Berikut adalah para tokoh dalam aliran psikologi
humanistik. 3 tokoh aliran humanistik akan disinggung, namun demikian tokoh
humanistik yang menjadi fokus dalam paper ini adalah Carl Rogers.
Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka
mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti)
adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti
bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak
relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan
karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya
tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya
tak lain hanyalah dati ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang
tidak akan memberikan kepuasan baginya.
Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya.
Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu.
Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti
bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs memberikan lukisan persepsi dir dan dunia seseorang
seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu.
Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2)
adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri
makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai
sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
Teori Maslow
didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
(1) suatu usaha yang positif untuk berkembang
(1) suatu usaha yang positif untuk berkembang
(2) kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam
upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing
orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau
berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah
ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan
untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua
kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu
juga ia dapat menerima diri sendiri(self).
Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia
menjadi tujuh hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama,
seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang
terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan ras aman dan seterusnya.
Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting
yang harus diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia
mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau
kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.
Carl Ransom
Rogers (1902-1987) lahir di Oak Park, Illinois pada tanggal 8 Januari
1902 di sebuah keluarga Protestan yang fundamentalis. Kepindahan dari kota ke
daerah pertanian diusianya yang ke-12, membuat ia senang akan ilmu pertanian.
Ia pun belajar pertanian di Universitas Wisconsin. Setelah lulus pada tahun
1924, ia masuk ke Union Theology Seminary di Big Apple dan selama masa studinya
ia juga menjadi seorang pastor di sebuah gereja kecil. Meskipun belajar di
seminari, ia malah ikut kuliah di Teacher College yang bertetangga dengan
seminarinya.
Tahun 1927, Rogers bekerja di Institute for Child
Guindance dan mengunakan psikoanalisa Freud dalam terapinya meskipun ia sendiri
tidak menyetujui teori Freud. Pada masa ini, Rogers juga banyak dipengaruhi
oleh Otto Rank dan John Dewey yang memperkenalkan terapi klinis. Perbedaan
teori yang didapatkannya justru membuatnya menemukang benang merah yang
kemudian dipakai untuk mengembangkan teorinya kelak.
Tahun 1957, Rogers pindah ke Universitas Wisconsin untuk
mengembangkan idenya tentang psikiatri. Setelah mendapat gelar doktor, Rogers
menjadi profesor psikologi di Universitas Universitas Negeri Ohio. Kepindahan
dari lingkungan klinis ke lingkungan akademik membuat Rogers mengembangkan
metode client-centered psychotherapy. Disini dia lebih senang
menggunakan istilah klien terhadap orang yang berkonsultasi dibandingkan
memakai istilah pasien. Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
- Kognitif (kebermaknaan)
- experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Kecewa karena tidak bisa menyatukan psikiatri dengan
psikolog, Rogers pindah ke California tahun 1964 dan bergabung dengan Western
Behavioral Science Institute. Ia lalu mengembangkan teorinya ke bidang
pendidikan. Selain itu ia banyak memberikan workshop di Hongaria,
Brazil, Afrika Selatan, dan bahkan ke eks Uni Soviet. Rogers wafat pada
tanggal 4 Februari 1987.
Meskipun teori yang dikemukan Rogers adalah salah satu
dari teori holistik, namun keunikan teori adalah sifat humanis yang terkandung
didalamnya. Teori humanistik Rogers pun menpunyai berbagai nama antara lain :
teori yang berpusat pada pribadi (person centered), non-directive,
klien (client-centered), teori yang berpusat pada murid (student-centered),
teori yang berpusat pada kelompok (group centered), dan
person to person). Namun istilah person centered yang sering
digunakan untuk teori Rogers.
Rogers menyebut
teorinya bersifat humanis dan menolak pesimisme suram dan putus asa dalam
psikoanalisis serta menentang teori behaviorisme yang memandang manusia seperti
robot. Teori humanisme Rogers lebih penuh harapan dan optimis tentang manusia
karena manusia mempunyai potensi-potensi yang sehat untuk maju. Dasar teori ini
sesuai dengan pengertian humanisme pada umumnya, dimana humanisme adalah
doktrin, sikap, dan cara hidup yang menempatkan nilai-nilai manusia sebagai
pusat dan menekankan pada kehormatan, harga diri, dan kapasitas untuk
merealisasikan diri untuk maksud tertentu.
Asumsi dasar teori Rogers adalah:
–
Kecenderungan formatif
Segala hal
di dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari hal-hal yang lebih
kecil.
–
Kecenderungan aktualisasi
Kecenderungan
setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju ke kesempurnaan atau pemenuhan
potensial dirinya. Tiap individual mempunyai kekuatan yang kreatif untuk
menyelesaikan masalahnya.
Sejak awal Rogers mengamati bagaimana kepribadian
berubah dan berkembang, dan ada tiga konstruk yang menjadi dasar penting dalam
teorinya: Organisme, Medan fenomena, dan self.
1. Organisme
Pengertian organisme mencakup tiga hal:
- mahkluk hidup
organisme
adalah mahkluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya dan merupakan
tempat semua pengalaman, potensi yang terdapat dalam kesadaran setiap saat,
yakni persepsi seseorang mengenai kejadian yang terjadi dalam diri dan dunia
eksternal
- Realitas Subyektif
Oranisme
menganggap dunia seperti yang dialami dan diamatinya. Realita adalah persepsi
yang sifatnya subyektif dan dapat membentuk tingkah laku.
- Holisme
Organisme
adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan dalam satu bagian akan
berpengaruh pada bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi dan
bertujuan, yaitu tujuan mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan
diri.
2. Medan Fenomena
Medan fenomena adalah keseluruhan pengalaman, baik
yang internal maupun eksternal, baik disadari maupun tidak disadari. Medan
fenomena ini merupakan seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya
di dunia, sebagaimana persepsi subyektifnya.
3. Diri
Konsep diri mulai terbentuk mulai masa balita ketika potongan-potongan
pengalaman membentuk kepribadiannya dan menjadi semakin mawas diri akan identitas
dirinya begitu bayi mulai belajar apa yang terasa baik atau buruk, apa ia
merasa nyaman atau tidak. Jika struktur diri itu sudah terbentuk, maka
aktualisasi diri mulai terbentuk. Aktualisasi diri adalah kecenderungan untuk
mengaktualisasikan sang diri sebagai mana yang dirasakan dalam kesadaran.
Sehingga kecenderungan aktualisasi tersebut mengacu kepada pengalaman organik
individual, sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh, akan kesadaran dan
ketidak-sadaran, psikis dan kognitif.
Diri dibagi atas 2 subsistem :
· Konsep diri yaitu
penggabungan seluruh aspek keberadaan dan pengalaman seseorang yang disadari
oleh individual (meski tidak selalu akurat).
· Diri ideal yaitu
cita-cita seseorang akan diri.
Terjadinya kesenjangan antara akan menyebabkan ketidak-seimbangan dan
kepribadian menjadi tidak sehat.
Menurut Carl Rogers ada bebeapa hal yang mempengaruhi
Self, yaitu:
Kesadaran
Tanpa adanya kesadaran, maka konsep
diri dan diri ideal tidak akan ada. Ada 3 tingkat kesadaran.
–
Pengalaman yang dirasakan dibawah ambang sadar akan ditolak atau
disangkal.
–
Pengalaman yang dapat diaktualisasikan secara simbolis akan secara
langsung diakui oleh struktur diri.
–
Pengalaman yang dirasakan dalam bentuk distorsi. Jika pengalaman yang
dirasakan tidak sesuai dengan diri (self), maka dibentuk kembali dan
didistorsikan sehingga dapat diasimilasikan oleh konsep diri.
Kebutuhan
–
Pemeliharaan
Pemeliharaan
tubuh organismik dan pemuasannya akan makanan, air, udara, dan keamanan ,
sehingga tubuh cenderung ingin untuk statis dan menolak untuk berkembang.
–
Peningkatan diri
Meskipun
tubuh menolak untuk berkembang, namun diri juga mempunyai kemampuan untuk
belajar dan berubah.
–
Penghargaan positif (positive regard)
Begitu
kesadaran muncul, kebutuhan untuk dicintai, disukai, atau diterima oleh orang
lain.
–
Penghargaan diri yang positif (positive self-regard)
Berkembangannya
kebutuhan akan penghargaan diri (self-regard) sebagai hasil dari
pengalaman dengan kepuasan atau frustasi. Diri akan menghindari frustasi dengan
mencari kepuasan akan positive self-regard.
Stagnasi Psikis
Stagnasi psikis terjadi bila :
– ada ketidak
seimbangan antara konsep diri dengan pengalaman yang dirasakan oleh diri
organis.
– Ketimpangan
yang semakin besar antara konsep diri dengan pengalaman organis membuat seseorang
menjadi mudah terkena serangan. Kurang akan kesadaran diri akan membuat
seseorang berperilaku tidak logis, bukan hanya untuk orang lain namun juga
untuk dirinya.
– Jika kesadaran
diri tersebut hilang, maka muncul kegelisahan tanpa sebab dan akan memuncak
menjadi ancaman.
Untuk mencegah
tidak konsistennya pengalaman organik dengan konsep diri, maka perlu diadakan
pertahanan diri dari kegelisahan dan ancaman adalah penyangkalan dan
distorsi terhadap pengalaman yang tidak konsisten. Distorsi adalah salah
interpretasi pengalaman dengan konsep diri, sedangkan penyangkalan adalah
penolakan terhadap pengalaman. Keduanya menjaga konsistensi antara pengalaman
dan konsep diri supaya berimbang.
Cara pertahanan adalah karakteristik untuk orang normal
dan neurotik. Jika seseorang gagal dalam menerapkan pertahanan tersebut, maka
individu akan menjadi tidak terkendali atau psikotik. Individu dipaksakan untuk
menerima keadaan yang tidak sesuai dengan konsep dirinya terus menerus dan
akhirnya konsep dirinya menjadi hancur. Perilaku tidak terkendali ini dapat
muncul mendadak atau dapat pula muncul bertahap.
1. Penerimaan Positif (Positive Regard) → Orang
merasa puas menerima regard positif, kemudian juga merasa puas dapat memberi
regard positif kepada orang lain.
2. Konsistensi dan Salingsuai Self (Self
Consistensy and Congruence) → organisme berfungsi untuk
memelihara konsistensi (keajegkan = keadaan tanpa konflik ) dari persepsi diri,
dan kongruen (salingsuai) antara persepsi self dengan pengalaman.
3. Aktualisasi Diri (Self Actualization)
→ Freud memandang organisme sebagai sistem energi, dan
mengembangkan teori bagaimana energi psikik ditimbulkan, ditransfer dan
disimpan. Rogers memandang organisme terus menerus bergerak maju. Tujuan
tingkahlaku bukan untuk mereduksi tegangan enerji tetapi mencapai aktualisasi
diri yaitu kecenderungan dasar organisme untuk aktualisasi: yakni kebutuhan
pemeliharaan (maintenance) dan peningkatan diri (enhancement).
Rogers meyakini adanya kekuatan yang tumbuh pada semua
orangyang mendorong orang untuk semakin kompleks, ekspansi, sosial, otonom, dan
secara keselutuhan semakin menuju aktualisasi diri atau menjadi Pribadi yang
berfungsi utuh (Fully Functioning Person)
Ada lima ciri kepribadian yang
berfungsi sepenuhnya:
- Terbuka untuk mengalami (openess to experience)
Orang yang terbuka untuk mengalami
mampu mendengar dirinya sendiri, merasakan mendalam, baik emosional maupun
kognitif tanpa merasa terancam. Mendengar orang membual menimbulkan rasa muak
tanpa harus diikuti perbuatan untuk melampiaskan rasa muak tersebut.
- Hidup menjadi (Existential living).
Kecenderungan untuk hidup sepenuhnya
dan seberisi mungkin pada seiap eksistensi. Disini orang menjadi fleksibel,
adaptable, toleran, dan spontan.
- Keyakinan Organismik (Organismic trusting)
Orang mengambil keputusan
berdasarkan pengalaman organismiknya sendiri, mengerjakan apa yang dirasanya
benar sebagai bukti kompetensi dan keyakinannya untuk mengarahkan tingkah laku.
Orang mampu memakai perasaan yang terdalam sebagai sumber utama membuat
keputusan.
- Pengalaman kebebasan ( Experiental Freedom).
Pengalaman
hidup bebas dengan cara yang diinginkan sendiri, tanpaperasan tertekan atau
terhambat. Orang itu melihat banyak pilihan hidup dan merasa mampu mengerjakan
apa yang ingin dikerjakannya.
- Kreatifitas (Creativity)
Merupakan
kemasakan psikologik yang optimal. Orang dengan good life kemungkinan besar
memunculkan produk kreatif dan hidup kreatif.
Terapi yang Diberikan
Seperti disebutkan di atas, bahwa Rogers menolak
psikoanalisis Freud dan behavioris dalam teorinya, sehingga terapi yang
digunakannya juga berbeda. Rogers tidak mempermasalahkan bagaimana klien
menjadi seperti ini, namun lebih menekankan bagaimana klien akan berubah.
Terapis hanya menolong dan mengarahkan klien dan yang melakukan perubahan
adalah klien itu sendiri. Itulah sebabnya teori Rogers disebut sebagai person-centered
theory.
1. Teori Rogers
disebut humanis karena teori ini percaya bahwa setiap individu adalah positif,
serta menolak teori Freud dan behaviorisme.
2. Asumsi dasar
teori Rogers adalah kecenderungan formatif dan kecenderungan aktualisasi.
3. Diri (self)
adalah terbentuk dari pengalaman mulai dari bayi, di mana diri terdiri dari 2
subsistem yaitu konsep diri dan diri ideal.
4. Kebutuhan
individu ada 4 yaitu : (1) pemeliharaan, (2) peningkatan diri, (3) penghargaan
positif (positive regard), dan (4) Penghargaan diri yang positif (positive
self-regard)
5. Stagnasi
psikis terjadi bila terjadi karena pengalaman dan konsep diri yang tidak
konsisten dan untuk menghindarinya adalah pertahanan (1) distorsi dan (2)
penyangkalan. Jika gagal dalam menerapkan pertahanan tersebut konsep diri akan
hancur dan menyebabkan psikotik.
6. Dalam
terapi, terapis hanya menolong dan mengarahkan klien dan yang melakukan
perubahan adalah klien itu sendiri.
Teori Roger dalam bidang pendidikan adalah dibutuhkannya
3 sikap dalam fasilitator belajar yaitu (1) realitas di dalam fasilitator
belajar, (2) penghargaan, penerimaan, dan kepercayaan, dan (3) pengertian yang
empati.
–
Realitas di dalam fasilitator belajar
Merupakan sikap
dasar yang penting. Seorang fasilitator menjadi dirinya sendiri dan tidak
menyangkal diri sendiri, sehingga ia dapat masuk kedalam hubungan dengan
pelajar tanpa ada sesuatu yang ditutup-tutupi.
–
Penghargaan, penerimaan, dan kepercayaan
Menghargai
pendapat, perasaan, dan sebagainya membuat timbulnya penerimaan akan satu
dengan lainnya. Dengan adanya penerimaan tersebut, maka akan muncul kepercayaan
akan satu dengan lainnya.
–
Pengertian yang empati
Untuk
mempertahankan iklim belajar atas dasar inisiatif diri, maka guru harus
memiliki pengertian yang empati akan reaksi murid dari dalam. Guru harus
memiliki kesadaran yang sensitif bagi jalannya proses pendidikan dengan tidak
menilai atau mengevaluasi. Pengertian akan materi pendidikan dipandang dari
sudut murid dan bukan guru.
Guru menghubungan pengetahuan akademik ke dalam
pengetahuan terpakai seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk
memperbaikai mobil. Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan
keinginan siswa. Kualitas belajar experiential learning mencakup : keterlibatan
siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya
efek yang membekas pada siswa.
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran
adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran,
yaitu:
1. Menjadi manusia
berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar
tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2. Siswa akan
mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan
pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang
bermakna bagi siswa
3. Pengorganisasian
bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian
yang bermakna bagi siswa.
4. Belajar yang
bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah
prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :
a. Manusia itu
mempunyai kemampuan belajar secara alami.
b. Belajar yang
signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi
dengan maksud-maksud sendiri.
c. Belajar yang
menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap
mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d. Tugas-tugas
belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan
apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
e. Apabila ancaman
terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara
yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
f. Belajar yang
bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
g. Belajar
diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut
bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
h. Belajar
inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun
intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
i. Kepercayaan terhadap
diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa
dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari
orang lain merupakan cara kedua yang penting.
j. Belajar yang
paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai
proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan
penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakuo konsep mengajar
guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck
pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang
mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif. Ciri-ciri
guru yang fasilitatif adalah :
- Merespon perasaan siswa
- Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
- Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
- Menghargai siswa
- Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
- Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa)
- Tersenyum pada siswa
Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif
mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan angka konsep diri siswa,
meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik termasuk pelajaran bahasa dan
matematika yang kurang disukai, mengurangi tingkat problem yang berkaitan
dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa
menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.
a. Guru Sebagai Fasilitator
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.
Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai
kualitas fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa
(petunjuk):
1. Fasilitator
sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok,
atau pengalaman kelas
2. Fasilitator membantu
untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan
juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3. Dia mempercayai
adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang
bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam
belajar yang bermakna tadi.
4. Dia mencoba
mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah
dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
5. Dia menempatkan
dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan
oleh kelompok.
6. Di dalam
menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang
bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi
dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
7. Bilamana cuaca
penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan
sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan
turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang
lain.
8. Dia mengambil
prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya
dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil
secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
9. Dia harus tetap
waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam
dan kuat selama belajar
10. Di dalam
berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali
dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit
selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran
guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa
sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam
kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan
mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang
memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami
potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan
potensi diri yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya
daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
- Merumuskan tujuan belajar yang jelas
- Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
- Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
- Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
- Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan.
- Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
- Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
- Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk
diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena
sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang
bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir,
perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani,
tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara
bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan ,
norma , disiplin atau etika yang berlaku.
Ciri-ciri guru yang baik dan kurang baik menurut
Humanistik
Guru yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang
memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan
siswa dengan mudah dan wajar.Ruang kelads lebih terbuka dan mampu
menyesuaikan pada perubahan.
Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang
memiliki rasa humor yang rendah ,mudah menjadi tidak sabar ,suka melukai
perasaan siswaa dengan komentsr ysng menyakitkan,bertindak agak otoriter, dan
kurang peka terhadap perubahan yang ada.
Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan
dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada
pengalaman-pengalaman mereka sendiri.
Prinsip-
prinsip belajar humanistic:
1.
Manusia mempunyai belajar alami
2.
B elajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid
mempuyai relevansi dengan maksud tertentu
3.
Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
4.
Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila
ancaman itu kecil
5.
Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa dalam memperoleh
caar
6.
Belajar yang bermakna diperolaeh jika siswa melakukannya
7.
Belajar lancer jika siswa dilibatkan dalam proses belajar
8.
Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang
mendalam
9.
Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk
mawas diri
10.
Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar
Alwilsol (2004), Psikologi Kepribadian, UMM
Press
Freist, J & Freist, Gregory (1998), Theories of
Personality, Amerika : Mc Graw Hill.
Hall, Calvin S., & Lindzey, Gardner (2000), Teori-Teori
Holistik (Organismik-Fenomenologis), Dr. A. Supratiknya (ed.), Jogjakarta
:Kanisius .
Robert, Thomas B., Four Psychologies Applied to
Education, 1975, New York, Hals Ted Press Dvision
Smith, Mark K. , (1997), Carl
Rogers, Core Conditions and Education, www. Infred.org/thinkers/et-rogers.htm#intro.
Sumber:
https://novinasuprobo.wordpress.com/2008/06/15/teori-belajar-humanistik/
(disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran, dosen pengampu Dr. Suranto, M.Pd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar