontemporer.
Depok: Tim Komunitas Bambu.
Internet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar