Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme
Ada
beberapa pendapat mengenai definisi konstruktivisme yang dikemukan beberapa
ahli. Konstruktivisme adalah sebuah filosofi pembelajaran yang dilandasi premis
bahwa dengan merefleksi pengalaman, kita membangun, mengkonstruksi pengetahuan
kita tentang dunia tempat kita hidup (Suyono dan Hariyanto:2011:104). Sedangkan
menurut Cahyo (2013: 22) konstruktivisme merupakan salah satu filsafat
pengetahuan yang menekan bahwa pengetahuan adalah buatan kita sendiri sebagai
hasil konstruksi kognitif melalui kegiatan individu dengan membuat struktur,
kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk membangun pengetahuan
tersebut. Trianto (2007:26) juga berpendapat bahwa teori pembelajaran
konstruktivisme merupakan teori pembelajaran cognitive baru dalam psikologi
pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama dan merevisi apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi.
Dari
ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa teori belajar kontruktivisme
merupakan teori belajar yang menuntut siswa mengkonstruksi kegiatan belajar dan
mentransformasikan informasi kompleks untuk membangun pengetahuan secara
mandiri.
2.
Teori Belajar Konstruktivisme
Teori
belajar konstruktivisme dibagi menjadi dua sudut pandang, yaitu menurut Piaget
dan Vygotsky.
a.
Teori Belajar Konstruktivisme Piaget
Teori
piaget berlandaskan gagasan bahwa perkembangan anak bermakna membangun struktur
kognitif atau peta mentalnya yang diistilahkan “schema/skema” atau konsep
jejaring untk memahami dan menanggapi pengalaman fisik dalam lingkungan di
sekeilingnya(Suyono dan Hariyanto:2011:107). Sedangkan menurut piaget, manusia
memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti sebuah kota-kotak yag
masing mempunyai makna yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam proses belajar
terjadi dua proses, yaitu proses organisasi informasi dan adaptasi (Cahyo:2013:
37).
Proses
organisasi adalah proses ketika manusia menghubungkan informasi yang
diterimanya dengan struktur- struktur pengetahuan yang sudah disimpan atau
sudah ada sebelumnya dalam otak. Sedangkan proses adaptasi adalah proses yang
berisi dua kegiatan. Pertama, menghubungkan atau mengintergrasi pengetahuan
yang diterima manusia atau disebut asimilasi. Kedua, mengubah struktur
pengetahuan baru sehingga akan terjadi kesinambungan (equilibrium).
Proses
mengkonstruksi, sebagaimana dijelaskan Piaget, adalah sebagai berikut
(Cahyo:2013):
-
Skemata
Piaget
mengatakan bahwa schemata orang dewasa mulai dari schemata anak melaui proses
adaptasi sampai pada penataan dan organisasi. Makin mampu seseorang membedakan
satu stimulus dengan stimulus lainnya, makin banyak schemata yang dimilikinya.
Dengan demikian, schemata adalah struktur organisasi kognitif yang selalu
berkembang dan berubah. Proses yang menyebabkan adanya perubahan tersebut
adalah asimilasi dan akomodasi
-
Asimilasi
Asimilasi
merupakan proses kognitif dan penyerapan baru ketika seseorang memadukan
stimulus atau presepsi ke dalam schemata atau perilaku yang sudah ada. Pada
dasarnya, asimilasi tidak mengubah schemata, tapi mempengaruhi atau
memungkinkan pertumbuhan schemata. Asimilasi terjadi secara kontinu,
berlangsung terus-menerus dalam perkembanfan intelektual anak.
-
Akomodasi
Akomodasi
adalah proses struktur kognitif yang berlangsung sesuai pengalaman baru. Proses
tersebut menghasilkan terbentuknya schemata baru dan berubshnya schemata lama.
-
Keseimbangan
Dengan
adanya keseimbangan, efisiensi interaksi antara anak yang sedang berkambang
dengan lingkungannya dapat tercapai dan terjamin. Piaget membagi fase
perkembangan manusia ke dalam empat perkembangan yang tertera dalam table di
bawah ini:
Tahapan
|
Usia
|
Gambaran
|
Sensorimotor
|
0-2
|
Bayi
bergerak dari tindakan reflek instingtif pada saat lahir sampai permulaan
pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui
pengoorgadinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik
|
Operational
|
2-7
|
Anak
mulai merepresentasikan dunia denan kata-kata dan gambar-gambar.
|
Concerte
operational
|
7-11
|
Pada
saat ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang
konkret
|
Formal
operational
|
11-15
|
Anak
remaja berpikir dengan cara yang lebih abstrak dan logis. Pemikiran lebih
idealistik
|
b.
Teori Belajar Konstruktivisme
Vygotsky
Menurut
Vygotsky bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau belaja menangani
tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam
jangkauan kemampuan atau tugas-tugas tersebut berada dalam zone of proximal development (Trianto:2007:29).
3.
Ciri dan Prinsip Teori Belajar Konstruktivisme
Ciri-ciri pembelajaran secara konstruktivisme (Cahyo:2013)
adalah menekakan pada proses belajar, mendorong terjadinya kemandirian dan
inisiatif belajar pada siswa, berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses
bukan menekankan pada hasil, mendorong siswa untuk mampu melakukan
penyelidikan, mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami, penilsian
belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa, sangat mendukung
terjadinya belajar kooperatif, banyak menggunakan terminology kognitif untuk
menjelaskan proses pembelajaran, seperti: prediksi, inferensi, kreasi, dan
analisi, dll.
Sedangkan prinsip-prinsip konstruktivisme yang diterapkan
dalam proses belajar-mengajar adalah pengetahuan dibangun oleh siswa,
pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid kecuali hanya dengan
keaktifan murid itu sendiri, murid aktif mengontruksi secara terus menerus
sehingga terjadi perubahan konsep ilmiah, guru sekedar membantu menyediakan
saran dan situasi agar proses konstruksi berjalan lancer, mencari dan menilsi
pendapat siswa, dan menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
4.
Implikasi Konstruktivisme terhadap Pembelajaran
Pendekatan konstruktivisme mementingkan pengembangan
lingkungan belajar yang meningkatkan pembentukan pengertian dari prespektif
ganda, dan informasi yang efektif atau control eksternal yang teliti dari
peristiwa-peristiwa sswa yang ketat, dihindari sama sekali. Untuk maksud
tersebut, guru perlu melalukan hal-hal berikut: menyajikan masalah-masalah
actual kepada siswa dalam konteks yang sesuai dengan tingkat perkembangan
siswa, pembelajaran distruktur di sekitar konsep-konsep primer, member dorongan
kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan sendiri, memberikan siswa untuk
menemukan jawabann dari pertanyaan sendiri, memberanikan siswa mengemumakan
pandapat dan menghargai sudut pandangnya, menganjurkan siswa bekerja dalam
kelompok, dan menilai proses dan hasil belajar siswa dalam konteks pembelajaran.
Sedangkan menurut Suprijono (2011:40), pembelajaran konstruktivisme merupakan
belajar artikulasi. Belajar artikulasi merupakan proses mengartikulasikan ide,
pikiran, dan solusi. Implikasi konstruktivisme dalam pembelajaran terbagi
menjadi beberapa fase, yaitu
-
Orientasi, merupakan fase untuk
memberikan kesempatan kepada peserta didik, memerhatikan dan mengembangkan
motivasi terhadap topic materi pembelajaran
-
Elicitasi, merupakan fase membantu
peserta didikmeggali ide-ide yang dimilikinya dengan member kesempatan kepada
peserta didik untuk mendiskusikan atau menggambarkan pengetahuan dasar atau ide
mereka.
-
Restruksi ide, dalam hal ini peserta
didik melakukan klarifikasi ide dengan cara mengontraskan ide-idenya dengan ide
orang lain
-
Aplikasi ide, dalam fase ini, idea
tau pengetahuan yang telah dibentuk peserta didik perlu diaplikasikan pada
bermacam-macam situasi yang dihadapi.
-
Reviu, dalam fase ini memungkinkan
peserta didik mengaplikasikan pengetahuannya pada situasi yang dihadapi
sehari-hari, merevisi gagasannya dengan menambah suatu keterangan atau dengan
cara mengubahnya menjadi lebih lengkap.
5.
Model Pembelajaran dari Teori Konstruktivisme
Model pembelajaran diartikan sebagai kerangka konseptual
yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran
bagi guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran (Sagala:2012:176). Beberapa
model pembelajaran dari pengembangan teori konstruktivisme antara lain:
-
Discovery Learning
Discovery Learning merupakan proses pembelajaran yang
menitikberatkan pada mental intelektual para anak didik dalam memecahkan
berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau
generalisasi yang dapat diterapkan di lapangan (Illahi: 2012: 29). Model
pembelajaran ini mengubah kondisi siswa yang pasif menjadi aktif dan kreatif.
Mengubah pembelajaran yang teacher
oriented menjadi student oriented.
Model ini juga mengubah dari modus rxpository siswa ke modus discovery yang
menuntut siswa secara aktif menemukan informasi sendiri melalui bimbingan guru
-
Reception Learning
Model reception
learning menuntut guru menyiapkan situasi belajar, memilih materi-materi
yang tepat untuk siswa, dan kemudian menyampaikan dalam bentuk pengajaran yang
terorganisasi dengan baik, mulai dari umum ke hal-hal yang terperinci. Menurut
Ausubel, pada dasarnya orang memperoleh pengetahuan melalui penerimaan, bukan
melalui penemuan.
-
Assisted Learning
Assisted learning mempunyai peran sangat penting bagi
perkembangan individu. Menurut Vygotsky, perkembangan kognitif terjadi melalui
proses interaksi dan percakapan seorang anak dengan lingkungan sekitarnya.
Orang lain disebut sebagai pembimbing atau guru.
-
Active
Learning
Active learning merupakan suatu pendekatan dalam
pengelolaan system pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju
belajar yang mandiri. Belajar aktif merupakan strategi belajar yang diartikan
sebagai proses belajar mengajar yang menggunakan berbagai metode yang
menitikberatkan kepada keaktifan siswa dan melibatkan potensi siswa, baik
secara fisik, mental, emosional maupun intelektual untuk mencapai tujuan
pendidikan yang berhubungan dengan wawasan kognitif, afektif, dan psikomotorik
secara optimal.
-
Kontekstual Learning
Pembelajaran kontekstual learning
merupakan suatu proses pendidikan yang holistic dan bertujuan memotivasi siswa
untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajari dengan mengaitkan materi
tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari.
-
Quantum Learning
Quatum learning ialah pengajaran yang dapat
mengubah suasana belajar yang menyenangkan serta mengubah kemampuan dan bakat
alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi
orang lain.
6.
Dampak Teori Kostruktivisme terhadap Pembelajaran
Dampak teori kostruktivisme secara umum merupakan gabungan
penerapan baik dari konsep Piaget maupun Vygotsky terhadap pembelajaran
sebagaimana tertera dalam table dibawah ini (Suyono dan Hariyanto:2011) :
Pendidikan
|
Menghasilkan
individu atau anak yang memiliki kemapuan berfikir untuk menyelesaikan setiap
masalah yang dihadapi
|
Kurikulum
|
Konstruktivisme
tidak memerlukan kurikulum yang terstandarisasi melainkan disesuaikan dengan
pengetahuan siswa
|
Pengajaran
|
Pendidik
focus terhadap bagaimana menyusun hubungan antara fakta-fakta serta
memperkuat perolehan pengetahuan yang baru bagi siwa
|
Pembelajaran
|
Diharapkan
selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya
|
Penilaian
|
Tidak
memerlukan tes yang baku melaikan memerlukan penilaian proses
|
7.
Kelebihan dan Kelemahan Teori Konstruktivisme
Kelebihan teori konstruktivisme menurut Cahyo (2013) yaitu
guru bukan satu-satunya sumber belajar, siswa lebih aktif dan kreatif,
pembelajaran menjadi lebih bermakna, pembelajar memiliki kebebasan, membina
sikap produktif dan percaya diri, proses evaluasi difokuskan pada penilaian
proses, dan siswa menjadi lebih mudah paham.
Sedangkan kelemahan teori konstruktivisme adalah perolehan
informasi berlangsung satu arah, siswa dituntut harus aktif, dan guru tidak
mentransfer pemgetahuan yang telah dimiliki, melainkan membantu siswa.
C.
KESIMPULAN
Teori konstruktivisme merupakan teori belajar yang menuntut
siswa mengkonstruksi kegiatan belajar dan mentransformasikan informasi kompleks
untuk membangun pengetahuan secara mandiri dan inisiatif. Dalam implikasi teori
konstruktivisme dalam pembelajaran terbagi dalam lima fase, yaitu orientasi,
elicitasi, restrukturisasi ide, aplikasi ide, dan reviu. Model pembelajaran
yang dapat diaplikasikan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan
pengembangan teori konstruktivisme yaitu discovery
learning, reception learning, assisted learning, active learning, contextual
learning and quantum learning.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyo, Agus N. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar
Mengajar. Yogyakarta: Diva Press
Dimjati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta
Illahi, Moh. Takdir. 2012.
Pembelajaran Discovery Strategy dan Mental Vocational Skill. Jogjakarta: Diva
Press
Sagala, Syaiful. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplkasi
PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep
Dasar. Bandung: Rosda
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Prestasi Pustaka
Sumber :
(disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran, dosen pengampu Dr. Suranto, M.Pd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar