
Makalah
Pembanding
PERJUANGAN
MENGARAH KE PERSATUAN DAN KESATUAN SELAMA MASA PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA
(Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Sejarah Nasional Indonesia III)
Dosen
Pengampu:
Dr. Nurul Umamah, M.Pd
Oleh
Danang Setyo Nugroho
140210302001/A
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt
yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan pengerjaan makalah yang berjudul “Perjuangan Mengarah ke Persatuan dan Kesatuan Selama Masa Pergerakan Nasional Indonesia”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Nasional Indonesia III.
Pada kesempatan ini,
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Saya sebagai penyusun
menyadari bahwa dalam penulisan makalah
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat
memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan
ilmu pengetahuan bagi kita semua.
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Latar belakang
penulisan makalah pembanding ini adalah :
Nasionalisme
adalah suatu paham rasa cinta terhadap bangsa dan tanah air yang ditimbulkan
oleh persamaan tradisi yang berkaitan dengan sejarah, agama, bahasa,
kebudayaan, pemerintahan, tempat tinggal, dan keinginan untuk mempertahankan
dan mengembangkan tradisinya sebagai milik bersama dari anggota bangsa itu
sebagai kesatuan bangsa. Sejarah Masa Lampau yang gemilang Indonesia sebagai
bangsa telah mengalami zaman nasional pada masa kebesaran Majapahit dan
Sriwijaya. Kedua kerajaan tersebut, terutama Majapahit memainkan peranan
sebagai negara nasional yang wilayahnya meliputi hampir seluruh Nusantara.
Kebesaran ini membawa pikiran dan angan-angan bangsa Indonesia untuk senantiasa
dapat menikmati kebesaran itu.
Bangsa Indonesia
mengalami masa penjajahan yang panjang dan menyakitkan sejak masa Portugis.
Politik devide et impera, monopoli perdagangan, sistem tanam paksa, dan kerja
rodi merupakan bencana bagi rakyat Indonesia. Penderitaan itu menjadikan rakyat
Indonesia muncul kesadaran nasionalnya dan mulai memahami perlunya menggalang
persatuan. Atas prakarsa para kaum intelektual, persatuan itu dapat diwujudkan
dalam bentuk perjuangan yang bersifat modern.
1.2.Rumusan
Masalah
Dari latar
belakang yang dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai
berikut :
1.
Bagaimana proses perkembangan Pergerakan
Nasional Indonesia awal abad XX ?;
4. Bagaimana
Peranan Nasionalisme di Indonesia ?
1.3.Tujuan
Dari rumusan
masalah yang dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan tujuan sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui bagaimanakah proses
perkembangan Pergerakan Nasional Indonesia awal abad XX ?;
4. Untuk
mengetahui bagaimanakah Peranan Nasionalisme di
Indonesia ?
1.4. Manfaat dan Kegunaan
Dari tujuan yang
dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan manfaat dan kegunaan sebagai berikut :
1.
Untuk menambah wawasan
pembaca tentang proses perkembangan Pergerakan Nasional Indonesia awal
abad XX, sejarah muncul dan berkembangnya Pergerakan Nasional
Indonesia, tahapan – tahapan masa Pergerakan
Nasionalisme di Indonesia,dan Peranan Nasionalisme di
Indonesia.
2.
Untuk
melatih kemampuan sebagai calon pendidik dalam rangka menambah kajian ilmu.
3.
Untuk
memperdalam pengetahuan tentang kesejarahan khususnya pada pelajaran ips pada
umumnya.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1. Proses
perkembangan Pergerakan Nasional Indonesia Awal Abad XX
2.1.1 Paham Nasionalisme
Nasionalisme adalah suatu paham rasa cinta terhadap
bangsa dan tanah air yang ditimbulkan oleh persamaan tradisi yang berkaitan
dengan sejarah, agama, bahasa, kebudayaan, pemerintahan, tempat tinggal, dan
keinginan untuk mempertahankan dan mengembangkan tradisinya sebagai milik
bersama dari anggota bangsa itu sebagai kesatuan bangsa. Bangsa adalah
sekelompok manusia yang mendiami wilayah tertentu dan memiliki hasrat dan
kemauan bersama untuk bersatu karena adanya persamaan nasib, cita-cita,
kepentingan, dan tujuan yang sama. Tokoh nasionalisme atau pencetusnya adalah
Joseph Ernest Renan, Otto Bouer, Hans Kohn, Louis Sneyder. Hans Kohn
berpendapat nasionalisme adalah kesetiaan tertinggi individu yang diserahkan
kepada bangsa dan negaranya. Munculnya nasionalisme dipengaruhi oleh hal-hal
berikut :
a)
Magna Charta (1215) di Inggris
yang kemudian menjadi akar demokrasi;
b)
Adanya Piagam Bill of Right
(1689) di Inggris;
c)
Revolusi Prancis yang
menumbuhkan demokrasi dan nasionalisme yang tercermin dalam semboyan revolusi liberte,
egalite, fraternite yang berkembang ke seluruh Eropa;
d)
Pengaruh pemikiran dari
renaissance.
Selanjutnya, Hertz dalam bukunya Nationality in History
and Policy mengatakan bahwa prinsip-prinsip nasionalisme adalah hasrat untuk
mencapai kesatuan, hasrat untuk mencapai kemerdekaan, hasrat untuk mencapai
keaslian, dan hasrat untuk mencapai kehormatan. Adapun negara penganut
nasionalisme di Eropa antara lain :
a)
Inggris dengan Magna Charta
(1215);
b)
Jerman dengan lahirnya semboyan
durch blut und eisen (dengan darah dan besi) yang dikemukakan oleh Otto van
Bismark;
c)
Italia dengan tokohnya Camilo
Cavour yang didukung oleh Garibaldi yang melahirkan paham Italia Irredenta
(daerah Italia yang belum dibebaskan), dan;
d)
Prancis yang berhasil
menumbangkan absolutisme di zaman Louis XVI oleh rakyat dibantu kaum borjuis.
Paham nasionalisme berarti pengakuan hak setiap bangsa
untuk menentukan nasib sendiri. Pengakuan terhadap nasionalisme harus disertai
sikap antidiskriminasi, baik secara rasial, ekonomi, sosial budaya, geografis
secara agama sebab setiap orang mempunyai hak yang sama atas pembelaan negara.
2.1.2. Paham Ultra Nasionalisme
a)
Jerman : yang menganggap
bangsa jerman keturunan dari bangsa arya yang bear dan terhormat;
b)
Italia : Benito Mussolini
mendirikan perkumpulan fascis haliani yang timbul karena kenangan masa kejayaan
imperium romawi
c)
Jepang : Baron Tanaka yang
mempunyai pedagangan hakko I chui yaitu Jepang diberi tugas oleh dewa matahari
untuk melindungi asia dari penjajahan eropa.
2.1.3.
Paham Demokrasi
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, demos, artinya
rakyat dan kratos, artinya pemerintahan. Jadi, demokrasi dalam arti sempit
adalah pemerintahan di tangan rakyat. Dalam arti luas, demokrasi adalah suatu
sistem pemerintahan yang mengakui hak segenap anggota masyarakat untuk ikut
memengaruhi keputusan politik baik langsung atau tidak langsung. Kondisi yang
memengaruhi terciptanya demokrasi adalah adanya kesepakatan bersama dalam
masalah yang fundamental dan upaya yang memungkinkan kebebasan politik tumbuh
di tengah negara. Demokrasi mula-mula diterapkan di Yunani Kuno, yakni
demokrasi langsung, kemudian berkembang ke negara Eropa lainnya, dan akhirnya
ke Indonesia. Seorang cendekiawan dari Inggris yang memperjuangkan demokrasi
adalah John Locke (1632 – 1704) dalam bukunya berjudul Two Treaties on
Government. John Locke membenarkan perjuangan rakyat Inggris menentang
kekuasaan mutlak raja. Menurut John Locke, pemerintah hanyalah alat yang
dibentuk untuk menjamin kepentingan rakyat terhadap hak-hak politis, mencakup
hak individu, hak politik, hak atas kebebasan, dan hak milik. Demokrasi
merupakan hal yang dinamis dan maju sebab selain mengurus kepentingan bersama,
negara juga bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyatnya. Demokrasi menuntut
adanya UUD, pemilu, kemerdekaan pers, kemerdekaan berbicara, berkumpul dan
mengemukakan pendapat, serta kemerdekaan beragama
2.1.4.
Paham Sosialisme
Sosialisme adalah paham yang menghendaki suatu
masyarakat yang disusun secara kolektif agar menjadi suatu masyarakat yang
sejahtera/bahagia. Kata sosialisme berasal dari bahasa Latin, socius, artinya
kawan. Tujuan sosialisme adalah mewujudkan masyarakat sosialis dengan jalan
mengendalikan secara kolektif sarana produksi dan memperluas tanggung jawab
negara bagi kesejahteraan rakyat. Tokoh pemikir sosialisme adalah Robert Owen,
seorang pengusaha Inggris yang menulis buku A New of Society an Essay on the
Formation of Human Character. Ia adalah orang yang pertama menggunakan istilah
sosialisme. Tokoh lainnya adalah Saint Simon, Piere Proudon, Charles Fourier,
Karl Marx. Seorang yang dikenal sebagai Bapak Sosialisme adalah Karl Marx dalam
tulisannya Das Kapital yang mengatakan bahwa sejarah masyarakat merupakan
perjuanganperjuangan kelas, semboyan mereka "bersatulah kaum proletar
sedunia." Titik berat dari paham ini adalah pada masyarakat bukan
individu, dan dalam hal ini sosialisme merupakan lawan dari liberalisme.
Ada empat kesepakatan hasil perjuangan kaum sosialis,
yakni Chatolic Emancipation Bill (1892), Reform Bill (1832), Factory Act
(1833), dan Poor Law (1834). Teori Karl Marx dalam buku Historis Materialisme
mengatakan bahwa jalan sejarah ditentukan oleh material secara dialektis (these
– antithese – synthese) menuju suatu masyarakat yang sosialis. Untuk mewujudkan
masyarakat yang sosialis, Karl Marx menciptakan teori-teori sebagai berikut :
a)
Kelebihan Harga (mehrwert)
Upah yang diterima oleh kaum buruh tidak sebanding
dengan tenaga yang disumbangkannya. Itulah sebabnya, kaum buruh semakin lama
semakin miskin dan kaum majikan semakin kaya.
b)
Pemusatan (konzentration)
Perusahaan kecil akan mati karena kalah bersaing dengan
perusahaan besar, hingga akhirnya tinggal beberapa perusahaan yang besar.
c)
Penimbunan (akkumulation)
Semakin lama jumlah kapital semakin menumpuk dan
digunakan untuk membeli mesin yang mempunyai kapasitas sama dengan tenaga
manusia. Oleh karena itu, banyak kaum buruh yang di-PHK sehingga menambah
jumlah proletar.
d)
Kesengsaraan (verelendung)
Jumlah kaum proletar yang tidak mempunyai pekerjaan
semakin bertambah sehingga kemiskinan pun bertambah. Hal ini terjadi karena
penggunaan tenaga mesin semakin banyak sehingga menyebabkan kesengsaraan kaum
proletar.
e)
Krisis
Sebagian besar rakyat merupakan proletar yang miskin
dengan daya beli yang sangat rendah, sehingga barang-barang pabrik tidak habis
terjual. Akibatnya, timbul over produksi dan krisis pun terjadi.
f)
Keruntuhan (zusammenbruch)
Terjadinya krisis menyebabkan runtuhnya susunan
kapitalis sehingga kaum protelar kembali memegang kekuasaan dengan semboyan
"bersatulah proletar sedunia".
2.1.5.
Paham Liberalisme
Liberalisme merupakan paham yang mengutamakan kebebasan
dan kemerdekaan individu. Istilah liberalisme berasal dari bahasa Latin,
libertas, yang artinya kebebasan,sedangkan dalam bahasa Inggris, liberty,
artinya kebebasan. Kebebasan yang
dimaksud adalah kebebasan individu untuk memiliki tempat tinggal, mengeluarkan
pendapat, dan berkumpul.
Di Eropa, liberalisme didukung oleh kaum borjuis dan
terpelajar di kota. Bagian terpenting dalam liberalisme adalah individu.
Masyarakat harus mementingkan individu, karena masyarakat itu terdiri atas
individu-individu dan karena itu masyarakat adalah akibat dari adanya individu.
Kemerdekaan individu harus dijamin. Pada hakikatnya, paham liberalisme ini
timbul karena reaksi terhadap penindasan yang dilakukan oleh kaum bangsawan dan
kaum agama di zaman absolute monarchie. Orang ingin melepaskan dirinya dari
kekangan manusia, ini dikemukakan oleh Rousseau dalam bukunya Du Contrac
Social. Liberalisme politik menuntut adanya demokrasi yang mencakup penyusunan
undang-undang dasar, pelaksanaan pemilu, jaminan kemerdekaan pers, kebebasan
berbicara dan mengemukakan pendapat, dan kemerdekaan beragama. Liberalisme
dalam politik mengutamakan kemerdekaan dan nasionalisme. Tiap negara harus
merdeka, tidak boleh ditindas oleh negara lain, dan berhak menentukan nasibnya
sendiri. Liberalisme dalam ekonomi menuntut adanya ekonomi bebas (produksi
bebas, perdagangan bebas, hukum kodrat akan menyelenggarakan harmoni dunia)
dengan semboyan "Laisser faire, laisser passer, le monde va lui
meme." Dalam bidang ekonomi, dituntut adanya ekonomi bebas tanpa campur
tangan pemerintah dan dalam menentukan kebutuhan adalah hak milik swasta.
Pahlawan liberalisme adalah ekonom dari Inggris, Adam Smith, dalam bukunya
Wealth of Nation (1776). Pendapatnya adalah bahwa kesejahteraan umum dapat
dicapai apabila diberikan kebebasan kepada setiap individu untuk berusaha tanpa
campur tangan dari pihak pemerintah.
2.2. Sejarah Muncul Dan Berkembangnya Pergerakan Nasional
Indonesia
Munculnya nasionalisme di Indonesia dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Yaitu faktor yang berasal dari dalam dan faktor yang berasal dari luar.
Munculnya nasionalisme di Indonesia dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Yaitu faktor yang berasal dari dalam dan faktor yang berasal dari luar.
2.2.1 Faktor Internal
a.
Sejarah Masa Lampau
Sejarah Masa Lampau yang gemilang Indonesia sebagai
bangsa telah mengalami zaman nasional pada masa kebesaran Majapahit dan
Sriwijaya. Kedua kerajaan tersebut, terutama Majapahit memainkan peranan
sebagai negara nasional yang wilayahnya meliputi hampir seluruh Nusantara.
Kebesaran ini membawa pikiran dan angan-angan bangsa Indonesia untuk senantiasa
dapat menikmati kebesaran itu. Hal ini dapat menggugah perasaan nasionalisme
golongan terpelajar pada dekade awal abad XX.
b.
Penderitaan Rakyat Akibat
Penjajahan
Bangsa Indonesia mengalami masa penjajahan yang panjang
dan menyakitkan sejak masa Portugis. Politik devide et impera, monopoli perdagangan, sistem tanam paksa, dan
kerja rodi merupakan bencana bagi rakyat Indonesia. Penderitaan itu menjadikan
rakyat Indonesia muncul kesadaran nasionalnya dan mulai memahami perlunya
menggalang persatuan. Atas prakarsa para kaum intelektual, persatuan itu dapat
diwujudkan dalam bentuk perjuangan yang bersifat modern. Perjuangan tidak lagi
menggunakan kekuatan senjata tetapi dengan menggunakan organisasi-organisasi
pemuda.
c.
Pengaruh Perkembangan
Pendidikan Barat di Indonesia
Perkembangan sistem pendidikan pada masa Hindia Belanda
tidak dapat dipisahkan dari politik etis. Ini berarti bahwa terjadinya
perubahan di negeri jajahan (Indonesia) banyak dipengaruhi oleh keadaan yang
terjadi di negeri Belanda. Tekanan datang dari Partai Sosial Demokrat yang di
dalamnya ada van Deventer. Pada tahun 1899, Mr. Courad Theodore van Deventer
melancarkan kritikan-kritikan yang tajam terhadap pemerintah penjajahan
Belanda. Kritikan itu ditulis dan dimuat dalam jurnal Belanda, de Gids dengan
judul Een eereschuld yang berarti hutang budi atau hutang kehormatan. Dalam
tulisan tersebut dijelaskan bahwa kekosongan kas negeri Belanda telah dapat
diisi kembali berkat pengorbanan orang-orang Indonesia. Oleh karena itu,
Belanda telah berhutang budi kepada rakyat Indonesia. Untuk itu harus dibayar
dengan peningkatan kesejahteraan melalui gagasannya yang dikenal dengan Trilogi
van Deventer. Apakah kalian masih ingat dengan isi Trilogi van Deventer?
Politik yang diperjuangkan dalam rangka mengadakan kesejahteraan rakyat dikenal
dengan nama politik etis. Untuk mendukung pelaksanaan politik etis, pemerintah
Belanda mencanangkan Politik Asosiasi dengan semboyan unifikasi. Politik
Asosiasi berkaitan dengan sikap damai dan menciptakan hubungan harmonis antara
Barat (Belanda) dan Timur (rakyat pribumi). Dalam bidang pendidikan, tujuan
Belanda semula adalah untuk mendapatkan tenaga kerja atau pegawai murahan dan
mandor-mandor yang dapat membaca dengan gaji yang murah. Untuk kepentingan
tersebut Belanda mendirikan sekolah-sekolah untuk rakyat pribumi. Dengan
demikian, jelaslah bahwa pelaksanaan politik etis tidak terlepas dari
kepentingan pemerintah Belanda. Sistem pengajaran kolonial dibagi dalam dua
jenis yaitu pengajaran pendidikan umum dan pengajaran kejuruan. Keduanya
diselenggarakan untuk tingkat menengah ke atas.Pengaruh Perkembangan Pendidikan
Islam di Indonesia. Perkembangan pendidikan di Indonesia juga banyak diwarnai
oleh pendidikan yang dikelola umat Islam. Ada tiga macam jenis pendidikan Islam
di Indonesia yaitu pendidikan di surau atau langgar, pesantren, dan madrasah.
Walaupun dasar pendidikan dan pengajarannya berlandaskan ilmu pengetahuan agama
Islam, mata pelajaran umum lainnya juga mulai disentuh. Usaha pemerintah
kolonial Belanda untuk memecah belah dan Kristenisasi tidak mampu meruntuhkan
moral dan iman para santri. Tokoh-tokoh pergerakan nasional dan pejuang muslim
pun bermunculan dari lingkungan ini. Banyak dari mereka menjadi penggerak dan
tulang punggung perjuangan kemerdekaan. Rakyat Indonesia yang mayoritas adalah
kaum muslim ternyata merupakan salah satu unsur penting untuk menumbuhkan
semangat nasionalisme Indonesia. Para pemimpin nasional yang bercorak Islam
akan sangat mudah untuk memobilisasi kekuatan Islam dalam membangun kekuatan
bangsa.
d.
Pengaruh Perkembangan
Pendidikan Kebangsaan di Indonesia
Berkembangnya sistem pendidikan Barat melahirkan
golongan terpelajar. Adanya diskriminasi dalam pendidikan kolonial dan tidak
adanya kesempatan bagi penduduk pribumi untuk mengenyam pendidikan, mendorong
kaum terpelajar untuk mendirikan sekolah untuk kaum pribumi. Sekolah ini juga
dikenal sebagai sekolah kebangsaan sebab bertujuan untuk menanamkan rasa
nasionalisme di kalangan rakyat dan mencetak generasi penerus yang terpelajar dan
sadar akan nasib bangsanya. Selain itu sekolah tersebut terbuka bagi semua
masyarakat pribumi dan tidak membedakan dari kalangan mana pun. Tokoh-tokoh
pribumi yang mendirikan sekolah kebangsaan antara lain Ki Hajar Dewantara
mendirikan Taman Siswa, Douwes Dekker mendirikan Ksatrian School, dan Moh.
Syafei mendirikan perguruan Indonesische Nederlandsche School Kayu Tanam (INS
Kayu Tanam). Berikut ini akan dibahas sekolah-sekolah kebangsaan tersebut.
e.
Taman Siswa
Taman siswa didirikan oleh Suwardi Suryaningrat atau Ki
Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1922. Tujuan didirikannya Taman Siswa
adalah untuk mendidik dan menggembleng golongan muda serta menanamkan rasa
cinta tanah air dan semangat antipenjajahan. Taman Siswa berperan dalam
menumbuhkan rasa nasionalisme bangsa Indonesia. Meskipun menggunakan sistem
pendidikan modern Belanda, tetapi Taman Siswa tidak mengambil kepribadian
Belanda. Dengan demikian, anak didiknya tidak kehilangan jati diri sebagai
bangsa Indonesia. Para guru Taman Siswa berasal dari para aktivis pergerakan
nasional. Taman Siswa memiliki tiga semboyan dalam melaksanakan proses
pendidikan. Semboyan tersebut berasal dari bahasa Jawa dan mempunyai arti
filosofi tentang peranan seseorang. Berikut ini ketiga semboyan tersebut.
Ksatrian Institut atau Ksatrian School didirikan di Bandung pada tahun 1924
oleh Douwes Dekker atau Danudirjo Setyabudi. Tujuan Ksatrian School adalah
untuk memberi kesempatan belajar yang lebih baik dan luas kepada anak-anak bumi
putera. Selain itu untuk menumbuhkan rasa harga diri manusia dan kepercayaan
kepada diri sendiri sebagai bangsa yang merdeka. Semboyan yang dipakai adalah
“Mengabdi Masa depan Rakyat”.
f.
Dominasi Ekonomi Kaum Cina
di Indonesia
Kaum pedagang keturunan nonpribumi, khususnya kaum
pedagang Cina semakin membuat kesal para pedagang pribumi. Puncak kekesalan
kaum pedagang pribumi terjadi ketika keturunan Cina mendirikan perguruan
sendiri yakni Tionghoa Hwee Kwan pada tahun 1901. Kekesalan tersebut diciptakan
oleh Belanda untuk menimbulkan rasa iri hati rakyat Indonesia kepada keturunan
Cina. Cina diberi kesempatan untuk menguasai bisnis eceran, pertokoan, dan
menjadi kolektor pajak dari pemerintah Belanda. Akibatnya kaum Cina menjadi
lebih agresif. Peristiwa itu membangkitkan persatuan yang kokoh di antara sesama
pedagang pribumi untuk menghadapi secara bersama pengaruh dari pedagang Cina.
g.
Peranan Bahasa Melayu
Di samping mayoritas beragama Islam, bangsa Indonesia
juga memiliki bahasa pergaulan umum (Lingua Franca) yakni bahasa Melayu. Dalam
perkembangannya, bahasa Melayu berubah menjadi bahasa persatuan nasional
Indonesia. Dengan posisi sebagai bahasa pergaulan, bahasa Melayu menjadi sarana
penting untuk menyosialisasikan semangat kebangsaan dan nasionalisme ke seluruh
pelosok Indonesia.
h.
Istilah Indonesia sebagai
Identitas Nasional
Istilah ‘Indonesia‘ berasal dari kata India (bahasa
Latin untuk Hindia) dan kata nesos (bahasa Yunani untuk kepulauan), sehingga
kata Indonesia berarti Kepulauan Hindia. Istilah Indonesia, Indonesisch dan
Indonesier makin tersebar luas pemakaiannya setelah banyak dipakai oleh
kalangan ilmuwan seperti G.R. Logan, Adolf Bastian, van Vollen Hoven, Snouck
Hurgronje, dan lain-lain.
2.2.2. Faktor Ekstern
Timbulnya pergerakan nasional Indonesia di samping
disebabkan oleh kondisi dalam negeri, juga ada faktor yang berasal dari luar
(ekstern). Berikut ini faktor-faktor ekstern yang memberi dorongan dan energi
terhadap lahirnya pergerakan nasional di Indonesia.
a.
Kemenangan Jepang atas Rusia
Selama ini sudah menjadi suatu anggapan umum jika keperkasaan
Eropa (bangsa kulit putih) menjadi simbol superioritas atas bangsa-bangsa lain
dari kelompok kulit berwarna. Hal itu ternyata bukan suatu kenyataan sejarah.
Perjalanan sejarah dunia menunjukkan bahwa ketika pada tahun 1904-1905 terjadi
peperangan antara Jepang melawan Rusia, ternyata yang keluar sebagai pemenang
dalam peperangan itu adalah Jepang. Hal ini memberikan semangat juang terhadap
para pelopor pergerakan nasional di Indonesia.
b.
Partai Kongres India
Dalam melawan Inggris di India, kaum pergerakan nasional
di India membentuk All India National Congress (Partai Kongres India), atas
inisiatif seorang Inggris Allan Octavian Hume pada tahun 1885. Di bawah
kepemimpinan Mahatma Gandhi, partai ini kemudian menetapkan garis perjuangan
yang meliputi Swadesi, Ahimsa, Satyagraha, dan Hartal. Keempat ajaran Ghandi
ini, terutama Satyagraha mengandung makna yang memberi banyak inspirasi
terhadap perjuangan di Indonesia.
c.
Filipina di bawah Jose Rizal
Filipina merupakan jajahan Spanyol yang berlangsung sejak
1571 – 1898. Dalam perjalanan sejarah Filipina muncul sosok tokoh yang bernama
Jose Rizal yang merintis pergerakan nasional dengan mendirikan Liga Filipina.
Pada tahun 1892 Jose Rizal melakukan perlawanan bawah tanah terhadap penindasan
Spanyol. Tujuan yang ingin dicapai adalah bagaimana membangkitkan nasionalisme
Filipina dalam menghadapi penjajahan Spanyol. Dalam perjuangannya Jose Rizal
dihukum mati pada tanggal 30 Desember 1896, setelah gagal dalam pemberontakan
Katipunan. Sikap patriotisme dan nasionalisme yang ditunjukkan Jose Rizal
membangkitkan semangat rela berkorban dan cinta tanah air bagi para cendekiawan
di Indonesia.
d.
Gerakan Nasionalisme Cina
Dinasti Manchu (Dinasti Ching) memerintah di Cina sejak
tahun 1644 sampai 1912. Dinasti ini dianggap dinasti asing oleh bangsa Cina
karena dinasti ini bukan keturunan bangsa Cina. Masuknya pengaruh Barat
menyebabkan munculnya gerakan rakyat yang menuduh bahwa Dinasti Manchu sudah
lemah dan bekerja sama dengan imperialis Barat. Oleh karena itu muncul gerakan
rakyat Cina untuk menentang penguasa asing yaitu para imperialis Barat dan
Dinansti Manchu yang juga dianggap penguasa asing. Munculnya gerakan
nasionalisme Cina diawali dengan terjadinya pemberontakan Tai Ping (1850 –
1864) dan kemudian disusul oleh pemberontakan Boxer. Gerakan ini ternyata
berimbas semangatnya di tanah air Indonesia.
e.
Gerakan Turki Muda
Gerakan nasionalisme di Turki pada tahun 1908 dipimpin
oleh Mustafa Kemal Pasha. Gerakannya dinamakan Gerakan Turki Muda. Ia menuntut
adanya pembaruan dan modernisasi di segala sektor kehidupan masyarakatnya.
Gerakan Turki Muda memberikan pengaruh politis bagi pergerakan bangsa Indonesia
sebab mengarah pada pembaruan-pembaruan dan modernisasi.
2.3. Pergerakan Nasionalisme di
Indonesia dibagi menjadi 3 tahapan yaitu:
Masa pergerakan nasional di Indonesia ditandai dengan berdirinya
organisasi-organisasi pergerakan. Masa pergerakan nasional (1908 – 1942),
dibagi dalam tiga tahap berikut :
2.3.1. Masa pembentukan (1908 – 1920) ditandai dengan berdirinya
organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij.
a.
Budi Utomo (BU)
Pada tahun 1906 Mas Ngabehi Wahidin Sudirohusodo,
merintis mengadakan kampanye menghimpun dana pelajar (Studie Fund) di kalangan
priyayi di Pulau Jawa. Upaya dr. Wahidin ini bertujuan untuk meningkatkan
martabat rakyat dan membantu para pelajar yang kekurangan dana. Dari kampanye
tersebut akhirnya pada tanggal 20 Mei 1908 berdiri organisasi Budi Utomo dengan
ketuanya Dr. Sutomo. Organisasi Budi Utomo artinya usaha mulia. Pada mulanya
Budi Utomo bukanlah sebuah partai politik. Tujuan utamanya adalah kemajuan bagi
Hindia Belanda. Hal ini terlihat dari tujuan yang hendak dicapai yaitu
perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah, mendirikan badan wakaf yang
mengumpulkan tunjangan untuk kepentingan belanja anak-anak bersekolah, membuka
sekolah pertanian, memajukan teknik dan industri, menghidupkan kembali seni dan
kebudayaan bumi putera, dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan dalam
rangka mencapai kehidupan rakyat yang layak.
Kongres Budi Utomo yang pertama berlangsung di
Yogyakarta pada tanggal 3 Oktober – 5 Oktober 1908. Kongres ini dihadiri
beberapa cabang yaitu Bogor, Bandung, Yogya I, Yogya II, Magelang, Surabaya,
dan Batavia. Dalam kongres yang pertama berhasil diputuskan beberapa hal
berikut :
1)
Membatasi jangkauan geraknya
kepada penduduk Jawa dan Madura.
2)
Tidak melibatkan diri dalam
politik.
3)
Bidang kegiatan adalah bidang
pendidikan dan budaya.
4)
Menyusun pengurus besar
organisasi yang diketuai oleh R.T. Tirtokusumo.
5)
Merumuskan tujuan utama Budi
Utomo yaitu kemajuan yang selaras untuk negara dan bangsa.
Terpilihnya R.T. Tirtokusumo yang seorang bupati sebagai
ketua rupanya dimaksudkan agar lebih memberikan kekuatan pada Budi Utomo.
Kedudukan bupati memberi dampak positif dalam rangka menggalang dana dan
keanggotaan dari Budi Utomo. Untuk usaha memantapkan keberadaan Budi Utomo
diusahakan untuk segera mendapatkan badan hukum dari pemerintah Belanda. Hal
ini terealisasi pada tanggal 28 Desember 1909, anggaran dasar Budi Utomo
disahkan. Dalam perkembangannya, di tubuh Budi Utomo muncul dua
aliran berikut :
aliran berikut :
1)
Pihak kanan, berkehendak supaya
keanggotaan dibatasi pada golongan terpelajar saja, tidak bergerak dalam
lapangan politik dan hanya membatasi pada pelajaran sekolah saja;
2)
Pihak kiri, yang jumlahnya
lebih kecil terdiri dari kaum muda berkeinginan ke arah gerakan kebangsaan yang
demokratis, lebih memerhatikan nasib rakyat yang menderita.
Adanya dua aliran dalam tubuh Budi Utomo menyebabkan
terjadinya perpecahan. Dr. Cipto Mangunkusumo yang mewakili kaum muda keluar
dari keanggotaan. Akibatnya gerak Budi Utomo semakin lamban. Berikut ini ada
beberapa faktor yang menyebabkan semakin lambannya Budi Utomo.
1)
Budi Utomo cenderung memajukan
pendidikan untuk kalangan priyayi daripada penduduk umumnya;
2)
Lebih mementingkan pemerintah
kolonial Belanda dari pada kepentingan rakyat Indonesia;
3)
Menonjolnya kaum priyayi yang
lebih mengutamakan jabatan menyebabkan kaum terpelajar tersisih.
Ketika meletus Perang Dunia I tahun 1914, Budi Utomo
mulai terjun dalam bidang politik. Berikut ini beberapa bentuk peran politik
Budi Utomo :
1)
Melancarkan isu pentingnya
pertahanan sendiri dari serangan bangsa lain;
2)
Menyokong gagasan wajib militer
pribumi;
3)
Mengirimkan komite Indie Weerbaar
ke Belanda untuk pertahanan Hindia;
4)
Ikut duduk dalam Volksraad
(Dewan Rakyat);
5)
Membentuk Komite Nasional untuk
menghadapi pemilihan anggota volksraad.
Budi Utomo mampu menerbitkan majalah bulanan Goeroe Desa
yang memiliki kiprah masih terbatas di kalangan penduduk pribumi. Sejalan
dengan kemerosotan aktivitas dan dukungan pribumi pada Budi Utomo, maka pada
tahun 1935 Budi Utomo mengadakan fusi ke dalam Partai Indonesia Raya
(Parindra). Sejak itu BU terus mengalami kemerosotan dan mundur dari arena politik.
b.
Sarekat Islam (SI)
Pada mulanya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan
para pedagang yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI
didirikan di kota Solo oleh H. Samanhudi sebagai suatu koperasi pedagang batik
Jawa. Garis yang diambil oleh SDI adalah kooperasi, dengan tujuan memajukan
perdagangan Indonesia di bawah panji-panji Islam. Keanggotaan SDI masih
terbatas pada ruang lingkup pedagang, maka tidak memiliki anggota yang cukup
banyak. Oleh karena itu agar memiliki anggota yang banyak dan luas ruang
lingkupnya, maka pada tanggal 18 September 1912, SDI diubah menjadi SI (Sarekat
Islam).
Organisasi Sarekat Islam (SI) didirikan oleh beberapa
tokoh SDI seperti H.O.S Cokroaminoto, Abdul Muis, dan H. Agus Salim. Sarekat
Islam berkembang pesat karena bermotivasi agama Islam. Latar belakang ekonomi
berdirinya Sarekat Islam adalah :
1)
Perlawanan terhadap para
pedagang perantara (penyalur) oleh orang Cina;
2)
Isyarat pada umat Islam bahwa
telah tiba waktunya untuk menunjukkan kekuatannya, dan;
3)
membuat front melawan semua
penghinaan terhadap rakyat bumi putera.
Tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan anggaran
dasarnya adalah :
1.
mengembangkan jiwa berdagang;
2.
memberi bantuan kepada
anggotanya yang mengalami kesukaran;
3.
memajukan pengajaran dan semua yang
mempercepat naiknya derajat bumi putera;
4.
menentang pendapat-pendapat
yang keliru tentang agama Islam;
5.
tidak bergerak dalam bidang
politik, dan
6.
menggalang persatuan umat Islam
hingga saling tolong menolong.
Kecepatan tumbuhnya SI bagaikan meteor dan meluas secara
horizontal. SI merupakan organisasi massa pertama di Indonesia. Antara tahun
1917 sampai dengan 1920 sangat terasa pengaruhnya di dalam politik Indonesia.
Untuk menyebarkan propaganda perjuangannya, Sarekat Islam menerbitkan surat
kabar yang bernama Utusan Hindia.
Pada tanggal 29 Maret 1913, para pemimpin SI mengadakan
pertemuan dengan Gubernur Jenderal Idenburg untuk memperjuangkan SI berbadan
hukum. Jawaban dari Idenburg pada tanggal 29 Maret 1913, yaitu SI di bawah
pimpinan H.O.S Cokroaminoto tidak diberi badan hukum. Ironisnya yang mendapat
pengakuan pemerintah kolonial Belanda (Gubernur Jenderal Idenburg) justru
cabang-cabang SI yang ada di daerah. Ini suatu taktik pemerintah kolonial
Belanda dalam memecah belah persatuan SI. Bayangan perpecahan muncul dari
pandangan yang berbeda antara H.O.S Cokroaminoto dengan Semaun mengenai
kapitalisme. Menurut Semaun yang memiliki pandangan sosialis, bergandeng dengan
kapitalis adalah haram. Dalam kongres SI yang dilaksanakan tahun 1921,
ditetapkan adanya disiplin partai rangkap anggota. Setiap anggota SI tidak
boleh merangkap sebagai anggota organisasi lain terutama yang beraliran
komunis. Akhirnya SI pecah menjadi dua yaitu SI Putih dan SI Merah.
SI Putih, yang tetap berlandaskan nasionalisme dan
Islam. Dipimpin oleh H.O.S. Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan Suryopranoto yang
berpusat di Yogyakarta. SI Merah, yang berhaluan sosialisme kiri (komunis).
Dipimpin oleh Semaun, yang berpusat di Semarang.
Dalam kongresnya di Madiun, SI Putih berganti nama
menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Kemudian pada tahun 1927 berubah lagi
menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Sementara itu, SI
Sosialis/Komunis berganti nama menjadi Sarekat Rakyat (SR) yang merupakan
pendukung kuat Partai Komunis Indonesia (PKI).
c.
Indische Partij (IP)
IP didirikan pada tanggal 25 Desember 1912 di Bandung
oleh tokoh Tiga Serangkai, yaitu E.F.E Douwes Dekker, Dr. Cipto Mangunkusumo,
dan Suwardi Suryaningrat. Pendirian IP ini dimaksudkan untuk mengganti Indische
Bond yang merupakan organisasi orang-orang Indo dan Eropa di Indonesia. Hal ini
disebabkan adanya keganjilan-keganjilan yang terjadi (diskriminasi) khususnya
antara keturunan Belanda totok dengan orang Belanda campuran (Indo). IP sebagai
organisasi campuran menginginkan adanya kerja sama orang Indo dan bumi putera.
Hal ini disadari benar karena jumlah orang Indo sangat sedikit, maka diperlukan
kerja sama dengan orang bumi putera agar kedudukan organisasinya makin
bertambah kuat.
Di samping itu juga disadari betapa pun baiknya usaha yang
dibangun oleh orang Indo, tidak akan mendapat tanggapan rakyat tanpa adanya
bantuan orang-orang bumi putera. Perlu diketahui bahwa E.F.E Douwes Dekker
dilahirkan dari keturunan campuran, ayah Belanda, ibu seorang Indo. Indische
Partij merupakan satu-satunya organisasi pergerakan yang secara terang-terangan
bergerak di bidang politik dan ingin mencapai Indonesia merdeka. Tujuan
Indische Partij adalah untuk membangunkan patriotisme semua indiers terhadap
tanah air. IP menggunakan media majalah Het Tijdschrifc dan surat kabar ‘De
Expres’ pimpinan E.F.E Douwes Dekker sebagai sarana untuk membangkitkan rasa
kebangsaan dan cinta tanah air Indonesia. Tujuan dari partai ini benar-benar
revolusioner karena mau mendobrak kenyataan politik rasial yang dilakukan pemerintah
kolonial. Tindakan ini terlihat nyata pada tahun 1913. Saat itu pemerintah
Belanda akan mengadakan peringatan 100 tahun bebasnya Belanda dari tangan
Napoleon Bonaparte (Prancis). Perayaan ini direncanakan diperingati juga oleh
pemerintah Hindia Belanda. Adalah suatu yang kurang pas di mana suatu negara
penjajah melakukan upacara peringatan pembebasan dari penjajah pada suatu
bangsa yang dia sebagai penjajahnya. Hal yang ironis ini mendatangkan cemoohan
termasuk dari para pemimpin Indische Partij. R.M. Suwardi Suryaningrat menulis
artikel bernada sarkastis yang berjudul ‘Als ik een Nederlander was’, Andaikan
aku seorang Belanda. Akibat dari tulisan itu R.M. Suwardi Suryaningrat
ditangkap. Menyusul sarkasme dari Dr. Cipto Mangunkusumo yang dimuat dalam De
Express tanggal 26 Juli 1913 yang diberi judul Kracht of Vrees?, berisi tentang
kekhawatiran, kekuatan, dan ketakutan. Dr. Tjipto pun ditangkap, yang membuat
rekan dalam Tiga Serangkai, E.F.E. Douwes Dekker turut mengkritik dalam
tulisannya di De Express tanggal 5 Agustus 1913 yang berjudul Onze Helden:
Tjipto Mangoenkoesoemo en Soewardi Soerjaningrat, Pahlawan kita: Tjipto
Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat. Kecaman-kecaman yang menentang
pemerintah Belanda menyebabkan ketiga tokoh dari Indische Partij ditangkap.
Pada tahun 1913 mereka diasingkan ke Belanda. Namun pada tahun 1914 Cipto
Mangunkusumo dikembalikan ke Indonesia karena sakit. Sedangkan Suwardi
Suryaningrat dan E.F.E. Douwes Dekker baru kembali ke Indonesia pada tahun
1919. Suwardi Suryaningrat terjun dalam dunia pendidikan, dikenal sebagai Ki
Hajar Dewantara, mendirikan perguruan Taman Siswa. E.F.E Douwes Dekker juga
mengabdikan diri dalam dunia pendidikan dan mendirikan yayasan pendidikan
Ksatrian Institute di Sukabumi pada tahun 1940. Dalam perkembangannya, E.F.E
Douwes Dekker ditangkap lagi dan dibuang ke Suriname, Amerika Latin.
2.3.2. Masa radikal/nonkooperasi (1920 – 1930), berdiri organisasi
seperti Partai Komunis Indonesia (PKI), Perhimpunan Indonesia (PI), Partai
Nasional Indonesia (PNI) dan Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik
Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
a.
Partai Komunis Indonesia (PKI)
Partai Komunis Indonesia (PKI) secara resmi berdiri pada
tanggal 23 Mei 1920. Berdirinya PKI tidak terlepas dari ajaran Marxis yang dibawa
oleh Sneevliet. Ia bersama teman-temannya seperti Brandsteder, H.W Dekker, dan
P. Bergsma, mendirikan Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) di
Semarang pada tanggal 4 Mei 1914. Tokoh-tokoh Indonesia yang bergabung dalam
ISDV antara lain Darsono, Semaun, Alimin, dan lain-lain. PKI terus berupaya
mendapatkan pengaruh dalam masyarakat. Salah satu upaya yang ditempuhnya adalah
melakukan infiltrasi dalam tubuh Sarekat Islam. Infiltrasi dapat dengan mudah
dilakukan karena ada beberapa faktor berikut :
1.
Adanya kemelut dalam tubuh SI,
di mana pemerintah Belanda lebih memberi pengakuan kepada cabang Sarekat Islam
local;
2.
Adanya disiplin partai dalam
SI, di mana anggota SI yang merangkap anggota ISDV harus keluar dari SI.
Akibatnya SI terpecah menjadi SI Merah dan SI Putih.
Setelah berhasil menyusup dalam tubuh SI, jumlah anggota
PKI semakin besar. PKI berkembang pesat. Berikut ini ada beberapa faktor yang
menyebabkan PKI berkembang pesat :
1.
Propagandanya yang sangat
menarik;
2.
Memiliki pemimpin yang berjiwa
kerakyatan;
3.
Pandai merebut massa rakyat
yang tergabung dalam partai lain;
4.
Sikapnya yang tegas terhadap
pemerintah kolonial dan kapitalis;
5.
Di kalangan rakyat terdapat
harapan bahwa PKI bisa menggantikan Ratu Adil.
Organisasi PKI makin kuat ketika pada bulan Februari
1923 Darsono kembali dari Moskow. Ditambah dengan tokoh-tokoh Alimin dan Musso,
maka peranan politik PKI semakin luas. Pada tanggal 13 November 1926, Partai
Komunis Indonesia mengadakan pemberontakan di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah,
dan Jawa Timur. Pemberontakan ini sangat sia-sia karena massa sama sekali tidak
siap di samping organisasinya masih kacau. PKI telah mengorbankan ribuan orang
yang termakan hasutan untuk ikut serta dalam pemberontakan. Dampak buruk
lainnya yang menimpa para pejuang pergerakan di tanah air adalah berupa
pengekangan dan penindasan yang luar biasa dari pemerintah Belanda sehingga
sama sekali tidak punya ruang gerak. Walaupun PKI dinyatakan sebagai partai
terlarang tetapi secara ilegal mereka masih melakukan kegiatan politiknya.
Semaun, Darsono, dan Alimin meneruskan propaganda untuk tetap memperjuangkan
aksi revolusioner di Indonesia.
b.
Perhimpunan Indonesia dan
Manifesto Politik
Pada tahun 1908 di Belanda berdiri sebuah organisasi
yang bernama Indische Vereeniging. Pelopor pembentukan organisasi ini adalah
Sutan Kasayangan Soripada dan RM Noto Suroto. Para mahasiswa lain yang terlibat
dalam organisasi ini adalah R. Pandji Sosrokartono, Gondowinoto, Notodiningrat,
Abdul Rivai, Radjiman Wediodipuro (Wediodiningrat), dan Brentel. Tujuan
dibentuknya Indische Vereeniging adalah untuk memajukan kepentingan bersama
dari orang-orang yang berasal dari Indonesia. Kedatangan tokoh-tokoh Indische
Partij seperti Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat, sangat mempengaruhi
perkembangan Indische Vereeniging. Masuk konsep “Hindia Bebas” dari Belanda,
dalam pembentukan negara Hindia yang diperintah oleh rakyatnya sendiri.
Perasaan anti-kolonialisme semakin menonjol setelah ada seruan Presiden Amerika
Serikat Woodrow Wilson tentang kebebasan dalam menentukan nasib sendiri pada
negara-negara terjajah (The Right of Self Determination). Dalam upaya berkiprah
lebih jauh, organisasi ini memiliki media komunikasi yang berupa majalah Hindia
Poetra. Pada rapat umum bulan Januari 1923, Iwa Kusumasumantri sebagai ketua
baru memberi penjelasan bahwa organisasi yang sudah dibenahi ini mempunyai tiga
asas pokok yang disebut juga Manifesto Politik, yaitu :
1.
Indonesia ingin menentukan
nasib sendiri;
2.
Agar dapat menentukan nasib
sendiri, bangsa Indonesia harus mengandalkan kekuatan dan kemampuan sendiri,
dan;
3.
Dengan tujuan melawan Belanda
bangsa Indonesia harus bersatu.
Kegiatan Indische Vereeniging semakin tegas dan radikal,
dan telah berkembang ke arah politik. Sejalan dengan semakin meluasnya
pemakaian nama Indonesische, dirasa perlu untuk mengubah nama organisasi
menjadi Indonesische Vereeniging pada tahun 1924. Majalah Hindia Poetra pun
ikut berubah nama menjadi Indonesia Merdeka. Melalui rapat pada tanggal 3
Februari 1925 akhirnya Indonesische Vereeniging diganti menjadi Perhimpunan
Indonesia (PI). Semboyan “Indonesia Merdeka” sudah menjadi slogan meskipun
mengatakannya dengan Bahasa Belanda. Melalui media “Indonesia Merdeka” dan
kegiatan internasional, dunia internasional mengetahui aktivitas perjuangan
para pemuda Indonesia. Berikut ini kegiatan-kegiatan internasional yang diikuti
oleh PI :
1.
Mengikuti Kongres ke-6 Liga
Demokrasi Internasional untuk Perdamaian di Paris pada tahun 1926. Delegasi
Perhimpunan Indonesia dipimpin oleh Mohammad Hatta.
2.
Mengikuti Kongres I Liga
Penentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial di Berlin pada tahun 1927,
mengirimkan Mohammad Hatta, Nasir Pamuncak, Batot, dan Achmad Subardjo. Dalam
perjalanannya Perhimpunan Indonesia mengalami banyak tekanan dari pemerintah
Belanda, lebih-lebih setelah terjadi pemberontakan Partai Komunis Indonesia
pada tahun 1926. Pengawasan dilakukan semakin ketat. Meskipun demikian, pada
tanggal 25 Desember 1926 Semaun bersama Mohammad Hatta menandatangani suatu
kesepakatan yang dikenal dengan Konvensi Hatta-Semaun. Dalam kesepakatan itu
ditekankan pada upaya Perhimpunan Indonesia tetap pada garis perjuangan
kebangsaan dan diharapkan PKI dengan ormas-ormasnya tidak menghalang-halangi
Perhimpunan Indonesia dalam mewujudkan citacitanya. Cita-cita Perhimpunan
Indonesia tertuang dalam 4 pokok ideologi dengan memerhatikan masalah sosial,
ekonomi dengan menempatkan kemerdekaan sebagai tujuan politik yang dikembangkan
sejak tahun 1925. Keempat pokok ideologi tersebut adalah kesatuan nasional,
solidaritas, non-kooperasi, dan swadaya.
c.
Partai Nasional Indonesia (PNI)
Berdirinya partai-partai dalam pergerakan nasional
banyak berawal dari studie club. Salah satunya adalah Partai Nasional Indonesia
(PNI). Partai Nasional Indonesia (PNI) yang lahir di Bandung pada tanggal 4
Juli 1927 tidak terlepas dari keberadaan Algemeene Studie Club. Lahirnya PNI
juga dilatarbelakangi oleh situasi sosio politik yang kompleks. Pemberontakan
PKI pada tahun 1926 membangkitkan semangat untuk menyusun kekuatan baru dalam
menghadapi pemerintah kolonial Belanda. Rapat pendirian partai ini dihadiri Ir.
Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, Soedjadi, Mr. Iskaq Tjokrodisuryo, Mr.
Budiarto, dan Mr. Soenarjo. Pada awal berdirinya, PNI berkembang sangat pesat
karena didorong oleh faktor-faktor berikut :
1.
Pergerakan yang ada lemah
sehingga kurang bisa menggerakkan massa;
2.
PKI sebagai partai massa telah
dilarang;
3.
Propagandanya menarik dan
mempunyai orator ulung yang bernama Ir. Soekarno (Bung Karno);
4.
Untuk mengobarkan semangat
perjuangan nasional, Bung Karno mengeluarkan Trilogi sebagai pegangan
perjuangan PNI. Trilogi tersebut mencakup kesadaran nasional, kemauan nasional,
dan perbuatan nasional.
Tujuan PNI adalah mencapai Indonesia merdeka. Untuk
mencapai tujuan tersebut, PNI menggunakan tiga asas yaitu self help (berjuang
dengan usaha sendiri) dan nonmendiancy, sikapnya terhadap pemerintah juga
antipati dan nonkooperasi. Dasar perjuangannya adalah marhaenisme. Kongres
Partai Nasional Indonesia yang pertama diadakan di Surabaya, tanggal 27 – 30 Mei
1928. Kongres ini menetapkan beberapa hal berikut :
a)
Susunan program yang meliputi :
1)
bidang politik untuk mencapai
Indonesia merdeka;
2)
bidang ekonomi dan sosial untuk
memajukan pelajaran nasional.
b)
Menetapkan garis perjuangan
yang dianut adalah nonkooperasi
c)
Menetapkan garis politik
memperbaiki keadaan politik, ekonomi dan sosial dengan kekuatan sendiri, antara
lain dengan mendirikan sekolah-sekolah, poliklinik-poliklinik, bank nasional,
perkumpulan koperasi, dan sebagainya.
Peranan PNI dalam pergerakan nasional Indonesia sangat
besar. Menyadari perlunya pernyataan segala potensi rakyat, PNI memelopori
berdirinya Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia
(PPPKI). PPPKI diikuti oleh PSII (Partai Sarekat Islam Indonesia), Budi Utomo,
Pasundan, Sumatranen Bond, Kaum Betawi, Indonesische Studi Club, dan Algemeene
Studie Club. Berikut ini ada dua jenis tindakan yang dilaksanakan untuk
memperkokoh diri dan berpengaruh di masyarakat :
1.
Ke dalam, mengadakan
usaha-usaha dari dan untuk lingkungan sendiri seperti mengadakan kursus-kursus,
mendirikan sekolah, bank dan sebagainya;
2.
Keluar, dengan memperkuat opini
publik terhadap tujuan PNI antara lain melalui rapat-rapat umum dan penerbitan
surat kabar Banteng Priangan di Bandung, dan Persatuan Indonesia di Jakarta.
Kegiatan PNI ini cepat menarik massa dan hal ini sangat
mencemaskan pemerintah kolonial Belanda. Pengawasan terhadap kegiatan politik
dilakukan semakin ketat bahkan dengan tindakantindakan penggeledahan dan
penangkapan. Dengan berkembangnya desas desus bahwa PNI akan mengadakan
pemberontakan, maka empat tokoh PNI yaitu Ir. Soekarno, R. Gatot Mangkuprojo,
Markun Sumodiredjo, dan Supriadinata ditangkap dan dijatuhi hukuman oleh
pengadilan Bandung. Dalam proses peradilan itu, Ir. Soekarno dengan kepiawaiannya
melakukan pembelaan yang diberi judul “Indonesia Menggugat”. Penangkapan
terhadap para tokoh pemimpin PNI merupakan pukulan berat dan menggoyahkan
keberlangsungan partai. Dalam suatu kongres luar biasa yang diadakan di Jakarta
pada tanggal 25 April 1931, diambil keputusan untuk membubarkan PNI. Pembubaran
ini menimbulkan pro dan kontra. Mr. Sartono kemudian mendirikan Partindo.
Mereka yang tidak setuju dengan pembubaran masuk dalam Pendidikan Nasional
Indonesia (PNI Baru) yang didirikan oleh Drs. Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir.
Baik Partindo maupun PNI Baru, masih memakai asas PNI yang lama yaitu self help
dan nonkooperasi. Namun di antara keduanya terdapat perbedaan dalam hal
strategi perjuangan. PNI Baru lebih mengutaman pendidikan politik dan sosial,
sedangkan Partindo mengutamakan aksi massa sebagai senjata yang tepat untuk
mencapai kemerdekaan.
d.
Permufakatan
Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)
PPPKI dibentuk di Bandung pada tanggal 17 – 18 Desember
1927. Beranggotakan organisasi-organisasi seperti Partai Sarekat Islam
Indonesia (PSII), Budi Utomo (BU), PNI, Pasundan, Sumatranen Bond, Kaum Betawi,
dan Kaum Studi Indonesia. Tujuan dibentuknya PPPKI yaitu :
1.
Menghindari segala perselisihan
di antara anggota-anggotanya;
2.
Menyatukan organisasi, arah,
serta cara beraksi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, dan;
3.
Mengembangkan persatuan
kebangsaan Indonesia.
Pembentukan organisasi PPPKI sebagai ide persatuan sejak
awal mengandung benih-benih kelemahan dan keretakan. Berikut ini ada beberapa
faktor yang menyebabkan keretakan tersebut :
1.
Masing-masing anggota lebih
mementingkan loyalitas pada masing-masing kelompoknya;
2.
Kurangnya kontrol pusat
terhadap aktivitas lokal;
3.
Perbedaan gaya perjuangan di
antara organisasi-organisasi anggota PPKI tersebut.
2.3.3. Masa moderat/kooperasi (1930 – 1942), berdiri organisasi
seperti Parindra, Partindo, dan Gapi. Di samping itu juga berdiri organisasi
keagamaan, organisasi pemuda, dan organisasi perempuan.
a.
Partai Indonesia Raya
(Parindra)
Perjuangan radikal yang dilakukan oleh PKI, PI, dan PNI
mulai berakhir ketika pemerintah kolonial Belanda melakukan penangkapan
terhadap sejumlah tokoh PNI. Di samping itu pemerintah kolonial di bawah
Gubernur Jenderal de Jonge melakukan pengawasan yang ketat terhadap
organisasi-organisasi yang ada pada masa itu. Melihat kondisi tersebut, para
tokoh pergerakan mengubah garis perjuangannya. Dari yang semula radikal dan
nonkooperasi menjadi moderat dan kooperasi dengan menempatkan wakilnya dalam
volksraad. Salah satu organisasi yang bersifat moderat adalah Partai Indonesia
Raya (Parindra). Parindra didirikan di kota Solo oleh dr. Sutomo pada tanggal
26 Desember 1935. Parindra merupakan fusi dan Budi Utomo dan Persatuan Bangsa
Indonesia (PBI). Tujuan Parindra adalah mencapai Indonesia Raya.
Asas politik Parindra adalah insidental, artinya tidak
berpegang pada asas kooperasi maupun nonkooperasi. Sikapnya terhadap pemerintah
tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi, jadi luwes. Tokoh-tokoh
Parindra yang terkenal dalam membela kepentingan rakyat di volksraad adalah
Moh. Husni Thamrin. Parindra berjuang agar wakil-wakil volksraad semakin
bertambah sehingga suara yang berhubungan dengan upaya mencapai Indonesia
merdeka semakin diperhatikan oleh pemerintah Belanda. Perjuangan Parindra dalam
volksraad cukup berhasil, terbukti pemerintah Belanda mengganti istilah
inlandeer menjadi Indonesier.
b.
Partai Indonesia (Partindo)
Ketika Ir. Soekarno yang menjadi tokoh dalam PNI
ditangkap pada tahun 1929, maka PNI pecah menjadi dua yaitu Partindo dan PNI
Baru. Partindo didirikan oleh Sartono pada tahun 1929. Sejak awal berdirinya
Partindo memiliki banyak anggota dan terjun dalam aksi-aksi politik menuju
Indonesia Merdeka. Dasar Partindo sama dengan PNI yaitu nasional. Tujuannya adalah
mencapai Indonesia merdeka. Asasnya pun juga sama yaitu self help dan
nonkooperasi. Partindo semakin kuat setelah Ir. Soekarno bergabung ke dalamnya
pada tahun 1932, setelah dibebaskan dari penjara. Namun, karena
kegiatan-kegiatannya yang sangat radikal menyebabkan pemerintah melakukan
pengawasan yang cukup ketat. Karena tidak bisa berkembang, maka tahun 1936
Partindo bubar.
c.
Gerakan Rakyat Indonesia
(Gerindo)
Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) didirikan di Jakarta
pada tanggal 24 Mei 1937 oleh orang-orang bekas Partindo. Tokoh-tokohnya antara
lain Sartono, Sanusi Pane, dan Moh. Yamin. Dasar dan tujuannya adalah nasional
dan mencapai Indonesia Merdeka. Gerindo juga menganut asas insidental yang sama
dengan Parindra. Tujuan Gerindo antara lain:
1.
mencapai Indonesia Merdeka;
2.
memperkokoh ekonomi Indonesia;
3.
mengangkat kesejahteraan kaum
buruh, dan;
4.
memberi bantuan bagi kaum
pengangguran.
d.
Gabungan Politik Indonesia
(Gapi)
Pada tanggal 15 Juli 1936, partai-partai politik dengan
dipelopori oleh Sutardjo Kartohadikusumo mengajukan usul atau petisi, yaitu
permohonan supaya diselenggarakan suatu musyawarah antara wakil-wakil Indonesia
dan negara Belanda di mana anggotanya mempunyai hak yang sama. Tujuannya adalah
untuk menyusun suatu rencana pemberian kepada Indonesia suatu pemerintah yang
berdiri sendiri. Namun usul tersebut ditolak oleh pemerintah kolonial Belanda.
Adanya kekecewaan terhadap keputusan pemerintah Belanda tersebut, atas prakarsa
Moh. Husni Thamrin pada tanggal 21 Mei 1939, dibentuklah Gabungan Politik
Indonesia (Gapi). Berikut ini ada beberapa alasan yang mendorong terbentuknya
Gapi :
1.
Kegagalan petisi Sutarjo.
Petisi ini berisi permohonan agar diadakan musyawarah antara wakil-wakil
Indonesia dan Belanda. Tujuannya adalah agar bangsa Indonesia diberi
pemerintahan yang berdiri sendiri;
2.
Kepentingan internasional
akibat timbulnya fasisme;
3.
Sikap pemerintah yang kurang
memerhatikan kepentingan bangsa Indonesia.
Tujuan Gapi adalah menuntut pemerintah Belanda agar
Indonesia mempunyai parlemen sendiri, sehingga Gapi mempunyai semboyan
Indonesia Berparlemen. Tuntutan Indonesia Berparlemen terus diperjuangkan
dengan gigih. Akhirnya pemerintah Belanda membentuk komisi yang dikenal dengan
nama Komisi Visman karena diketuai oleh Dr. F.H.Visman. Tugas komisi ini adalah
menyelidiki dan mempelajari perubahan-perubahan ketatanegaraan. Namun, setelah
melakukan penelitian, Komisi Visman mengeluarkan kesimpulan yang mengecewakan
bangsa Indonesia. Menurut komisi tersebut, sebagian besar rakyat Indonesia
berkeinginan hidup dalam ikatan Kerajaan Belanda. Gapi menolak keputusan
tersebut, sebab dianggap hanya rekayasa Belanda dan bertentangan dengan
keinginan rakyat Indonesia.
e.
Organisasi Keagamaan
Muhammadiyah adalah organisasi Islam modern yang
didirikan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan.
Muhammadiyah berarti umat Muhammad atau pengikut Muhammad. Dengan nama ini
memiliki harapan dapat mencontoh segala jejak perjuangan dan pengabdian Nabi
Muhammad. Tujuan yang ingin dicapai adalah :
1.
Memajukan pengajaran
berdasarkan agama Islam, dan;
2.
Memupuk keimanan dan ketaqwaan
para anggotanya.
Dalam rangka mencapai tujuan itu, Muhammadiyah melakukan
beberapa upaya berikut :
1.
Mendirikan sekolah-sekolah
(bukan pondok pesantren) dengan pengajaran agama dan kurikulum yang modern;
2.
Mendirikan rumah sakit dengan
nama Pusat Kesengsaraan Umum (PKU);
3.
Mendirikan rumah yatim piatu;
4.
Mendirikan perkumpulan
kepanduan Hisbul Wathan.
Dalam perkembangannya, Muhammadiyah menghadapi tantangan
dari golongan Islam konservatif. Mereka melihat Muhammadiyah begitu terbuka
terhadap kebudayaan Barat sehingga khawatir kemurnian Islam akan dirusakkan.
Oleh karena itu para ulama mendirikan Nahdlatul Ulama pada tahun 1926. Gerakan
NU dipelopori oleh K.H. Hasyim Asy’ari. Gerakan Muhammadiyah banyak mendapat
simpati termasuk pemerintah kolonial Belanda karena perjuangannya tidak
bersifat konfrontatif (menentang). Dalam Kongres Muhammadiyah yang berlangsung
dari tanggal 12 – 17 Maret 1925 di Yogyakarta, diperbincangkan masalah-masalah
yang berkaitan dengan pengajaran Islam, mass media Islam, dan buku-buku tentang
Islam yang berbahasa Jawa.
Di samping Muhammadiyah, gerakan keagamaan lain yang
memiliki andil bagi kemajuan bangsa antara lain, berikut ini :
1.
Jong Islamienten Bond, berdiri
tanggal 1 Januari 1925 di Jakarta;
2.
Nahdlatul Ulama (NU), berdiri
pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya, Jawa Timur;
3.
Nahdlatul Wathan, berdiri tahun
1932 di Pacor, Lombok Timur;
f.
Organisasi Pemuda dan Wanita
Perkumpulan pemuda yang pertama berdiri adalah Tri Koro
Dharmo. Organisasi ini berdiri pada tanggal 7 Maret 1915 di Jakarta atas
petunjuk Budi Utomo. Diprakarsai oleh dr. Satiman Wirjosandjojo, Kadarman, dan
Sunardi. Mereka mufakat untuk mendirikan organisasi kepemudaan yang anggotanya
berasal dari siswa sekolah menengah di Jawa dan Madura. Perkumpulan ini diberi
nama Tri Koro Dharmo yang berarti tiga tujuan mulia (sakti, budhi, bakti).
Dalam perkembangannya, Tri Koro Dharmo membuka cabang di Surabaya. Dalam rangka
mengefektifkan perjuangan, diterbitkan sebuah majalah yang juga diberi nama Tri
Koro Dharmo. Berikut ini tujuan Tri Koro Dharmo
secara nyata dalam anggaran dasarnya :
secara nyata dalam anggaran dasarnya :
1.
Ingin menghidupkan persatuan
dan kesatuan, di antara pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan Lombok;
2.
Kerja sama dengan semua
organisasi pemuda guna membentuk ke-Indonesiaan. Keanggotannya terbatas pada
para pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali dan Lombok.
Tri Koro Dharmo memiliki asas-asas seperti berikut :
1.
Menimbulkan pertalian antara
murid-murid bumi putera pada sekolah dan kursus perguruan kejuruan;
2.
Menambah pengetahuan umum bagi
anggota-anggotanya;
3.
Membangkitkan dan mempertajam
bahasa dan budaya Indonesia.
Organisasi kepemudaan lainnya yang bersifat kedaerahan
banyak bermunculan seperti Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong
Batak, Jong Ambon, Jong Celebes, Timorees Ver Bond, PPPI (Perhimpunan Pelajar
Pelajar Indonesia), Pemuda Indonesia, Jong Islamienten Bond, kepanduan, dan
sebagainya. Di samping gerakan para pemuda, kaum wanita juga tidak mau
ketinggalan. Pergerakan wanita dipelopori oleh R.A.Kartini dari Jepara dengan
mendirikan Sekolah Kartini. Perkumpulan wanita yang didirikan sebelum tahun
1920 antara lain Putri Mardika yang didirikan atas bantuan Budi Utomo.
Perkumpulan ini bertujuan untuk memajukan pengajaran terhadap anak-anak
perempuan dengan cara memberi penerangan dan bantuan dana, mempertinggi sikap
yang merdeka, dan melenyapkan tindakan malu-malu yang melampaui batas.
Perkumpulan Kautamaan Istri didirikan pada tahun 1913 di
Tasikmalaya, lalu pada tahun 1916 di Sumedang, Cianjur, dan tahun 1917 di
Ciamis, menyusul di Cicurug tahun 1918. Tokoh Kautamaan Istri yang terkenal
adalah Raden Dewi Sartika, seorang pengajar Kautamaan Istri di tanah Pasundan.
Di Yogyakarta pada tahun 1912 didirikan perkumpulan wanita yang benafaskan
Islam dengan nama Sopa Tresna, yang kemudian pada tahun 1914 menjadi bagian
wanita dari Muhammadiyah dengan nama Aisyah. Di Yogyakarta selain Aisyah juga
ada perkumpulan wanita yang bernama Wanito Utomo, yang mulai memasukkan
perempuan ke dalam kegiatan dasar pekerjaan ke arah emansipasi. Di samping
R.A.Kartini dan Dewi Sartika, masih terdapat seorang tokoh wanita yaitu Ibu
Maria Walanda Maramis dari Minahasa. Beliau mendirikan perkumpulan yang bernama
Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT) pada tahun 1917. PIKAT dalam
kegiatannya mendirikan Sekolah Kepandaian Putri.
Dalam perkembangannya, perkumpulan-perkumpulan wanita
itu melaksanakan kongres yang dikenal dengan ‘Kongres Perempuan Indonesia”.
g.
Sumpah Pemuda
Sumpah pemuda, tidak dapat lepas dari organisasi
kepemudaan yang bernama PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia) yang
didirikan pada tahun 1926. PPPI mendapat dukungan dari sejumlah organisasi
kepemudaan seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun,
Jong Minahasa, Jong Batak, dan Jong Islamienten Bond dengan penuh keyakinan
ingin mencapai tujuannya yaitu persatuan Indonesia. Para pemuda ini
menginginkan suatu upaya penyatuan peletakan dasar untuk kemerdekaan dengan
menentang ketidakadilan yang dialami selama masa penjajahan. Pertemuan awal
dilaksanakan tanggal 15 November 1925 dengan membentuk panitia Kongres Pemuda
I, yang bertugas menyusun tujuan kongres. Diputuskan pelaksanaan kongres I
mulai tanggal 30 April sampai dengan 2 Mei 1926.
Tujuan Kongres Pemuda I adalah membentuk badan sentral,
memajukan paham persatuan kebangsaan, dan mempererat hubungan di antara semua
perkumpulan pemuda kebangsaan. Hal yang menjadi agenda pembicaraan adalah
tentang usulan bahasa Indonesia yaitu bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.
Mengenai usulan fusi untuk semua perkumpulan pemuda, tidak ada keputusan.
Setelah berlangsungnya kongres pertama, para pemuda semakin tergerak untuk
menindaklanjuti dengan melakukan kongres berikutnya. Oleh karena itu, setelah
diawali pertemuan pendahuluan terbentuklah susunan panitia seperti berikut :
1.
Ketua : Sugondo Joyopuspito;
2.
Wakil ketua : Djoko Marsaid;
3.
Sekretaris : Mohammad Yamin;
4.
Bendahara : Amir Syarifudin;
5.
Pembantu : Djohan Tjain, Kotjo
Sungkono, Senduk, J. Leimena, Rohjani.
Kongres Pemuda II berlangsung sejak tanggal 27 Oktober
1928 dan berakhir tanggal 28 Oktober 1928. Kongres Pemuda II diadakan sebanyak
tiga kali rapat :
1.
Rapat pertama, di gedung
Katolik Jonglingen Bond di Waterloopein;
2.
Rapat kedua, tanggal 28 Oktober
pagi, di gedung Oost Java Bioscoop, di Koningsplein Noord;
3.
Rapat ketiga, tanggal 28
Oktober malam, di gedung Indonesische Clubhuis di Jl. Kramat Raya 106 Jakarta.
Di ruang utama gedung Indonesische Clubhuis (rumah
perkumpulan Indonesia), yang sejak tanggal 20 Mei 1974 ditetapkan sebagai
gedung Sumpah Pemuda, Sugondo Joyopuspito membacakan hasil keputusan Kongres
(Mail Report No. 1066x/28 No. J/302-Eigenhandig) sebagai berikut:
Kongres menetapkan ikrar/sumpah pemuda yang selanjutnya menjadi landasan perjuangan untuk mencapai Indonesia merdeka. Pada malam itu juga, untuk pertama kali diperdengarkan lagu Indonesia Raya oleh penggubahnya Wage Rudolf Supratman. Sebagai tindak lanjut dari Sumpah Pemuda 1928, pada tanggal 24 – 28 Desember 1928 di Yogyakarta para pemuda menyepakati pembentukan Komisi Besar Indonesia Muda (KBIM). Tugas komisi ini adalah mempersiapkan terbentuknya satu wadah bagi semua Pemuda Indonesia. Hasil kerja komisi ini terlihat dalam kongres pemuda di Surakarta pada tanggal 31 Desember 1936 yang berhasil membentuk organisasi Indonesia Muda (IM), yang merupakan fusi (peleburan) dari berbagai organisasi pemuda di Indonesia. Asas IM adalah kebangsaan Indonesia dan bertujuan untuk mewujudkan Indonesia Raya. Para anggota IM dilarang bekerja sama dengan pemerintah Belanda (bersifat nonkooperatif).
Kongres menetapkan ikrar/sumpah pemuda yang selanjutnya menjadi landasan perjuangan untuk mencapai Indonesia merdeka. Pada malam itu juga, untuk pertama kali diperdengarkan lagu Indonesia Raya oleh penggubahnya Wage Rudolf Supratman. Sebagai tindak lanjut dari Sumpah Pemuda 1928, pada tanggal 24 – 28 Desember 1928 di Yogyakarta para pemuda menyepakati pembentukan Komisi Besar Indonesia Muda (KBIM). Tugas komisi ini adalah mempersiapkan terbentuknya satu wadah bagi semua Pemuda Indonesia. Hasil kerja komisi ini terlihat dalam kongres pemuda di Surakarta pada tanggal 31 Desember 1936 yang berhasil membentuk organisasi Indonesia Muda (IM), yang merupakan fusi (peleburan) dari berbagai organisasi pemuda di Indonesia. Asas IM adalah kebangsaan Indonesia dan bertujuan untuk mewujudkan Indonesia Raya. Para anggota IM dilarang bekerja sama dengan pemerintah Belanda (bersifat nonkooperatif).
2.4.
Peranan Nasionalisme di Indonesia
Perkembangan nasionalisme yang mengarah pada upaya untuk melakukan
pergerakan nasional guna seakan melawan penjajah tidak bisa lepas dari peran
berbagai golongan yang ada dalam masyarakat, seperti golongan terpelajar/kaum
cendekiawan, golongan profesional, dan golongan pers.
2.4.1. Golongan Terpelajar
Golongan terpelajar dalam masyarakat Indonesia saat itu
termasuk dalam kelompok elite sebab masih sedikit penduduk pribumi yang dapat
memperoleh pendidikan. Kesempatan memperoleh pendidikan merupakan sebuah
kesempatan yang istimewa bagi rakyat Indonesia. Mereka memperoleh pendidikan
melalui sekolah-sekolah yang didirikan kolonial yang dirasa memiliki kualitas
baik. Dengan pendidikan model barat yang mereka miliki, golongan terpelajar
dipandang sebagai orang yang memiliki pandangan yang luas sehingga tidak
sekedar dikenal saja tetapi mereka dianggap memiliki kepekaan yang tinggi.
Sebab selain memperoleh pelajaran di kelas mereka akan membentuk kelompok kecil
untuk saling bertukar ide menyatakan pemikiran mereka mengenai negara Indonesia
melalui diskusi bersama. Meskipun mereka berasal dari daerah yang berbeda
tetapi mereka merasa senasip sepenanggunagan untuk mengatasi bersama adanya
penjajahan, kapitalisme, kemerosotan moral, peneterasi budaya, dan kemiskinan
rakyat Indonesia. Hingga akhirnya mereka membentuk perkumpulan yang selanjutnya
menjadi Oragnisasi Pergerakan Nasional. Mereka membentu organisasi-organisasi
modern yang berwawasan nasional. Mereka berusaha menanamkan pentingnya
persatuan dan kesatuan bangsa, menanamkan rasa nasionalisme, menanamkan
semangat untuk memprioritaskan segalanya demi kepentingan nasional daripada
kepentingan pribadi melalui organisadi tersebut. Selanjutnya melalui organisasi
pergerakan nasional tersebut mereka melakukan gerakan untuk melawan penjajahan
yang selanjutnya membawa Indonesia pada kemerdekaan.
Jadi Golongan terpelajar memiliki peran yang besar bagi
Indonesia meskipun keberadaannya sangat terbatas (minoritas) tetapi golongan
terpelajar inilah yang menjadi pelopor pergerakan nasional Indonesia hingga
akhirnya kita berjuangan melawan penjajah dan memperoleh kemerdekaan.
2.4.2. Golongan
Profesional
Golongan profesional merupakan mereka yang memiliki
profesi tertentu seperti guru, dan dokter.Keanggotaan golongan ini hanya
terbatas pada orang seprofesinya. Golongan profesional ini lebih banyak ada dan
mengembangkan profesinya didaerah perkotaan. Golongan profesional pada masa
kolonial memiliki hubungan yang dekat dengan rakyat, sehingga mereka dapat
mengetahui keberadaan rakyat Indonesia pada saat itu. Sehingga golongan ini
dapat menggerakkan kekuatan rakyat untuk menentang kekuasaan pemerintah
kolonial Belanda.
a) Peran Guru
1. Guru
merupakan ujung tombak perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai
kemerdekaannya dan berjuang memajukan bangsa Indonesia dari keterbelakangan.
2. Guru
memberikan pendidikan dan pengajaran kepada generasi penerus bangsa melalui
lembaga-lembaga pendidikan yang ada baik itu sekolah yang didirikan oleh
pemerintah kolonial maupun sekolah yang didirikan oleh tokoh-tokoh bangsa
Indonesia.
3. Melalui
pendidikan tersebut guru dapat menanamkan rasa kebangsaan/ rasa nasionalisme
yang tinggi. Sehingga anak-anak kaum pribumi dapat menyadari dan tekanan dari
pemerintah kolonial Belanda.
4. Guru
telah membangun dan membangkitkan kesadaran nasional bangsa Indonesia.
5. Guru
telah mendidik dan melahirkan tokoh-tokoh pejuang yang dapat diandalkan dalam
memperjuangkan kebebasan bangsa Indonesia dari cengkeraman kaum penjajah.
6. Orang-orang
pribumi mulai menghimpun kekuatan dan berjuang melalui organisasi-organisasi
modern yang didirikannya. Organisasi-organisasi perjuangan yang didirikan oleh
kaum terpelajar bangsa Indonesia dijadikan sebagai wadah perjuangan di dalam
menentukan langkah-langkah untuk mengusir pemerintah kolonial Belanda dan
berupaya membebaskan bangsa dari segala bentuk penjajahan asing.
Bagi guru tempat perjuangan mereka adalah
lembaga-lembaga pendidikan yang ada, di sekolah tersebut guru membangkitkan
semangat perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaannya. Contoh
lembaga pendidikan yang ada, yaitu :
Melalui gurulah dihasilkan tokoh-tokoh besar bangsa
Indonesia maupun tokoh-tokoh besar dunia. Di tangan gurulah terletak maju
mundurnya sebuah bangsa. Jadi jika tidak ada guru maka mungkin Indonesia tidak
dapat terbebas dari Kekuasaan kolonial.
b) Peran Dokter
1. Pada
masa kolonial dokter memiliki hubungan yang sangat dekat dengan kehidupan
rakyat.
2. Dokter
dapat merasakan kesengsaraan dan penderitaan yang dialami rakyat Indonesia
melalui penyakit yang dideritanya. Ia mendengarkan berbagai keluhan yang
dialami oleh rakyat Indonesia. Penderitaan dan kesengsaraan yang dialami oleh
rakyat Indonesia adalah akibat dari berbagai tekanan dan penindasan yang
dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda.
3. Ketergerakan
hati mereka diwujudkan melalui perjuangan dengan membentuk wadah organisasi
yang bersifat sosial dan budaya yang diberinama Budi Utomo yang didirikan 20
Mei 1908 oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo, Dr. Sutomo, Dr. Cipto Mangunkusumo, Dr.
Gunawan Mangunkusumo.
2.4.3. Golongan
Pers
Pers sudah mulai masuk ke Indonesia pada abad ke-19, dan
masuknya pers di Indonesia memberikan pengaruh yang cukup besar bagi bangsa
Indonesia. Wujud perkembangan pers dapat dilihat dalam bentuk surat kabar
maupun majalah. Awalnya surat kabar yang beredar hanya digunakan untuk
orang-orang asing tetapi karena untuk mengejar pelanggan dari masyarakat
pribumi maka muncul surat kabar yang di modali orang Cina tetapi menggunakan
bahasa Melayu. Peran media :
1. Melalui
surat kabar terdapat pendidikan politik, sebab melalui surat kabar tersebut
ternyata dimuat isu-isu mengenai masalah politik yang sedang berkembang
sehingga secara tidak langsung melalui surat kabar tersebut telah memberikan
pendidikan politik kepada masyarakat Indonesia;
2. Melalui
Surat kabar/ majalah mempunyai fungsi sosial dasar yaitu memperluas pengetahuan
bagi para pembacanya dan dapat membentuk pendapat (opini) umum;
3. Pendidikan
sosial politik dapat disalurkan melalui tulisan-tulisan di surat kabar dan
media masa sehingga menumbuhkan pemikiran dan pandangan kritis pembaca yang
dapat membangkitkan kesadaran bersama bagi bangsa Indonesia;
4. Surat
kabar merupakan media komunikasi cetak yang paling potensial untuk memuat
berita, wawasan dan polemik (tukar pikiran melalui surat kabar), bahkan ide dan
pemikiran secara struktural dapat dikomunikasikan kepada masyarakat luas;
5. Meskipun
pada masa itu ruang gerak pers dibatasi dan dikontrol ketat oleh pemerintah
kolonial. Tetapi melalui surat kabar tersebut sebagai sarana untuk menyampaikan
segala sesuatu yang dikehendaki dan diprogramkan oleh pemerintah sehingga
sedapat mungkin bisa diinformasikan kepada masyarakat luar. Dimana
pemberitahuannya lebih memihak pada pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Pada masa pergerakan nasional Indonesia, surat kabar
mempunyai peranan yang sangat penting bahkan organisasi pergerakan nasional
Indonesia telah memiliki surat kabar sendiri-sendiri, seperti Darmo Kondo
(Budi Utomo), Oetoesan Hindia (Sarekat Islam), Het Tiidsriff dan De
Expres (Indische Partij), Indonesia Merdeka (Perhimpunan
Indonesia), Soeloeh Indonesia Moeda (PNI), Pikiran Rakyat
(Partindo), Daulah Ra’jat (PNI Baru).
Surat kabar yang dimiliki oleh organisasi-organisasi
tersebut menjadi salah satu sarana untuk menyampaikan bentuk-bentuk perjuangan
kepada rakyat, agar rakyat dapat mengetahui dan memberikan dukungan kepada
organisasi-organisasi itu.
BAB 3. SIMPULAN
Proses perkembangan Pergerakan Nasional Indonesia Awal Abad XX
ditandai dengan berkembangnya berbagai paham atau masuknya ajaran – ajaran atau
pandangan – pandangan dari luar Indonesia yaitu Paham Nasionalisme, Paham Ultra Nasionalisme, Paham Demokrasi, Paham
Sosialisme, dan Paham Liberalisme. Sejarah
muncul dan berkembangnya pergerakan nasional Indonesia dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal
merupakan faktor yang dipengaruhi dari dalam Negara itu sendiri sedangkan
faktor eksternal merupakan faktor – faktor yang dipengangaruhi dari luar Negara
itu sendiri.
Masa pergerakan nasional di Indonesia ditandai dengan berdirinya
organisasi-organisasi pergerakan. Masa pergerakan nasional (1908 – 1942),
dibagi dalam tiga tahap yaitu tahap 1 adalah masa pembentukan (1908 – 1920)
ditandai dengan berdirinya organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan
Indische Partij, tahap 2 adalah Masa radikal/nonkooperasi (1920 – 1930),
berdiri organisasi seperti Partai Komunis Indonesia (PKI), Perhimpunan
Indonesia (PI), Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Permufakatan
Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) dan tahap ketiga
adalah Masa moderat/kooperasi (1930 – 1942), ditandai dengan berdirinya
organisasi seperti Parindra, Partindo, dan Gapi. Di samping itu juga berdiri
organisasi keagamaan, organisasi pemuda, dan organisasi perempuan.
Peranan Nasionalisme di Indonesia. Perkembangan nasionalisme yang mengarah pada upaya untuk melakukan
pergerakan nasional guna seakan melawan penjajah tidak bisa lepas dari peran
berbagai golongan yang ada dalam masyarakat, seperti golongan terpelajar/kaum
cendekiawan, golongan profesional, dan golongan pers.
DAFTAR PUSTAKA
http://mudztova.blogspot.co.id/2011/06/faktor-pendorong-munculnya-pergerakan.html
(diakses pada tanggal 4 November 2015)
https://wulanm2k.wordpress.com/pendidikan-4/sejarahmuncul-dan-berkembangnya-pergerakan-nasional-indonesia/
(diakses pada tanggal 4 November 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar